Menurut laporan IQNA, Mohammad Ali Mahdavi Rad dan Kazem Ghazizadeh, pengajar universitas Teheran dan tarbiat mudarris, berbicara tentang perlunya menyusun prinsip-prinsip tafsir yang terinspirasi dari riwayat-riwayat Ahlulbait (as).
Dalam pertemuan itu, juga Hekmat Obaid al-Khafaji, seorang dosen di Universitas Kufah dari kota suci Karbala, berbicara secara online kepada khalayak penonton dan audien internet pertemuan tersebut.
Fokus utama pembahasan adalah tafsir Alquran dan perlunya penyusunan prinsip-prinsip tafsir yang terinspirasi dari riwayat.
Mahdavi Rad, dengan mengisyaratkan pandangan Allamah Thabathabai, mengatakan: "Riwayat sangat penting dalam memahami Alquran. Menurut pandangan Allamah Thabathabai, harus melihat Ahlulbait (as) sebagai seorang guru atau penerjemah dan atau keduanya.
Dia menambahkan bahwa Allamah Thabathabai mengatakan bahwa para maksumin adalah guru dan guru terpisah dari penafsir. Saya percaya bahwa manusia maksum adalah seorang guru, bahkan dalam pososi seorang mufasir. Karena menafsirkan dengan gaya dimana mengajar juga sekaligus menafsirkan.
Obaid al-Khafaji juga berbicara tentang istilah dan mustalah" dan menjelaskan perbedaan antara keduanya dengan bantuan seorang penerjemah untuk para audien.
Dia mengatakan bahwa masyarakat saat ini perlu memahami konsep-konsep Alquran. Hari ini, kata-kata dan makna harus dipahami sebagaimana dipahami oleh muslim era awal Islam. Jika demikian, umat Islam akan menang.
Dosen Universitas Kufah menambahkan bahwa makna dan tafsir teks Alquran melampaui batas waktu, tempat, budaya, dan bahkan ajaran internal setiap etnis dan bangsa. Memahami makna Al-Quran tentu harus dari para maksum dan bukan yang lain. Jika pemahaman ini diterima dari orang lain, maka tidak dapat diterima.
Di bagian lain dari pertemuan, Ghazizadeh berbicara tentang analisis teori cukup Alquran semata dalam tafsir.
http://iqna.ir/fa/news/3719357