IQNA

Nilai dan Keagungan Berkabung kepada Imam Husein as

13:49 - November 05, 2014
Berita ID: 1470384
Wal Fajr, Wa Layalin Ashr. Imam Shadiq as berkata: “Surat ini adalah surat Imam Husein (as).” Dan mengenai “Layalin Ashr” (malam yang sepuluh) dikatakan bahwasanya maksudnya adalah sepuluh pertama Muharram dan dalil kemuliaan bulan ini adalah adanya hari Asyura pada bulan tersebut.

Muharram adalah bulan tangisan, pura-pura menangis, bulan kesedihan dan duka cita keluarga Muhammad saw, dimana semua para nabi dan para malaikat serta orang-orang Syi’ah dan para pecinta Ahlul Bait as berduka. Bahkan harus dikatakan, “Muharram adalah bulan duka cita seluruh semesta. Dikarenakan semua tahun dari awal Muharram sampai hari Asyura, pakaian Sayidus Syuhada, Imam Husein as digantungkan dari Arsy Allah ke bumi dan mencakup semua kesedihan dan duka cita seluruh semesta.”
Muharram adalah bulan ucapan “Iya” dalam “Alastu Birabbikum” ketika Ghadir Khum. Muharram adalah bulan Asyhadu Anna ‘Aliyyan Waliyyullah”, dengan teriakan di mulut-mulut dan aliran-aliran tangisan di mata. Bulan Muharram adalah bulan pemanifestasian kecintaan Syi’ah akan maqom wilayah dan keimamaham para Imam yang diberi petunjuk (as). Bulan Muharram adalah bulan seruan “Ya Fiddhah Khudzini” yang dapat didengar dengan telinga hati. Muharram adalah bulan pemanifestasian tawalli dan tabarri praktis. Bulan memanifestasikan kecintaan dan kesetiaan kepada para maksum. Bulan air mata dan kemajuan makrifah dan kecintaan. Bulan para pecinta Huseini. Bulan kenyangnya para dahaga pecinta Alawi dengan air mata Huseini.
Muharram adalah bulan penawanan Alawi dan Fatimi. Muharram adalah bulan terkoyaknya kehormatan Nabi dan Ahlul Baitnya, bulan duka cita dan berkabung terhadap kemazluman Ahlul Bait Rasulillah.

Berkabung dalam Penjelasan Dan Amal Para Imam Suci
Sesuai dengan riwayat-riwayat yang ada, bahwasanya berkabung itu dilakukan di rumah dan di tempat-tempat majelis umum dimasa para Imam suci. Dan para penyair pun hadir dan mereka membacakan kronologi-kronologi dengan perintah beliau. Imam Ali Zainal Abidin sampai akhir hayatnya terus menangis. Tidak ada suatu hidangan dan air yang disuguhkan untuk beliau, kecuali beliau menangis. Imam Muhammad Baqir dan Imam Shadiq (as) pun juga sangat peduli guna mensuport para Syi’ah dan para penyair

untuk berkabung kepada sayyidus Syuhada dan mereka sendiri juga mengajarkan kepada orang lain sampai-sampai para wanita pingitan dikarenakan suara tangisan sedu Imam Shadiq as, mereka pun ikut menangis. Dan Imam senantiasa mengatakan: “Para Fatimah merobek baju untuk Husein bin Ali (as) dan mereka menampar muka-muka mereka. Dan sudah selayaknya mereka menampar muka-muka untuk orang seperti Husein (as) dan merobek baju.” 
Sedangkan Imam Musa bin Ja’far, senantiasa bersedih dari awal pertama Muharram. Dan Imam Ridha (as) memasang tirai untuk para pengkabung wanita. Dan perlu diketahui bahwasanya air mata dan berkabung atas musibah Imam Husein (as) itu kembali dari sebelum kelahiran beliau dan zaman nabi Adam dan para nabi yang lainnya.

Gelora Husaini
Berkabung atas musibah Imam Husein sudah ada semenjak dahulu kala dan akan senantiasa ada, bahkan dari tahun ke tahun, hari ke hari keagungan dan membanjirnya para pengkabung Imam Husein akan menampar kebutaan mata setan dan para wahabi. Dan ini tidak lain dikarenakan sabda Nabi saw. yang bersabda: “Inna Li Qatli al-Husein Hararatun Li qulub al-Mukminin Wa Lan Tabruda Abadan.” 
Dan dalam sabda yang lainnya: “Dampak syahadah dan keagungan Karbala Imam Husein (as) dengan berlalunya siang dan malam tidak akan sirna, tidak akan usang. Para pemimpin kufur dan para pengikut kesesatan selalu berusaha dan gigih untuk menghilangkan dampak tersebut dan berusaha untuk menghapusnya, akan tetapi semakin mereka berusaha keras dan gigih untuk menghapus, maka dampak dan berkah-berkah sayyisud syuhada serta keagungan Karbala akan semakin bertambah banyak dan akan semakin terlihat.”

Seluruh Umur Dengan Mengingat Imam Husein as
Kita dapat mewarnai semua aspek kehidupan kita dengan warna Huseini: langit-langit bayi diberi turbah Husein dan air furat, shalat dengan turbah Imam Husein, selalu membawa turbah, salam kepada beliau dan melaknat para musuhnya ketika sedang meminum air, memberikan turbah kepada orang yang sakaratul maut, meletakkan turbah di kubur dihadapan muka si mayit; ini semua menunjukkan bahwasanya dari semenjak

lahir sampai ketika akan meninggal dan setelah meninggal itu mengingat Abu Abdillah Husein as (Tahdzib al-Ahkam, jild. 6: 39/jild. 7, hlm. 436).

captcha