Menurut laporan IQNA, seperti dikutip dari nmisr.com, akhir-akhir ini Al-Quran baru dengan aneka ragam warna-warni marak di pasar-pasar Mesir dan pameran-pameran seperti pameran buku Sharjah dan demikian juga toko-toko internet Mesir, sementara sebagian masyarakat negara tersebut setuju dan sebagian lainnya menolak.
Salah seorang warga Mesir dengan mengumumkan penolakan maraknya Al-Quran semacam ini berkeyakinan bahwa alangkah baiknya “mode pewarnaan” tidak masuk dalam Al-Quran, sehingga secara tidak sengaja dan tidak sadar kita tidak menyebabkan pencemoohan nilai-nilai kita.
Sementara itu, salah seorang wanita Mesir menyetujui adanya Al-Quran warna-warni tersebut dan mengatakan, saya menganggapnya sebagai suatu hal yang baik; karena mengakibatkan penerimaan anak-anak, baik putra maupun putri dan mensuport mereka untuk menghafal Al-Quran.
Seorang warga Mesir yang menentang maraknya Al-Quran semacam ini juga mengatakan, saya benar-benar menolak masalah ini dan saya meyakini bahwa sebagai ganti dari pewarnaan Al-Quran semestinya lebih memperhatikan kualitas kertas dan Al-Quran itu sendiri.
Sebagian lain juga menyakini bahwa tujuan markas-markas penerbit Al-Quran warna-warni ini adalah untuk mensuport anak-anak supaya membaca Al-Quran dan markas ini sama sekali tidak berhasrat untuk merubah bentuk dan lahiriah kalam wahyu Ilahi.
Salah satu markas penerbit Mesir juga mengumumkan, Al-Quran ini mendapat sambutan baik oleh anak-anak, putra dan putri dan ditemukan banyak orang yang berminat untuk membeli Al-Quran semacam ini.
Film yang ada selanjutnya adalah dengan bahasa Arab dan diambil dari pameran buku Sharjah.
Sejumlah warga negara-negara Arab telah mengutarakan pendapatnya tentang Al-Quran warna-warni dalam film tersebut.