Sepertiga Korban yang Meninggal dalam Insiden Nice, Kaum Muslim
Menurut laporan IQNA seperti dikutip dari Telesur, menurut penuturan para pejabat setempat Nice dan berdasarkan jenis penguburan orang-orang yang tewas oleh para sanak famili korban, 30 korban muslim berasal dari negara Aljazair, Maroko dan Tunisia.
Otmane Aissaoui, direktur masjid Nice dan ketua aliansi muslim Alp - Maritimes dalam mereaksi serangan teroris Nice mengimbau masyarakat untuk menjaga ketenangan dan persatuan. Selain itu, dalam wawancaranya dengan media-media setempat mengatakan, saya khawatir akan meningkatnya ketakutan kaum muslim dan bercampurnya problem-problem oleh para politisi.
"Semua muslim memiliki tanggung jawab bersama, para cendekiawan politik dan media, para imam masjid, lembaga dan kesemuanya harus memiliki rasa tanggung jawab di hadapan kaum muslim,” imbuhnya.
Otmane Aissaoui mengatakan, salah seorang yang tewas adalah Fatima Charrihi, muslim 60 tahun Maroko dan ibu 7 orang anak. Hal yang ingin saya katakan adalah ia mengenakan kerudung dan menjalankan Islam dengan sepatutnya. Islam yang sebenarnya, bukan Islam versi teroris.
Salah seorang putri korban muslim saat wawaancara dengan cannel TV Perancis mengatakan, para pelaku serangan ini bukanlah muslim; karena korban pertama serangan ini adalah muslim.
"Mohamed Lahouaiej Bouhlel, pelaku insiden Nice meski diklaim ISIS menurut pengumuman informasi Perancis, bukan ekstremis,” ucapnya.
Banyak sekali laporan-laporan yang menunjukkan bahwa kaum muslim lebih banyak menjadi korban insiden teroris ketimbang non muslim.
Menurut laporan organisasi anti teroris Amerika, antara 82 – 97% para korban insiden teroris dalam lima tahun terakhir adalah kaum muslim.
Demikian juga, menurut laporan 97 halaman kelompok fisikawan pemenang hadiah nobel pada tahun 2015, perang melawan terorisme yang dipimpin oleh Amerika dengan dalih insiden 11 September di negara-negara Islam seperti Irak, Afganistan dan Pakistan telah menewaskan lebih dari satu juta muslim.
