IQNA

Dosen Pengajar Asal Iran, Universitas Zimbabwe:

Undang-undang Anti Imigrasi Trump Memperlihatkan Citra Sejati Amerika kepada Masyarakat Dunia

15:23 - February 06, 2017
Berita ID: 3471008
IRAN (IQNA) - Prof. Dr Hujjatul Islam wal Muslimin Yahya Jahangiri dengan menjelaskan undang-undang anti imigrasi Trump membahayakan Amerika mengatakan, undang-undang ini memperlihatkan citra sejati Amerika dan slogan-slogan palsu dalam membela HAM masyarakat dunia.

Prof. Dr Hujjatul Islam wal Muslimin Yahya Jahangiri, profesor Islamologi universitas Harare Zimbabwe dan mubalig religi internasional saat wawancara dengan IQNA memaparkan pandangannya terkait undang-undang Donald Trump, presiden Amerika yang melarang masuknya warga negara Iran dan enam negara lainnya, Sudan, Somalia, Suriah, Irak, Libya dan Yaman ke Amerika.

Ia di awal mengatakan, agenda baru pelarangan masuknya sejumlah warga negara ke tanah USA menunjukkan bahwa kekuatan yang menominasi Gedung Putih sekarang ini, memiliki klaim-kliam dusta dan slogan-slogan HAM dalam membela hak-hak masyarakat dunia dan memperjuangkan tindakan-tindakan rasis benar-benar hanya sebuah klaim dan Amerika sendiri yang bertindak memimpin aksi-aksi rasisme dan melawan HAM.

Profesor Jahangiri menambahkan, setelah perintah Trump dipaparkan, aksi-aksi Islamofhobia mengalami peningkatan signifikan dan menyebabkan pembakaran sejumlah masjid di USA dan masjid Quebec Kanada. Dengan melihat beckground para pemimpin negara ini dalam menciptakan Islamofhobia, agenda ini juga dianggap sebagai draft untuk melakukan Islamofhobia dan fitnah terorisme.

Ia mengatakan, dalih menggelikan mereka untuk memerangi terorisme, bukan hanya tidak memotong kaki kelompok terorisme ke negara tersebut; bahkan juga harus menunggu serangan-serangan lebih luas dari kelompok-kelompok ekstrem di negaranya dan dunia; karena dalam daftar yang dipaparkan tidak menuturkan sejumlah nama negara yang mendukung ekstremisme, seperti Arab Saudi dan kebijakan keliru ini semakin menambah pertumbuhan terorisme yang membahayakan diri mereka sendiri.

Profesor Jahangiri menegaskan, mayoritas negara-negara dunia mengkategorikan Iran sebagai sebuah negara pecinta damai dan reaksi-reaksi pertama masyarakat dunia terkait masyarakat Amerika terhadap tuduhan, aksi dan membela masyarakat Iran menjadi stempel afirmasi akan klaim ini. Sampai-sampai bahkan sebagian kelompok Yahudi negara ini mengklaim jiwanya berhutang pada seorang dokter asal Iran dan dikarenakan dirinya mengalami sikap-sikap rasisme demikian, maka mereka tidak setuju dengan agenda tersebut, mereka mengumumkan dukungan mereka kepada masyarakat Iran.

Menurutnya, kadar tinggi para pendukung dan pecinta Iran di seluruh penjuru dunia dengan hadir dalam pelbagai pertemuan dan jejaring internet telah memberikan pukulan keras terhadap gendang skandal Trump dan para pengklaim HAM di Amerika harus menggantungkan realita tersebut di telinganya, yaitu masyarakat Iran yang bermigrasi dan bermukim termasuk tingaktan membanggakan dan penting, dimana keluarnya mereka dari Amerika memiliki peran signifikan dalam penurunan ekonomi, politik, kebudayaan, kesehatan dan masalah-masalah penting lainnya negara tersebut.

Perlu diketahui, Prof. Yahya Jahangir selain memiliki beckground mengajar sebagai pengajar Jamiah al-Mustafa (Saw) al-Alamiyyah dan Jamiah al-Zahra (As), juga menjadi anggota penasehat markas internasional Dialog Perdamaian Islam di Swedia dan penasehat religi perusahaan Halal Silk Road di Jepang.

http://iqna.ir/fa/news/3570166

captcha