IQNA

Menilik Pengaruh Muslim dalam Ekonomi dan Industri Makanan Amerika

10:03 - October 24, 2019
Berita ID: 3473544
IRAN (IQNA) - Amerika Serikat dan negara-negara Barat pada umumnya dapat melihat kehadiran Muslim dalam ekonomi dan industri makanan negara mereka sebagai sebuah peluang, bukan ancaman. Memberi kesempatan kepada Muslim dapat menyebabkan bahwa mereka dapat memiliki peran positif dalam perekonomian negara-negara tuan rumah.

Menurut laporan IQNA, saat ini, di beberapa media di seluruh dunia menunjukkan bahwa bagi banyak orang Barat, umat Muslim secara budaya tidak mampu menerima nilai-nilai masyarakat Barat karena perbedaan-perbedaan mendasar dan terkadang saling bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Hasil dari hal ini bisa berupa pengusiran para imigran dan Muslim dari masyarakat mereka dan pasar tenaga kerja Negara tersebut, yang pada akhirnya bisa memberi peluang pada kelompok-kelompok ekstremis untuk merekrut orang-orang yang terusir ini.

Dengan itu semua, umat Islam berusaha menjadi salah satu kelompok yang paling berpengaruh dalam budaya, masyarakat, ekonomi dan politik, terlepas dari pembatasan dan kontradiksi budaya dalam masyarakat Barat. Salah satu dari sedikit industri dan pasar di Barat di mana umat Islam aktif dan disambut oleh komunitas-komunitas ini adalah industri makanan dan budaya makanan pada umumnya.

Mungkin makanan dapat menjadi salah satu dari beberapa hal yang mana semua orang dengan segala bentuk pandangan agamasi dan budaya tentangnya, dapat mencapai pada pendapat bersama. Sejatinya, kehadiran imigran di negara mana pun dapat bermanfaat bagi negara tuan rumah karena selera mereka yang berbeda dalam budaya makanan untuk negara tuan rumah sangatlah menguntungkan dan menyebabkan pertukaran budaya dalam hal ini.

Mungkin industri makanan pertama yang mendapat manfaat dari kehadiran Muslim dan terutama imigran adalah sektor terkait dengan layanan makanan. Banyak restoran dan pabrik yang terkait dengan makanan, seperti pengemasan dan transportasi, sepenuhnya bergantung pada tenaga kerja imigran. Ini terutama berlaku untuk negara seperti AS di mana bekerja di restoran dan makanan cepat saji adalah salah satu pilihan pertama bagi pendatang baru. Sejumlah pembatasan administrasi Trump tentang kunjungan Muslim ke Amerika Serikat dan upaya untuk mengurangi imigrasi telah membuat marah sebagian besar pemilik bisnis makanan. Ada tiga alasan bagi industri makanan untuk memperhatikan secara serius akan perubahan program yang direncanakan pemerintah AS terkait masalah imigrasi.

Alasan pertama adalah kehadiran besar-besaran pekerja asing di sektor pertanian AS. Menurut statistik Departemen Tenaga Kerja AS, 57 persen dari angkatan kerja pertanian negara itu tidak memiliki dokumen imigrasi yang sah, dan angkatan kerja ini sebagian besar bekerja dengan upah rendah yang membantu menekan biaya pertanian dan akhirnya harga pangan dalam negeri.

Alasan kedua dapat dilihat di kota-kota besar yang menampung populasi besar imigran. Menjual makanan jalanan adalah salah satu cara pertama bagi keluarga imigran untuk menghasilkan uang. Hal ini dan tindakan-tindakan menyulitkan untuk para imigran menyebabkan di beberapa propinsi, sejumlah walikota melakukan upayanya untuk melindungi mereka.

Menilik Pengaruh Muslim dalam Ekonomi dan Industri Makanan Amerika

Di Los Angeles, misalnya, walikota kota itu berusaha menindaklanjuti perubahan cepat dalam undang-undang yang melegalkan penjualan makanan jalanan. Ini adalah langkah penting untuk melindungi para imigran yang mungkin menghadapi tuntutan pidana dan membuat mereka lebih rentan terhadap undang-undang Trump. Makanan jajanan memainkan peran penting dalam budaya makanan populasi AS yang tumbuh. Studi menunjukkan bahwa 88 persen keluarga mengonsumsi makanan asing setidaknya dua kali sebulan. Penjualan makanan tahunan adalah $ 6,5 miliar untuk makanan Spanyol dan $ 2 miliar untuk makanan Asia.

Alasan ketiga adalah kehadiran imigran di sektor layanan makanan. Menurut statistik pemerintah AS, sekitar 1,4 juta pekerja restoran adalah imigran yang bekerja sebagai koki, pencuci piring, pelayan, dll, yang menunjukkan kehadiran imigran yang sangat kentara di industri makanan dan jasa.

Tapi apa peran Muslim dalam industri makanan Amerika dan di dunia pada umumnya, dan di mana industri makanan terkait dengan Muslim? Sebuah laporan oleh beberapa badan statistik dan terkait dengan makanan tahun lalu menunjukkan bahwa penjualan makanan halal di AS mencapai $ 2 miliar, yang menunjukkan pertumbuhan penjualan makanan halal karena meningkatnya populasi Muslim di Amerika. Di Amerika Serikat, umat Islam dapat membeli sendiri daging halal dan makanan ringan dari supermarket dan tukang daging, tergantung pada ketersediaannya dan pelbagai definisi halal. Penjualan makanan halal tidak hanya di kalangan populasi Muslim tetapi juga di antara non-Muslim yang sedang berkembang cepat.

Sejauh ini, setidaknya satu produsen makanan Amerika telah memenuhi harapan konsumen Muslim. Saffron Road menghasilkan makanan beku, rendah lemak, protein tinggi dan serat, termasuk hormon dan daging sapi dan domba bebas antibiotik, ikan hasil tangkapan liar, dan ayam yang tumbuh secara alami. Semua kemasan berisi beberapa label yang dengan bangga mengatakan makanannya adalah halal dan ada penjelasan kata halal di belakang kotak.

Menilik Pengaruh Muslim dalam Ekonomi dan Industri Makanan Amerika

Di sisi lain, industri halal dan Muslim tidak hanya berperang di bidang makanan dalam budaya dan ekonomi Amerika. Bahkan, dapat dikatakan bahwa industri halal sekarang ini melampaui bidang makanan dan mencakup farmasi, kosmetik, produk kebersihan, perawatan kesehatan, peralatan medis serta sektor jasa seperti logistik, pemasaran, media cetak dan elektronik, pengemasan, merek komersil dan jaminan uang. Selain itu, pasar makanan halal saat ini muncul sebagai salah satu pasar yang paling menguntungkan dan berpengaruh dalam perdagangan pangan global.

Dengan melihat hal ini, tampaknya tidak hanya AS, tetapi juga negara-negara Barat lainnya harus melihat kehadiran Muslim di negara mereka dan dampaknya terhadap ekonomi dan budaya mereka sebagai peluang, bukan sebagai ancaman. Memberi kesempatan kepada Muslim dapat menyebabkan bahwa mereka dapat memiliki peran positif dalam perekonomian negara-negara tuan rumah dan tidak menggunakan kemampuan mereka, dapat menyebabkan pengangguran dan pemikatan mereka oleh para ekstremis, yang akan mengakibatkan kerusakan pada komunitas Muslim dan komunitas tuan rumah mereka.

 

https://iqna.ir/fa/news/3850464

captcha