IQNA

Malaysia dan Tantangan Pasca Mahathir

19:11 - February 25, 2020
Berita ID: 3473970
TEHERAN (IQNA) - Perdana menteri Malaysia mengajukan pengunduran dirinya kepada raja kemarin, dan pengunduran diri itu disetujui, sementara sejumlah pertemuan dan berita-berita politik mengindikasikan persetujuan untuk melanjutkan pekerjaan Mahathir hingga November.

IQNA melaporkan, Abdulreza Alemi, PhD dalam studi media dari Universitas Malaya Malaysia, mengatakan dalam sebuah catatan: “Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad mengajukan pengunduran dirinya kepada raja pada Senin (24/2) dan pengunduran tersebut disetujui.”

Sejumlah pertemuan dan berita politik dalam beberapa hari terakhir menunjukkan para pemimpin Pakatan Harapan setuju untuk kelanjutan kinerja Mahathir hingga November, tetapi tiba-tiba, dengan kata-kata Anwar Ibrahim, pemimpin Partai Keadilan Rakyat, dan kemungkinan pengganti Mahathir Mohamad dan beberapa reaksi anggota partainya, seperti Azmin Ali, mengubah situasi politik di Malaysia dan akhirnya menyebabkan pengumuman mendadak pengunduran diri Mahathir Mohamad.

Dalam mengkaji akar dan penyebab pengunduran diri semacam itu, beberapa media Malaysia banyak menyoroti masalah baru-baru ini di kancah politik negara itu, koalisi Pakatan Harapan sebelum pemilihan terakhir, dan demikian juga sikap dan peristiwa setelah pemerintahan dua tahun koalisi Pakatan Harapan dan penyebab perselisihan.

Selama enam puluh tahun sebelum kemenangan Pakatan Harapan di kekuasaan Partai Umno yang didominasi keturunan Melayu, aturan itu dirancang sedemikian rupa sehingga kepentingan Melayu dan etnis Melayu diprioritaskan oleh kebijakan domestik para penguasa atas partai politik dan gerakan-gerakan etnis Tionghoa dan India.

Tetapi dengan pemisahan Mahathir Mohamad dari partai Umno dan pembalikannya dari kebijakan etnis dalam beberapa tahun terakhir serta koalisi dengan partai-partai seperti Partai DAB keturunan Tionghoa dan demikian juga kerjasama dengan wakilnya yang digulingkan, Anwar Ibrahim untuk menghilangkan Najib Abdul Razak, telah membentuk kondisi baru setelah kemenangan koalisi Harapan dan pemerintah baru Mahathir Mohamad, yang paling terpenting adalah penguatan partai-partai keturunan Tionghoa dan India serta pelemahan Melayu dalam pemerintahan baru, yang terlepas dari semua kritik partai Umno, hal ini tidak diterima oleh masyarakat dan etnis Melayu.

Kritik terhadap Keturunan Tionghoa di Sejumlah Media Malaysia

Gelombang kritik terhadap keturunan Tionghoa di media-media Malaysia, serta kekalahan semua kandidat non-Melayu dan afiliasi dengan pemerintah koalisi dalam pemilihan jangka menengah, merupakan tanda kekhawatiran tentang penurunan kekuatan Malaysia dalam politik dan pemerintahan Malaysia.

Di sisi lain, terpilihnya Anwar Ibrahim sebagai perdana menteri setelah Mahathir tidak diharapkan oleh sebagian besar partai dan bahkan oleh orang-orang Melayu, tetapi selama perselisihan internal kelompok partai, pemilihannya sebagai perdana menteri tidak ada halangan.

Dengan perpecahan intern Partai Keadilan Rakyat, Anwar Ibrahim dan posisi Azmin Ali dan para pendukungnya telah menciptakan perpecahan di partai Keadilan dan koalisi Harapan, dan Mahatir sementara itu dengan bungkam dan tidak ada sikap langsung, hanya mengakui untuk peringatan satu periode kedaulatan untuk koalisi tersebut.

Sebaliknya, partai-partai rival pemerintahan yang berkuasa, seperti Pas dan Umno juga berupaya mengubah komposisi pemerintah dan tidak adanya Anwar Ibrahim. Partai PAS jelas-jelas tidak setuju dengan Mahathir Mohamad, dan sangat menentang pemilihan Anwar Ibrahim sebagai perdana menteri, dan di sisi lain beberapa anggota Partai Umno, juga dengan melihat krisis korupsi para pemimpin partai ini seperti Najib Abdul Razak, telah menyatakan keinginan mereka untuk bergabung dengan Partai Barisan National, partai Mahathir sendiri.

Dalam kondisi seperti itu, meskipun Mahathir berusaha menyatakan kesetiaannya kepada Koalisi Pakatan Harapan, namun pengunduran dirinya menandakan langkah politik berpengaruh terakhir sebelum era pasca-Mahathir.

Bukti-bukti menunjukkan bahwa dengan pengunduran diri Mahatir Mohamad dan penarikan partainya dari koalisi serta pengunduran Azmin Ali dari Partai Keadilan Anwar Ibrahim dan kekalahan koalisi Harapan, kombinasi baru partai-partai termasuk Barisan Nasional (Partai Mahathir) partai PAS dan anggota separatis partai Umno dan Keadilan (Partai Anwar Ibrahim) telah mengambil alih mayoritas parlemen Malaysia dan mereka akan memilih Perdana Menteri, Mahathir sampai akhir periode ini untuk meraih tujuan-tujuan mereka untuk memperkuat partai-partai Malaysia, menghilangkan Anwar Ibrahim dan partai-partai keturunan Tionghoa dan India DAB. (hry)

 

3881359

Kunci-kunci: malaysia ، tantangan ، Pasca Mahathir
captcha