Bagaimana Kita Menjadi Sabar?
«... وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ. الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ »
“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun”. (QS. Al-Baqarah: 155-156)
Ayat Alquran ini dikenal sebagai ayat Istirja’ dan mengajarkan kita pelajaran bahwa kita tidak boleh sedih dengan hilangnya sejumlah nikmat, karena semua karunia ini milik Allah swt. Suatu hari Dia memberikan dan hari berikutnya Dia melihat kemaslahatan dan mengambilnya kembali dari kita, dan keduanya adalah kepentingan terbaik kita.
Fakta bahwa kita semua kembali kepada Allah swt setelah kematian mengingatkan kita bahwa dunia ini tidak abadi dan bahwa hilangnya sejumlah nikmat dan kurangnya karunia atau kelimpahan semuanya cepat berlalu, dan semua ini adalah sebuah sarana untuk mencapai tahapan kesempurnaan. Memperhatikan dua prinsip dasar ini sangat berpengaruh dalam menciptakan semangat ketekunan dan kesabaran.
Allamah Tabatabai menulis dalam Tafsir al-Mizan: “Ketika seseorang percaya pada hakikat Tuhan dan pemilik serta otoritas-Nya atas segalanya, dia tidak akan pernah risau dengan masalah, karena dia tidak menganggap dirinya pemilik sesuatu, di mana ia menjadi senang atau sedih karena mendapatkan atau kehilangan sesuatu.”
Ayatullah Mohsen Qaraati menulis dalam bukunya, Tafsir Noor: “Orang-orang yang sabar, alih-alih lupa diri dan mencari perlindungan pada orang lain, mencari perlindungan hanya kepada Tuhan semata. Karena dalam pandangan mereka, seluruh dunia adalah ruang kelas dan tempat ujian di mana kita harus tumbuh. Dunia bukanlah tempat tinggal, dan kesulitannya bukanlah tanda ketidakwelas asihan Tuhan.” (HRY)
Kata kunci: Apa kata Alquran, Sabar, Penderitaan, Depresi
