IQNA

Apa Kata Alquran/16

Dua Argumen Mengapa Tuhan Tidak Memiliki Anak

15:26 - July 05, 2022
Berita ID: 3477012
TEHERAN (IQNA) - Ada dua argumen dalam Alquran yang berkaitan dengan peniadaan anak kepada Tuhan. Para ahli tafsir telah menyatakan dua alasan ini berdasarkan surah Al-Baqarah ayat 117.

Kuasa Tuhan dan cara menggunakannya adalah salah satu topik yang menarik bagi orang-orang beragama, dan pembentukan gagasan yang akurat tentang itu memberi arah pada kepercayaan mereka yang lain. Penciptaan dunia dan manusia adalah salah satu masalah yang ditentukan terkait dengan masalah ini. Dalam hal ini, ada sebuah ayat dalam Alquran yang telah dibahas secara luas oleh para penafsir sehubungan dengan hal itu:

«بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ و َإِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ»

“Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!" Lalu jadilah ia”. (QS. Al-Baqarah: 117)

Menurut ayat sebelumnya, pernyataan ini adalah semacam jawaban atas pandangan orang-orang dari agama Yahudi dan Kristen yang percaya bahwa Tuhan memiliki anak. Beberapa dari mereka mengatakan "Uzair adalah anak Tuhan" dan yang lain percaya bahwa "Isa adalah anak Tuhan". Kalimat ini demikian juga berbicara tentang kedaulatan Tuhan dalam penciptaan.

Allamah Thabathabai telah mengambil dua argumen dari ayat ini yang menolak penciptaan anak dari Tuhan. Bukti pertama adalah bahwa memiliki anak menjadi mungkin ketika makhluk alami memisahkan beberapa komponen alaminya dari dirinya sendiri dan kemudian, melalui pelatihan bertahap, menjadikannya dari jenisnya sendiri dan seperti dirinya sendiri. Di sisi lain, Tuhan tidak berjisim, tetapi semua yang ada di langit dan bumi adalah untuknya dan sepenuhnya bergantung pada-Nya. Lantas, bagaimana mungkin suatu makhluk bisa menjadi anak-Nya dan memiliki ciri-ciri-Nya?

Dalil kedua, menurut ayat tersebut, Allah adalah pencipta langit dan bumi dan menciptakan segala sesuatu tanpa pola. Oleh karena itu, perbuatan-Nya tidak dilakukan dengan meniru dan menyerupai dan secara bertahap seperti tindakan orang lain, dan Dia tidak memerlukan alat dan perlengkapan untuk melakukan sesuatu. Begitu dia mengatakan "Jadilah", hal itu segera menjadi ada. Jadi, bagaimana kita bisa menganggapnya sebagai dzat yang memiliki anak, sedangkan membuat anak butuh pada pendidikan dan bertahap.

Dalam Tafsir Itsna Asyari, kita membaca: "Kun Fayakunu" menunjukkan bahwa begitu Allah menghendaki, objek itu segera menjadi. Kehendak Allah didasarkan pada kebijaksanaan, kemanfaatan, dan otoritas, dan penciptaan segala sesuatu tidak memerlukan kondisi lain selain kehendak-Nya.

Tafsir Noor dari ayat ini telah menjelaskan dua pesan:

1- Ciptaan Allah selalu inovatif.

2- Allah dapat menciptakan semua keberadaan dalam satu saat; "Kun Fayakunu", meskipun kebijaksanaan-Nya mensyaratkan bahwa rantai kausalitas digunakan dan mereka diciptakan secara bertahap. (HRY)

berita-berita terkait
captcha