IQNA

Rezim Zionis dalam Perang 33 Hari Mengalami Pukulan dan Kekalahan Telak

5:21 - July 25, 2012
Berita ID: 2376799
Tim Internasional: Sekjen Hizbullah Lebanon, Sayid Hasan Nasrullah menegaskan bahwa Rezim Zionis dalam perang 33 hari tahun 2006 yang lalu mengalami pukulan dan kekalahan telak dan sangat memalukan.
Sayid Hasan Nasrullah pada Rabu malam lalu (18/72012) ketika berpidato pada peringatan tahun ke-6 kemenangan Hizbullah dalam perang 33 hari memgemukakan, “Dalam peringatan tahun ke-6 setelah perang 33 hari ini, Israel masih merasa shock akibat kekalahan yang mereka terima dalam perang tersebut. Banyak orang Israel yang mengadakan konferensi-konferensi, menulis berbagai artikel dan menghadiri banyak pertemuan yang juga dihadiri para pejabat tinggi Zionis untuk membahas kekalahan tersebut. Cukup buat kami ketika Meir Dagan, ketua Mossad, yang ketika perang menyatakan bahwa perang ini merupakan sebuah musibah bagi Israel, dan Israel menerima pukulan yang sangat berat, atau ketika Dan Meridor yang waktu itu menjabat sebagai ketua Komite Pembaruan Perspektif Keamanan Nasional Israel, dia menyampaikan bahwa Israel sampai sekarang belum pernah menyaksikan hal seperti ini dan belum pernah merasa malu sedemikian rupa.”
Ia menambahkan, “Mereka sekarang berada dalam rawa lumpur, meski begitu mereka tetap saja bermimpi meraih prestasi untuk diri mereka, mereka mengadakan tipu muslihat dan berkoar-koar tentang keberhasilan besar yang sudah mereka raih pada perang Tammuz. Dalam rapat keamanan pada 14 juli, mereka mengaku memiliki informasi terperinci dan sangat penting juga mengetahui posisi landasan-landasan peluncuran rudal Hizbullah dan rudal-rudal buatan Iran. Menteri Pertahanan Israel mengatakan bahwa semua landasan peluncuran rudal Hizbullah sudah diketahui posisinya, mereka menyatakan bahwa jika untuk memulai operasi disetujui, maka perang akan segera berahir dan tulang punggung Hizbullah pasti akan patah. Mereka membayangkan bahwa operasi tersebut akan mengejutkan Hizbullah, dan Hizbullah tidak akan lagi mampu meluncurkan rudal-rudal mereka. Satu jam setelah disetujuinya perang, 40 pesawat tempur mereka memulai serangan dan menarget lebih dari 40 tempat, mereka melakukan operasinya dalam waktu 34 menit, kemudian Halutz menghubungi Olmert dan mengatakan bahwa Israel menang dalam pertempuran dan perang telah selesai.”
Sekjen Hizbullah menegaskan, “Pada hari kedua, Shimon Peres mengatakan bahwa Israel menang perang dan Sekjen Hizbullah melarikan diri ke Damaskus, padahal saat itu saya berada di Dhahiyah, para petinggi Israel setelah itu berusaha menyusun strategi keamanan yang meluas, mengumpulkan infomasi dan mengadakan manuver serta menggelontorkan anggaran sangat besar guna meraih sebuah kesuksesan yang diinginkan, situasi saat itu mereka anggap seperti tahun 1967, Halutz dalam langkahnya itu mengklaim bahwa 60 sampai 70 persen kekuatan rudal Hizbullah telah berhasil dijadikan target.”
Nasrullah mengatakan, “Kenyataan bahwa selalu tersadar, terjaga dan hidupnya Muqawamah ini menunjukkan bahwa otak sang direktur dan manajemen sistem pertahanan gerakan tersebut itu paham akan gerak-gerik pihak musuh berkaitan sistem rudal penghancur milik mereka, Cuma saja Muqawamah tidak mengungkapkan tentang hal itu, Muqawamah sengaja memantau gerak-gerik mereka dan bahkan ‘membantu’ mereka dalam mengumpulkan informasi, dalam salah satu kesempatan, pemimpin dan otaknya mereka, Syahid Imad Mugniya bersama saudara-saudara lainnya memberikan hantaman yang cukup kepada Israel, dan Syahid Mugnioya selalu memikirkan akan hal itu, bahwa dalam setiap peperangan, Muqawamahlah yang harus memberikan hantaman lebih dulu kepada Israel.”
Sekjen Hizbullah Lebanon itu menambahkan, “Kesuksesan pertahanan pertama yang diraih Muqawamah (Gerakan perlawanan) adalah, Hizbullah tahu bahwa Zionis telah mengetahui posisi sistem rudal kami, kemudian kesuksesan kedua adalah Muqawamah berhasil memindahkan sistem rudal tersebut dari tempat itu tanpa sepengetahuan Zionis, makanya Zionis menghujani banyak kawasan tadi dengan rudal seakan-akan rudal-rudal kami memang ada di situ, padahal semua rudal sudah dipindahkan ke tempat lain, sejak itulah Muqawamah memulai perlawanannya terhadap Zionis selama 33 hari, sampai-sampai Muqawamahpun telah siap untuk menarget Telaviz.
Sayid Hasan Nasrullah melanjutkan, “Operasi ‘Kekuatan Husus’ Zionis yang menggunakan kekuatan udara husus yang mereka bangga-banggakan itu, oleh kami beri nama ‘Operasi Ilusi Husus’ dan ‘Operasi Jatuh ke Perangkap Muqawamah’. Dan 70-80 persen kekuatan Muqawamah sampai hari terahir sudah siap siaga di medan perang untuk bertempur dan melanjutkan perlawanan.”
Nasrullah menekankan, “Jika kami merasa cukup dengan jumlah rudal yang sudah ada, saat itu kamipun mampu menembakkan lebih banyak rudal di lapangan, namun kami juga mempertimbangkan faktor waktu, dan bombandir yang kami lakukan itu pada asumsi bahwa perang sedang berlangsung. Pada perang hari kedua, saat Zionis menerima kenyataan, Halutz memasuki Komite Pertahanan untuk menyampaikan kondisi dan mengatakan, ‘sepertinya kita telah mamasuki peperangan yang berkepanjangan yang akan berlangsung selama berminggu-minggu, dalam hal ini Perez tidak sanggup memberi penjelasan dan pertanggung jawaban,’ dan memang sampai sekarangpun dia tidak bisa berkata apa-apa.”
Jika Israel menyerang maka mereka akan menerima kejutan dari Hizbullah
Sekjen Hizbullah menyatakan, “Kami tahu dan memahami bagaimana situasi Lebanon, yang mana banyak orang mengharapkan terjadinya bentrokan, peperangan dan kekacauan di sini, itu memang hak mereka, namun yakinlah, di segala macam keributan dan kekacauan, di situ juga akan selalu ada sebuah perlawanan, para pejuang Muqawamah siang dan malam selalu siaga untuk bertempur dan berjuang melawan musuh serta membela dan menjaga negara, dalam jalannya itu, sama sekali tidak ada sesuatupun yang mampu melalaikan mereka dari tugasnya, saat ini kami juga mengetahui bahwa musuh sedang berusaha mengumpulkan informasi tentang kami, dan mereka sendirilah yang menyiapkan diri untuk menerima tamparan pertama kalinya, sebagaimana perang-perang sebelumnya yang sudah kita saksikan.”
Ia menambahkan, “Saya harap Zionis memperhatikan poin ini, dan saya katakan kepada mereka bahwa kwalitas kekuatan kalian itu cuma kekuatan kosong dan ilusi, kami sangat mengetahui bahwa di setiap peperangan yang mungkin saja terjadi di kemudian hari, pasti kalianlah yang pertama kali memulai menyerang, namun ketahuilah, saat itu juga kalian akan langsung dikejutkan oleh Muqawamah.”
Sayid Hasan Nasrullah menegaskan, “Kami berjanji pada Zionis bahwa kami akan mencengangkan mereka, namun kami berharap kepada anda semua dan negara-negara kawasan supaya yakin akan kemampuan tinggi dan kecerdasan serta ketajaman pikiran yang dimiliki Muqawamah. Ketahuilah, di Lebanon, di dunia Arab, di dunia Islam dan di kawasan ini kami memiliki otak, pikiran, hati, keinginan, harapan dan kemampuan yang sangat luar biasa yang dengan itu semua kami akan mampu memprogram, mengatur strategi dan mengadakan perlawanan, kemudian pada ahirnya kita akan meraih kemenangan, nasib dan masa depan kita akan bertolak belakang dengan seperti apa yang diusahakan dan diinginkan oleh sebagian rezim-rezim dan para penulis Arab juga media, mereka memberikan sugesti pada kita bahwa Zionis itu sangat kuat dan tidak terkalahkan. Pada perang Juni, kemudian di perang kawasan Gaza merupakan pesan paling penting yang sudah tersebar, begitulah, bahwa takdir kita adalah menang dan tak terkalahkan. Sebagaimana kemenangan yang sudah kita raih di tahun 2000 dan 2006, kita juga akan meraih kemenangan yang lebih besar lagi di setiap peperangan berikutnya.”
Sekjen Hizbullah Lebanon dalam kelanjutan pidatonya pada acara peringatan keenam kemenangan dalam perang 33 hari itu, berkaitan dengan sangsi Amerika baru-baru ini atas Iran, beliau menekankan bahwa AS dan barat telah melakukan segala yang mereka mampu untuk melawan Iran, namun Iran saat ini telah seratus kali lipat lebih kuat dari tiga puluh tahun yang lalu dan kekuatan mereka akan terus dan terus bertambah.”
Ia menambahkan, “Mereka mengembargo Iran, namun ternyata Iran malah lebih kuat, Iran adalah negara besar, dari segi sumber daya manusia, para ahli dan fasilitas materi mereka itu sangat kaya.”
Sekjen Hizbullah melanjutkan, “Beberapa tahun terahir Israel berusaha mengembargo Iran dan meneror para komandan militer serta mengadakan ledakan-ledakan yang ditujukan pada masyarakat, puluhan chanel parabola berbahasa persi berusaha memprovokasi masyarakat Iran supaya melawan pemimpin mereka, mereka memprovokasi banyak orang untuk turun ke jalan-jalan Tehran, namun dalam usaha kerusuhannya itu mereka tidak berhasil sama sekali.”
Sayid Hasan Nasrullah berkenaan dengan situasi di Suriah saat ini mengatakan, bahwa Suriah tidak hanya menyokong bantuan biaya untuk mendukung perjuangan Palestina dan Lebanon, bahkan atas jasa senjata-senjata buatan negara ini yang diberikan kepada para pejuanglah, para pejuang Palestina dan Lebanon berhasil meraih kemenangan, baik di Lebanon maupun di Gaza, dan rezim Zionis sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa.
Beliau menegaskan, “Pada saat rezim-rezim Arab gemar menimbun harta, Presiden Suriah Bashir Asad dan para martir komandan seperti Assef Shawkat, Daud Rajiha dan Hasan Turkmani, mereka semualah yang membantu dan mendukung perjuangan Palestina dan Lebanon.”
Sekjen Hizbullah kembali menegaskan, bahwa para komandan besar tersebut sangat berjasa besar terhadap Muqawamah, dan atas tragedi besar (yang menimpa Suriah), kami ikut bersimpati dan berbela sungkawa bersama dengan para komandan, para tentara dan masyarakat Suriah. Kami tegaskan, bahwa aksi ini hanya akan menguntungkan musuh, para syuhada tersebut adalah teman-teman dekat Muqawamah yang selalu berdiri melawan sang musuh besar Zionis.
Sayid Hasan Nasrullah mengatakan, “Kami yakin pasukan Suriah masih punya banyak komandan besar seperti para komandan yang telah syahid yang akan menggantikan mereka, sehingga mereka akan merubah harapan para musuh menjadi keputusasaan.”
Sayid Hasan Nasrullah dalam pidatonya pada peringatan tahun keenam kemenangan Muqawamah dalam perang 33 hari melawan Israel ketika menyerang Lebanon di musim panas tahun 2006 itu mengatakan, “Perang telah usai, dan sekarang saya akan memasuki poin kedua, orang-orang Israel dan Amerika sudah mengevaluasi peperangan dan telah megambil pelajaran, dan kita telah mamasuki babak baru. Tujuan dikobarkannya perang 33 hari adalah, memerangi Muqawamah yang di Lebanon supaya gerakan asli bisa dikalahkan, sehingga poros perlawanan yang ada di kawasan dengan mudah dimusnahkan, diantara dunia Arab yang masih berkomitmen dengan masalah Palestina dan perjuangan perebutan kembali tanah Arab, yaitu poros Iran dan Suriah hingga pergerakan-pergerakan perlawanan di Lebanon dan Palestina, namun kebanyakan dari rezim-rezim kawasan malah berada pada poros lain dan berharap supaya masyarakat Palestina melupakan masalah mereka. Sebenarnya yang mereka inginkan adalah lenyapnya poros awal dan gerakan pertama, yaitu lenyapnya Muqawamah di Lebanon, kalau Muqawamah di Lebanon sudah dikalahkan, maka peperanagn akan berlanjut ke Suriah, dengan alasan bahwa Suriah merupakan pendukung penuh Muqawamah, kemudian rencana mereka yang kedua adalah, menggulingkan pemerintahan Bashar Asad dan menghancurkan Suriah serta menundukkannya di hadapan proyek AS dan Israel. Namun kemenangan Muqawamah telah berhasil mencelupkan rencana mereka ke dalam air, karena pada hari-hari ahir peperangan, Israel berusaha untuk mencari solusi, dan pada waktu itu Perez meminta petunjuk kepada Dewan Arab yang ada di New York, Israel telah melalui semua ketentuan, dan satu-satunya yang bisa disetujui adalah Resolusi 1701, yaitu mengutuk Muqawamah, lalu prestasi apa yang didapat Israel dari perang tersebut?.”
Sayid Hasan Nasrullah mengatakan, “Saya katakan pada anda semua, jika di Lebanon terdapat solidaritas politik nasional dan politik saling ketergantungan, dan jika di Lebanon ‘belati-belati itu di sarungkan pada wadahnya bukannya di punggung kami’, maka di hari-hari ahir, kita akan mampu memperoleh banyak keuntungan dari hal negosiasi, namun sebagian kalangan yang berkecampung dalam ranah perpolitikan internal Lebanon ada yang mendukung Israel supaya rezim itu terbebas dari jalan buntu.”
Ia mengatakan, “Seorang pemuda yang tidak takut terhadap pesawat F-6 nya Israel dan menetap di Lebanon Selatan yang hatinya sama sekali tidak gemetar, itulah strategi pertahanan yang tepat. Shimon Peres berkaitan resolusi gencatan senjata 1701 mengatakan, ‘Israel tidak punya solusi lain kecuali menghentikan peperangan’, dan Cuma itulah prestasi paling baik yang dipunya Israel.”
Sayid Hasan Nasrullah menambahkan, “Orang-orang Israel memasuki tahap kedua, mereka menuju Gaza, di Gaza , meskipun bereka berhasil menyusun rencana, namun As dan Israel tidak berhasil sempurna mengoperasikannya, bahkan mereka telah memilih banyak konspirasi cadangan untuk Gaza, itu karena mereka telah mgambil pelajaran dari kenyataan perang 33 hari. Bagi mereka, Hizbullah di Lebanon merupakan sebuah problem yang sangat mendasar, sampai-sampai pembombandiran udara tidak cukup bisa menghentikan peperangan. Kemudian yang kedua adalah, operasi darat juga sangat berbahaya dan merupakan kenekatan besar. Beberapa hari sebelum dimulainya perang, Olmert mengatakan bahwa, setiap bentuk operasi darat di Lebanon kalau sampai maju lebih dari tiga kilometer, maka itu adalah kekonyolan, Shimon Peres dalam Komite Winugrad mengatakan, ‘Karena peperangan ini berlansung dari jarak jauh, maka tidak mungkin setiap pemuda umur 16 tahun bisa diburu dengan pesawat F-16 seratus jutaan dolar, pada ahirnya mereka memilih rudal anti pesawat, Peres juga mengatakan bahwa, tidak mungkin bagi kita untuk membawa tank-tank Markaway untuk sampai pada semua parit Hizbullah’.”
Sayid hasan Nasrullah dalam pidatonya di Lebanon Selatan itu, dengan menyinggung secara implisit tentang media invasi maupun non-media dari sebagian pasukan 14 Maret yang melawan Hizbullah, mengatakan, “Ketegangan intern yang terjadi di Lebanon itu mempunyai alasan, dan dalam hal ini para media punya andil, saya tidak mau membahas tentang media massa mereka, namun hendaklah mereka itu tahu akan tugas nasionalnya dan bertindak sesuai dengan itu.”
Sekjen Hizbullah seraya berharap kepada seluruh masyarakat Lebanon, hususnya para pendukung Muqawamah untuk bersabar dan tahan terhadap invasi politik, ia mengatakan,”Kita telah banyak mendengar penghinaan, namun itu tidak jadi masalah ketika pengalaman membuktikan bahwa darah kita dan anak-anak kita telah kita korbankan demi kemulyaan dan stabilitas negara, maka tidak masalah kalau kita tidak merespon pernyataan-pernyataan provokatif itu, ada orang-orang tertentu yang ingin menimbulkan konflik diantara anda sekalian, ada orang-orang yang ingin menimbulkan kerusuhan di Lebanon.”
Sekjen Hizbullah menegaskan, “Saat ini mereka tidak menginginkan adanya kebebasan di Suriah, begitu juga di Lebanon, saya harap anda semua lebih bersabar dan selalu disiplin, ada orang-orang yang berusaha untuk memecah belah masyarakat kita, mereka menciptakan konflik-konflik kelompok, kesukuan dan keagamaan, dan konflik-konflik tersebut bukanlah sesuatu yang kebetulan, bukan dikarenakan masyarakat miskin atau karena arus listrik terputus, tapi itu semua karena ada orang-orang yang membayar supaya negara kita ini seperti itu.”
Sayid Hasan Nasrullah menambahkan, “Namun dengan segala daya, kita berkomitmen untuk tidak bereaksi, kita semua tahu kalau kita tidaklah lemah, namun kita lebih mengutamakan perdamain nasional, terutama dalam tema Syiah dan Sunnah.”
Ia memaparkan, “Wahai semua yang pro-militer, wahai pemerintah Lebanon, kalau kita ingin mempunyai militer yang kuat, maka kita harus berada pada posisi yang kuat, kita tidak perlu takut kepada Amerika dan para jenderal Amerika, saat itulah kita akan bisa membentuk militer yang tangguh, tetapi jika masih saja ada senjata Amerika, dan ternyata amunisinya berada di pihak Amerika, itu berarti kwalitas militer kita masih sama seperti pasukan anti-huru hara”
Sekjen Hizbullah seraya menyinggung bahwa, AS tidak akan pernah mau memberikan senjata canggih kepada Lebanon, hal itu supaya Lebanon tidak perang dengan Israel. Beliau mengatakan, “Kami tidak butuh senjatanya Amerika, dan tidak akan pernah mengulurkan tangan kepada mereka, mereka itu tidak ingin militer kita menjadi kuat, dan mereka memang tidak ingin memasok senjata ke Lebanon. Iran bilang bahwa mereka akan menghadiahi senjata kepada militer Lebanon, atau menjualnya dengan harga yang sangat murah, itu berarti Iran lah yang ingin supaya militer Lebanon itu menjadi kuat.”
Nasrullah menekankan, “Perihal situasi Lebanon terhadap ancaman dalam dan luar, perlu dikatakan bahwa terdapat konsensus nasional tentang penguatan militer Lebanon sebagai institusi pertahanan tanah air.”
Pada ahir pidatonya, Sekjen Hizbullah mengatakan, “Selama beberapa tahun yang lalu, militer telah menunjukkan sikap nasionalisme dan obyektivitasnya serta menunjukkan bahwa mereka adalah pelindung rakyat, namun tuduhan yang menimpa militer tentang adanya misi untuk pihak-pihak tertentu merupakan hal terbesar yang mengancam kemiliteran, pada saat kita meninggalkan militer ketika pertama kali terjadi insiden intern atau ketika menghadapi Israel, itu merupakan bencana bagi kita, bahkan dalam insiden kawasan al-Adisah kita juga harus mengetahui kapasitas dan nilai militer, sebatas mana mereka membela bangsa dan negara.”
Sumber: al-Manar
1057102
captcha