IQNA

Perempuan Muslim, Hijab dan Stereotip Negatif di Eropa

9:39 - January 26, 2020
Berita ID: 3473876
JERMAN (IQNA) - Gambar dan ungkapan stereotip tentang perempuan Muslim telah mengisi halaman media dan pers berbahasa Jerman dan Inggris di Eropa. Sementara banyak Muslim percaya bahwa gambar stereotip ini tidak mencerminkan kenyataan dan realita kehidupan mereka.

Menurut laporan IQNA dilansir dari atase kebudayaan Iran di Jerman, banyak perempuan Muslim dalam beberapa tahun terakhir telah mencoba untuk menyajikan gambaran nyata dari kehidupan mereka dengan berbicara kepada media dan melalui kegiatan mereka. Laila Hasakovic, seorang mahasiswi jurnalisme dan komunikasi di Universitas Wina, adalah salah satu dari perempuan ini. Dalam tesis sarjana, dia menganalogikan laporan media tentang kehidupan perempuan Muslim dengan kenyataan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencerminkan perlakuan diskriminatif media cetak dan video Eropa terhadap perempuan Muslim. Berikut ini adalah bagian dari hasil penelitian Laila Hasakovic yang diterbitkan dalam jurnal Islamische Zeitung, Jerman:

Perempuan yang dirampas, Muslim yang berbahaya dan lain-lain adalah bagian dari kalimat-kalimat stereotip yang digunakan oleh berbagai media tentang perempuan Muslim. Karenanya, saya memutuskan dalam tesis sarjana saya untuk menganalogikan berita dan laporan tentang perempuan Muslim dengan kenyataan hidup mereka. Selama penelitian, fokus saya adalah pada istilah-istilah seperti integrasi, Islam, pembagian gender, dan diferensiasi untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang isi berita dan laporan media. Hasil penelitian saya menunjukkan bahwa sebagian besar media melukiskan gambaran yang salah tentang keluarga Muslim.

Sejumlah Media Berlindung pada Stereotif Negatif

Di sebagian besar media Eropa, keluarga Muslim mencakup pekerja pria dan perempuan yang bertanggung jawab untuk membesarkan anak-anak mereka. Menurut kesaksian media, laki-laki Muslim memiliki andil sedikit dalam merawat anak-anak mereka dan perempuan jarang memikirkan pekerjaan di luar rumah. Sebagian besar media massa menggambarkan peran tersebut untuk laki-laki dan perempuan serta berlindung pada produksi dan penyebaran stereotip terhadap Muslim. Media massa juga melukiskan gambaran yang salah tentang budaya Islam, sementara banyak umat Islam tidak memiliki kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan warga negara lainnya.

Di sisi lain, salah satu pertanyaan tesis utama saya adalah, bagaimana sikap perempuan Muslim di media visual dan tertulis? Penelitian saya menunjukkan bahwa citra perempuan di media cetak didasarkan pada insiden dan peristiwa, dan bahwa perempuan Muslim tidak memiliki posisi yang stabil di media cetak. Maria Roder, yang telah meneliti citra perempuan Muslim di majalah Der Spiegel selama bertahun-tahun, menulis: “Di halaman politik ditulis tentang perempuan Muslim lebih dari tempat lain. Pada bagian ini, penilaian kehidupan dan perilaku perempuan Muslim sebagian besar negatif. Di halaman-halaman ini, di satu sisi, perempuan Muslim digambarkan sebagai orang luar dan orang asing, dan di sisi lain ditekankan bahwa mereka tidak mendapatkan kehidupan sehari-hari dikarenakan hukum Islam. Gambaran-gambaran ini sering mengarah pada pemahaman negatif dan terdistorsi tentang Islam.”

Namun pendekatan ini tidak terbatas pada Der Spiegel semata, sebagian besar liputan media tentang perempuan Muslim biasa disertai dengan fanatisme. Perempuan Muslim telah berulang kali mencoba untuk menangkal gambaran stereotip ini dengan argumen rasional. Mereka selalu mencoba menjelaskan kepada warga lain bahwa memahami budaya yang berbeda dapat mengarah pada koeksistensi yang damai. Kendati demikian, sebagian besar waktu perempuan Muslim harus meninggalkan kegiatan mereka karena keyakinan dan ideologi mereka. Selama penelitian saya, misalnya, saya bertemu dengan hijaber asal Suriah yang aktif dalam musik. Perempuan berusia 22 tahun ini baru-baru ini mengambil sikap melawan Israel. Pada saat itu, media menyerang perempuan itu dan mengidentifikasinya sebagai anggota kelompok Islam ekstremis. Serangan-serangan ini menyebabkan perempuan Muslim itu meninggalkan karier musiknya. "Saya berharap perdamaian menyebar ke seluruh dunia. Tapi sayangnya serangan ini mengganggu saya, jadi saya memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan saya untuk sementara waktu," katanya.

Ikuti Norma-norma Barat!

Selain itu, topik lain yang selalu menjadi fokus media massa Eropa adalah hijab perempuan Muslim. Ketika seorang perempuan berhijab, dibuatlah sebuah citra negatif dibuat tentang dirinya di media massa Eropa. Media Barat selalu menawarkan perempuan Muslim untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dan norma-norma Barat. Sebagian besar dari mereka percaya bahwa hijab itu membuat bermasalah dan tidak boleh dipakai di lingkungan pendidikan dan peradilan.

Sejatinya, media-media ini di satu sisi menunjukkan bahwa nilai-nilai Barat mendukung kebebasan dan, di sisi lain, mereka menggambarkan budaya Islam sebagai penyebab ekstremisme dalam masyarakat. Di media, selalu ada penggambaran negatif tentang perempuan Muslim. Penelitian saya menunjukkan bahwa di sebagian besar program televisi, hijab perempuan diperkenalkan sebagai simbol penindasan terhadap mereka.

Demikian juga, hasil penelitian Maria Roder menunjukkan bahwa artikel yang diterbitkan tentang perempuan Muslim dimasukkan dalam kategori tertentu seperti agama, keluarga, komunitas, imigrasi, dan perempuan. Laporan-laporan ini sering merujuk pada rendahnya pendidikan perempuan Muslim, pandangan tradisional keluarga, dan bahaya yang mengancam perempuan Muslim. Di sisi lain, di media, perempuan Muslim selalu dipandang sebagai bawahan laki-laki dalam keluarga, dan Islam telah digambarkan sebagai penyebab diskriminasi gender di masyarakat. Perempuan Muslim juga sering memiliki peran sebagai korban atau faktor berbahaya.

Secara keseluruhan, tinjauan konten media menunjukkan bahwa mereka tidak mencerminkan kenyataan dan realita. Perempuan Muslim tidak pernah digambarkan di media berdasarkan kemampuan dan karakteristik positif mereka, tetapi dinilai berdasarkan gender dan agama mereka. Mereka bahkan tidak memiliki kesempatan yang memadai untuk memperkenalkan diri mereka dengan baik di komunitas.

 

https://iqna.ir/fa/news/3873960

captcha