IQNA

Sejarah, Keanggotaan Israel di Uni Afrika Ditangguhkan

14:40 - February 07, 2022
Berita ID: 3476438
TEHERAN (IQNA) – Pakar Aljazair mengatakan bahwa diplomasi Aljazair berhasil mengoordinasikan posisinya dengan negara-negara besar di Uni Afrika, dengan membekukan keputusan sebelumnya untuk memberikan Israel status pengamat dalam Uni Afrika.

Menurut IQNA seperti dilansir arrahmahnews.com, Dalam konteks ini, Ahmed Aboul Gheit, Sekretaris Jenderal Liga Arab Serikat, menyambut baik keputusan yang diambil oleh KTT Afrika, yang diadakan hari ini 6 Februari, di Addis Ababa, untuk membekukan keanggotaan Israel sebagai pengamat Uni Afrika, menyusul aksesnya ke Uni Afrika sebagai pengamat berdasarkan Keputusan Presiden Komisi pada Agustus 2021.

Para ahli percaya bahwa penolakan keputusan sebelumnya menegaskan kepatuhan negara-negara Uni Afrika pada tujuan dan prinsip-prinsip di mana serikat didirikan, dan tidak mengizinkan keputusan individu, atau masuknya negara mana pun yang merugikan anggota serikat.

Dalam konteks yang sama, Suleiman Araj, seorang analis politik Aljazair, mengatakan bahwa keberhasilan inisiatif Aljazair untuk mencabut keputusan pemberian status anggota pengamat pad Israel adalah puncak dari upaya Aljazair dan mitra lainnya dalam melestarikan Piagam Uni Afrika.

Dalam pernyataannya pada Sputnik Arabic, ia menambahkan bahwa langkah tersebut secara praktis diterjemahkan ke dalam membela visi dan tujuan serikat terhadap setiap upaya asing pada organ-organ Uni Afrika, dan kepentingan negara-negara Afrika.

Dia menjelaskan bahwa kehadiran Israel tidak melayani negara-negara Afrika dan tidak melayani Piagam Uni Afrika, yang dipilih oleh negara-negara anggota. Oleh karena itu, keberhasilan ini merupakan keberhasilan dalam melindungi dan mempertahankan tujuan di mana Uni Afrika didirikan.

Upaya Israel

Sementara itu, Ramadan Bohidel mengatakan bahwa Israel sedang mencari pengakuan dari banyak negara Afrika, dengan menembus jantung benua Afrika melalui negara-negara yang bersekutu dengannya.

Dalam pernyataannya pada Sputnik Arabic, ia menambahkan bahwa aliansi yang mencakup “Aljazair, Nigeria, Mesir, Tunisia, dan Afrika Selatan” itu mampu menahan penetrasi Israel. (HRY)

captcha