IQNA

Konsultan Iran di Kirgizstan Menjelaskan: Kembali ke Pembentukan Gerakan Islam di Kirgizstan

7:23 - August 14, 2014
Berita ID: 1439220
Gerakan kembali ke Islam dalam beberapa tahun terkahir ini dipaparkan secara serius dikalangan masyarakat Kirgizstan dan masyarakat ini juga menunjukkan kecintaan yang lebih untuk menjaga nilai-nilai Islam.

“Kirgizstan secara ekonomi adalah negara miskin, karena tidak memiliki sumber daya dan penghasilan yang stategis, namun dari sisi pengaruh terhadap distrik Fergana, ia memiliki posisi istimewa di Asia Tengah,” ucap Ali Kibriyai Zadeh, Konsultan Kebudayaan Iran di Kirgizstan, saat wawancara dengan IQNA.
Kibriyai Zadeh menambahkan, “Menurut statistik, kaum muslimin 70-80% dan 3% dari populasi 5,5 juta orang yang membentuk negara ini, dan kurang lebih mayoritas dari mereka bermazhabkan Hanafi dan hanya sekitar 15000 orang Syiah yang tinggal di negara ini.

Masyarakat Kirgizstan Selatan Memiliki Keyakinan Islam Lebih mendalam
Konsultan Kebudayaan Iran mengatakan, “Tendensi  kemazhaban di Utara dan Selatan Kirgizstan satu dengan yang lainnya sangatlah berbeda. Di Utara propinsi seperti “Chui” kebanyakan terpengaruh dari budaya Rusia, namun propinsi Selatan, seperti Jalalabad, Osh, Batken, dikarenakan bertetanggaan dengan pusat Kebudayaan Samarkand dan Khujand Tajikistan terpengaruh dengan kebudayaan kawasan ini. Kebudayaan yang memiliki kedekatan dengan kebudayaan Islam dan Iran. Dengan demikian propinsi-propinsi Selatan Kirgizstan, masrayakatnya memiliki tendensi agama yang lebih mendalam, semisalnya propinsi Osh, yang mana bisa dianggap sebagai pusat kebudayaan Kirgizstan, banyak sekali ditemukan tendensi Islam di kawasan ini dan taraf pengetahuan agama masyarakat propinsi-propinsi Selatan negara ini memiliki tingkatan yang lebih tinggi.
Konsultan Iran di Kirgizstan, disela-sela pengisyaratkan sejumlah masjid di negara ini, mengatakan, “Sebelum kemerdekaan Kirgizstan, statistik masjid kurang dari 34, namun sejak tahun 1991, dimana Kirgizstan mendapatkan kemerdekaannya, sampai sekarang ini dapat ditemukan 3 ribu masjid di negara ini.

Kembali ke Pembentukan Gerakan Islam Dalam Beberapa Tahun Terakhir
Dia menekankan, “Kecondongan dan tendensi kemazhaban di antara masyarakat Kirgizs sangatlah banyak, namun informasi religi masyarakat dalam taraf yang lemah. Hal inilah yang menyebabkan kelompok ekstrimis dapat memanfaatkan dengan mudah sensitifitas dan kecintaan religi masyarakat, khususnya para remaja. Dan perlu saya paparkan, sangat jelas sejak pertengahan kedua tahun 90, kecintaan terhadap Islam dan menghidupkan nilai-nilai Islam di Kirgizstan semakin bertambah, dengan demikian, masyarakat Kirgizs sekarang ini mengenalkan dirinya dengan Islam dan mencari esensi dirinya dalam Islam.
Dengan penilaian positif terhadap pendekatan negara Kirgizstan akan masalah-masalah religi, Kibriyai Zadeh mengatakan, “Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, dalam beberapa tahun terakhir ini, penyebaran kebangkitan kembali ke Islam dapat ditemukan secara seriuas di Kirgizstan.  Pendekatan pemerintahan negara ini memperkuat dan menjaga nilai-nilai Islam dan terkhusus pada tahun sekarang ini, dimana menamakan Bishkek sebagai pusat kebudayaan Islam telah membangun markas-markas studi dan penelitian dalam masalah keislaman. Dalam masalah hijab juga kita saksikan perkembangan hijab para wanita setiap harinya di negara ini dan kita tidak melihat adanya pelarangan dalam hal ini.

Lemahnya Pengetahuan Agama dan Minimnya Teks-teks Agama; Faktor Pengaruh Wahabi
Selanjutnya, mengenai pengaruh kelompok ekstrimis di negara ini, dia menyatakan, “Pemerintahan Kirgizstan berusaha mencegah perselisihan antar mazhab, akan tetapi kemiskinan ekonomi, tidak adanya teks-teks agama, dan kebodohan para ulama agama telah menyiapkan lahan untuk aktifitas beberapa kelompok seperti Wahabi di negara ini.”
“Pemerintah tidak merasakan bahaya dari pihak orang-orang Syiah di Kirgizstan, akan tetapi negara merasakan bahaya dan kegelisahan dari pihak kelompok-kelompok radikal seperti kelompok Wahabi,  yang mana telah mendapatkan pendanaan yang luas dari sebagian negara-negara Arab, terkhusus Arab Saudi atau perkembangan seperti Hizbut Tahrir (HT), dan Faksi Islam, Uzbekistan yang telah mengklaimkan kekhalifahan Islam,” tambahnya.
Kibriyai Zadeh mengingatkan, “Negara telah melakukan beberapa tindakan untuk mencegah kelompok-kelompok ini atau melakukan pengagendaan, semisalnya para imam jemaah masjid berusaha mengenalkan masyarakat dari tujuan kelompok-kelompok radikal takfiri ini, para mufti negara ini menindak lanjuti penguatan Islam tradisional, yaitu Islam Sufi. Komisi antar Agama juga melakukan aktifitas dalam hal ini, akan tetapi harus melakukan aktifitas berskala besar.”
Selanjutnya, dia menambahkan, “Dengan memperhatikan kehadiran sejumlah para pemuda Kirgizs di Suriah dan bergabung dengan kelompok-kelompok ekstrimis takfiri, masalah “Jihad Nikah”, pemerintahan negara ini memiliki sensitifitas khusus terhadap aktifitas-aktifitas mazhab dan mengamati secara cermat aktifitas-aktifitas ini. Mereka berusaha menyadarkan para keluarga dari esensi dan tujuan kelompok-kelompok ini, sehingga mencegah kepergian para putri-putri dan anak laki-laki mereka ke Suriah.

Usaha Konsultan Kebudayaan, Pelaksanaan Aktifitas Pendekatan Antar Mazhab
Kibriyai Zadeh, berkenaan dengan aktifitas konsultan di negara ini, mengatakan, “Usaha Konsultan kebanyakan dalam bidang pendekatan antar mazhab Islam dan urgensitas persatuan kaum muslimin dalam kondisi sensitif sekarang ini. Begitu juga kami berusaha mengajukan beberapa langkah guna mengenalkan masyarakat Kirgizstan dengan peradaban Islam dan peran Islam dalam kemajuan ilmu. Disamping mempublikasikan makalah-makalah yang beragam dalam hal ini, kami juga melakukan penerjemahan buku “Karnameh Islam”, karya Zarin Kub, dalam bahasa Kirgizs, yang berkerja sama dengan organisasi pemerintah Kirgizstan. Dengan menerbitkan  1000 eksemplar dan dibagikan di pusat-pusat keilmuan dan universitas dan terus menerus menerbitkan makalah-makalah jurnal “Jalan Sutra” konsultan kebudayaan, dalam masalah persatuan Islam dan kebudayaan Islam.” 
Selanjutnya, Kibriyai mengatakan, “Demikian juga penerjemahan buku “Kedudukan Wanita dalam Pandangan Imam Khomeini (ra)” dalam bahasa Kirgizs dan sedang kami terbitkan. Kami dalam hal ini juga telah menyelenggarakan pertemuan-pertemuan dan seminar-seminar secara panel. Dan kami mendukung penerbitan karya-karya cendekiawan mazhab Hanafi yang berkaitan dengan persatuan Islam dan melawan kelompok-kelompok takfiri.”
Demikian juga, dia mengingatkan, “Usaha kami adalah mengenalkan corak Kehidupan Islam. Sebuah topik kebutuhan masyarakat Kirgizstan. Sekarang ini juga dalam rangka mengenalkan hakikat Islam dan Islam Orisinil nan suci, yang mendapatkan sambutan; permasalahan lainnya yang ada adalah pengetahuan masyarakat Kirgizstan terhadap Iran atau dalam mendapatkan berita sangatlah minim, kebanyakan dari mereka merujuk kepada sumber-sumber berita selain Iran, yang mana sangat disayangkan bahwa sebagian dari yang telah diterbitkan dan dipublikasikan, realitanya benar-benar tidak sesuai dengan hakikat Iran yang sebenarnya. Dengan demikian, dengan program pertukaran delegasi ilmiah dan kebudayaan, kami berusaha memaparkan gambaran yang benar mengenai negara kami dan kami berusaha melawan dengan apa yang dikatakan Iranfobia. Demikian juga, kami memiliki jalinan baik dengan cannel-cennel TV Kirgizstan, dan kami berusaha ikut serta dalam acara-acara TV Kirgzstan secara serius dan kami menjawab pertanyaan-pertanyaan masyarakat Kirgizstan mengenai Iran.
Kibriyai Zadeh mengingatkan,  “Dalam bentuk kerjasama bersama dengan cannel TV negara ini adalah dengan menayangkan film-film sinema Iran atau film-film dokumenter Iran, sebagaimana dokumenter “Yade Yar” kehidupan imam khomeini (ra) yang di dabing dalam bahasa Kirgizs dan sudah ditayangkan. Dan sekarang ini serial TV “U Yek Feresteh Ast”, Dia Seorang Malaikat, yang memiliki pesan moral dan agama sedang di dabing dalam tujuh bagian dalam bahasa Kirgizs, dan kurang lebih pendabingan sudah mencapai tahap akhir. Dan insyaallah akan segera ditayangkan di cannel TV negara ini. Begitu juga kami memiliki pertemuan-pertemuan beragam dengan ahli ilmu dan juga dengan para pemilik media dan percetakan, sebagaimana juga dengan para ahli industri sinema untuk mengenalkan kapasitas keilmuan, kebudayaan, dan kesenian Iran.

Masjid Imam Ali (as) Satu-Satunya Masjid Syiah Kirgizstan
Selanjutnya, Konsultan Iran, sambil mengenalkan program-program konsuler, juga mengingatkan bahwa masjid Imam Ali (as) di Bishkek, adalah satu-satunya masjid Syiah di Kirgizstan, yang mana sekitar 14 tahun yang lalu telah dibangun dan diprakarsai oleh Organisasi Kebudayan dan Hubungan Islam dan Jamiah al-Musthafa al-‘Alamiyah, yang sebelumnya sudah memiliki struktur organisasi, begitu juga terkonstruksi dengan bantuan orang-orang Syiah Azari, yang mana sebelum pembangunan masjid ini, orang-orang Syiah Azari, dari sisi pengetahuan agama berada dalam tingkat yang tidak bagus, namun sekarang ini dengan adanya masjid dan imam jamaah di masjid ini, yaitu seorang pelajar agama yang agung, kita dapat melihat kondisi yang berbeda. Pada saat ini, masjid Imam Ali (as) ini telah menjadi pusat perkumpulan orang-orang Syiah dari Azarbaijan, Iran, Pakistan, dan Afganistan dan dapat dikatakan bahwa masjid ini tidak diragukan lagi sebagai salah satu masjid orang-orang Syiah yang aktif  di Asia Tengah. Tentunya masjid-masjid lainnya juga sedang dibangun di Kirgizstan, dikawasan “Leninsky” kota Bishkek, tempat tinggal orang-orang Syiah.

Akar-akar Kebudayaan dan Keyakinan  yang Sama antara Iran dan Kirgizstan
Konsultan Iran menegaskan, “Masyarakat Kirgizstan dan Iran memiliki kesamaan dalam sisi kebudayaan agama dan sejarah, misalnya masyarakat Kirgizstan memiliki epik kepahlawanan dengan nama “Manas” dan kami juga memilikinya. Kedua peninggalan tersebut mempublikasikan keadilan, melawan kelaliman, dan menekankan jiwa kedermawanan dan akhlak. Hal ini menunjukkan bahwa dalam beberapa tahapaan, penduduk dua negara ini memiliki kejiwaan dan hubungan yang sama. Kirgizs juga seperti orang-orang Iran, yang menghendaki kemerdekaan dan kebebasan, memerangi keburukan, masyarakat yang tegap dan menghargai nilai-nilai tradisional mereka.
Kibriyai Zadeh, dalam hal hubungan universitas, mengisyaratkan kecondongan para jenius Kirgizs untuk bekerja sama dengan Iran dan markas keilmuan dan universitas Iran. Dia mengatakan, “Sebagian universitas Kirgizs seperti Universitas Ilmu Humaniora atau Universitas “Ur Ubayuf” memiliki catatan perjanjian kerjasama dengan sebagian universitas Iran, seperti Universitas “Syahid Behesty” atau Universitas “Az-Zahra” dan mereka meminta hubungan-hubungan ini dapat dikembangkan dalam skala besar. 
Selanjutnya, Konsultan Kebudayaan Iran mengisyaratkan kerjasama perpustakaan nasional Republik Kirgizstan dengan Organisasi Dokumen dan Perpustakaan Nasional Iran. “Tahun lalu, konsultan kebudayaan membantu dan ketua Perpustakaan Nasional Kirgizs dalam perjalanannya menjadi tamu pihak Organisasi Kebudayaan dan Hubungan Islam ke Negara kami telah menandatangani perjanjian kerjasama dengan Organisasi Dokumen dan Perpustakaan Nasional Republik Islam,” ucap dia.
Demikian juga, selain mengenalkan aktifitas markas Iranologi, dan Irancorner di Universitas Besar Kirgizs, Kibriyai Zadeh menambahkan, “Infastruktur ini untuk mempromosikan bahasa Persia, dan juga mengenalkan kemajuan Ilmu Iran dan medali-medali Revolusi Islam.”

1439220

tanda nama: Islam
captcha