IQNA

Imad Afrugh Mengintroduksikan: Kelompok-kelompok Takfiri Terperangkap Dalam Teori “Perang Peradaban”/ Potensi Pemikiran Akhbari dan Asy’ari Untuk Ekstrimisme

15:33 - August 26, 2014
Berita ID: 1443461
Terdapat kesamaan antara pemikiran Akhbari dan Asy’ari, yang merupakan potensi untuk aktivitas ekstrim; Dari satu sisi mereka tidak memperhatikan perubahan dan perkembangan dan dari sisi yang lain mereka tidak memperhatikan interaksi agama, sosial, dan penalaran manusia dan pandangannya berorientasikan hanya pada taklif dan tugas semata.

Imad Afrugh, seorang dosen sebuah universitas dan analis permasalahan agama dan politik, saat wawancara dengan IQNA menjelaskan tentang poin mengenai aspek pembentukan kelompok mazhab ekstrem yang ada di kawasan.
Afrugh berkenaan dengan akar pembentukan kelompok ini, mengatakan, “Saya merasakan apa yang kita saksikan di dunia Islam, adalah sebagiannya kembali kepada latar belakang intelektualitas dan pengetahuan yang terjadi di dunia ini.”
Pemikiran Asy’ari dan Akhbari; Akar Sebagian Besar dari Kejadian-kejadian Dunia Islam
Dia, dalam hal ini mengemukakan, “Dunia Islam sebelumnya juga memiliki latar belakang pemikiran Mu’tazilah dan Asy’ariah dan juga pemikiran Akhbari dan Ushuli. Yang pertama kita saksikan secara mendalam di kalangan dunia Ahlus Sunnah dan yang kedua di kalangan dunia Syiah dan banyak sekali kejadian-kejadian yang terjadi di dua dunia ini adalah akibat dari dua jenis tendensi dan intelektualitas ini yang dinisbahkan pada manusia dan alam.
Dia juga dengan mengisyaratkan pada Revolusi Islam Iran dan falsafah pembentukannya, menjelaskan, “Jangan kita melupakan salah satu perkataan imam Khomeini (ra) yang menerangkan bahwa revolusi ini datang untuk menghadang penafsiran-penafsiran yang  menyimpang dari Islam atau yang mendekati makna ini. Di situ juga terdapat bukti tersendiri yang mereka tinggalkan, yang mengatakan bahwa mereka makan dari jantung darah para fanatik, para pengikut Asy’ari dan orang-orang konservatif. Ya, ini adalah sebuah realita dan walau bagaimanapun dengan memperhatikan hubungan ide dengan realita, kita tidak bisa melupakan dampak dari cara pandang terhadap realita yang dihadapi oleh dunia Islam sekarang ini.”


Peran Pandangan Dogmatis dan Esensialis Terhadap Agama dalam Pembentukan Kelompok Takfiri
Dia menambahkan, “Apa yang terjadi di Suriah dan semisalnya dalam bentuk kelompok takfiri dan salafi, atau apa yang terjadi dalam sebuah kelompok dengan nama ISIS, sebagian  akarnya adalah pengetahuan dan ini kembali pada latar belakang, tata cara pandang dogmatis, tetutup, dan esensial terhadap agama dan ini yang disebut dengan asumsi, hipotesis, dan ideologinya juga dia embankan terhadap agama.”
“Seorang teman bertanya kepadaku tentang apa akar dan latar belakang agama dari pemikiran ini, dan saya jawab, janganlah kamu menanyakan tentang akar agama dan latar belakang pemikiran agama ini kepadaku, akan tetapi bertanyalah tentang hipotesis dan pandangan dunia ini semua; karena seorang penafsir yang tidak memiliki hipotesis tidak akan mendatangi agama dan melalui hipotesis tersebut kita dapat membedakan penafsir yang baik dengan penafsir yang buruk,” lanjutnya.


Jejak Teori “Perang Peradaban” Dalam Aktivitas Kelompok Takfiri
Dia, di bagian lain menganggap bahwa akar pembentukan kelompok takfiri dan meninggkatnya aktivitas mereka disebabkan oleh resiprokal antara dunia agama dan dunia sekular. “Saya ajak kalian untuk menelaah secara detail buku “Perang Peradaban” karya Mr. Huntington, yang pada  akhir-akhir ini saya merujuknya dan saya gunakan dalam makalah “Tauhid dan Hak Manusia” untuk merepresentasikan dasar-dasar bersama antara Islam dan Kristen. Di situ kami melihat bahwa Mr. Huntington begitu sangat nakal dan dengan kebenaran dan kesalahan, dia menyiapkan ladang dan area untuk sebuah peperangan agama dan munculnya perselisihan dalam dunia agama serta sebuah resiprokal dalam dan luar agama.


Acuh Terhadap Pembahasan yang Berkaitan dengan Perdamaian dan Perbincangan Antar Agama dalam Ranah Internal Agama
Afrugh mengintroduksikan, “Alhamdulillah, dalam bidang luar agama dan dalam kaitannya dengan fenomena luar agama, antar agama; mereka telah mengerti peristiwa ini dan bagaimanapun juga mereka tidak jatuh terjerumus dalam perangkap ini dan pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan perdamaian dan perbincangan antara agama semakin banyak ditelaah dan terus dikaji, namun sangat disayangkan sekali apa yang kita saksikan dengan istilah perbincangan luar agama, tidak kita saksikan dalam ranah dalam agama; yakni peristiwa keberkahan yang terjadi dalam Islam dan Kristen dan sejenisnya, tidak kita saksikan dalam diri mazhab dan kelompok-kelompok internal Islam, padahal semuanya sudah disediakan bahwa kita dalam ranah ini masalah internal agama telah mengambil langkah-langkah yang lebih kokoh.
“Peristiwa seperti revolusi Islam, adalah masalah yang berkaitan dengan dekadensi dunia Islam, banyak persyaratan yang digariskan untuk persatuan.  Kesemuanya ini adalah sebuah kancah, namun sepertinya sama sekali tidak ada yang memperhatikan syarat-syarat ini dan telah saya paparkan apa yang menjadi harapan, bahkan dalam perbandingan dengan apa yang terjadi dalam perbincangan luar agama, tidak kita saksikan dalam kancah persatuan kelompok-kelompok Islam,” lanjutnya.
Afrugh menambahkan, “Hal ini bisa menjadi pembahasan tersendiri, dikarenakan meskipun terdapat kesamaan di dalam kelompok-kelompok Islam, dalam Tauhid, kenabian, hari kebangkitan, Jihad, Zakat, shalat, puasa dan lain-lainnya, dan banyak lagi tentang kesamaan Islam dan Kristen, namun hal ini belum terjadi dan sangat disayangkan sekali, sekarang ini juga kita masih berada di permukaan jalan.”
Selanjutnya, Dosen Universitas ini, dengan menegaskan bahwa peristiwa-peristiwa akhir hanya tidak memiliki latar belakang pengetahuan, mengatakan, “Sebagian dari latar belakang pengetahuan yang berpengaruh dalam permasalahan ini adalah teori yang dipaparkan atas nama Huntington dan dalam rangka kemaslahatan dunia Imperialisme-Zionis. Realitanya Hal ini juga telah saya paparkan dan bukanlah sentimental.”
“Sangat disayangkan bahwa para Dewan terkait memiliki sifat acuh terhadap masalah yang terjadi dalam dunia Islam, selain itu juga mereka terjerumus dalam trick ini dan selanjutnya mereka terdiam ataukah sama sekali tidak memahami urgensitas persatuan di dunia Islam atau bahkan dunia antar agama,” tambahnya.
Dia menjelaskan, “Padahal ini  jika kalian memiliki sebuah pembahasan yang benar-benar dimengerti dan teranalisis – yang sudah kami paparkan dalam pelbagai tempat – kalian akan melihat bahwa segala sesuatunya telah tersedia untuk sebuah persatuan agama; baik dalam segi prinsip-prinsip umum, ataupun dalam segi kejadian-kejadian yang kita saksikan di dunia sekarang ini, baik dalam segi penguatan teoritis yang dilakukan oleh Huntington, dan sangat disayangkan sekali bahwa kita masih belum memahami apa yang mungkin atau seharusnya kita lakukan untuk penguatan teoritis ini dan sangat disayangkan sekali bahwa telah disediakan lahan untuk kedatangan Amerika di kawasan.”
Afrugh dalam menjawab pertanyaan, Mengapa persamaan-persamaan tidak dapat menjawab persatuan?, menjelaskan, “Sebagian dari itu kembali pada persengketaan sejarah, ketidakacuhan, dan komitmen-komitmen yang ada dalam dunia Islam dan sebagian lainnya juga adalah karena stimulasi. Pembahasan saya bukanlah semata-mata bahwa peristiwa ini  memiliki faktor eksternal, tidak.  Ada faktor eksternalnya, yaitu sebuah permasalahan yang berlaku, yang memiliki sebuah area yang tersedia. Yakni jika arena yang tersedia ini tidak ada di dunia Islam, maka hal itu sama sekali tidak akan bisa datang dan ditanam benihnya.”


Akar Ideologi Lahiriah Wahabi dalam Determinisme Pemikiran Asy’ari
Dia, dengan memaparkan penjelasan lebih berkenaan dengan area yang tersedia, mengintroduksikan, “Sebagian dari area tersebut membentuk faktor pengetahuan ideologi Asy’ari yang ada dalam dunia Islam. Ideologi ini adalah ideologi Determinisme. Sebuah ideologi yang menolak ikhtiyar dan hak manusia dan melihat manusia hanya dari sisi taklif semata. Sebagian dari perspektif ini mendudukkan dirinya dalam kedudukan Tuhan dan menuhankan serta menyerukan manusia dengan nama motif keagamaan dan melawan bid’ah dan sejenisnya, atas sebuah ketundukan semata. Kalian melihat ini semua dalam dunia Ahlus Sunnah dan Ideologi Lahiriah Wahabi dan Pencetus utamanya adalah Ibnu Taimiyyah.”
Afrugh melanjutkan, “Jika kalian pergi berhaji, akan senantiasa mendengar ucapan ini, “Ini Bid’ah”, “Ini Bid’ah”, “Ini Bid’ah”. Saya pergi dengan para mahasiswa, yang mana salah satu kamera dari mahasiswa diambil dengan dalih mengambil foto di tempat ini adalah haram. Saya mendatangi sendiri dan saya katakan kepada petugas di sana, jika hal itu adalah haram, kenapa kalian menyebarkan film tersebut? Dalam tanggapan jawabannya juga terdapat nada protes dari mereka dan menyesali dengan perkataan; kami juga kesal dengan apa yang ada, yang tidak sesuai dengan kenyataan. Dia katakan hal ini kepada saya dan segera memberikan kamera tersebut. Lihatlah dengan baik, ideologi buntu ini sangat berbahaya.”  
Ideologi Akhbari; Seperti Syiah Akar Kelompok Takfiri
Dia menjelaskan bahwa kemiripan ideologi ini juga ada dalam dunia Tasayyu’. “Pemikiran Akhbari seperti ideologi Determinisme Asy’ari. Ideologi Akhbari juga hanya memperhatikan bentuk riwayat semata, dan mereka tidak mengklaimkan adanya makna batin. Mereka tidak mengklaimkan cara kiasan dan perumpamaan dan diantara empat sumber pengambilan hukum (istimbat) agama dan fikih kami, mereka hanya memilih sunnah dan riwayat dan melakukan pendekatan selektif dan mereka lalai terhadap dasar-dasar rasional, dan bahkan Al-Quran; dengan nama bahwa kita tidak bisa memahami Al-Quran dan harus merujuk kepada riwayat, dan jika riwayat dalam hal tersebut tidak berbicara, maka kita pun juga harus berdiam diri.
“Kaum Akhbari tidak memperhatikan perubahan dari satu sisi atau dari sisi yang lain, dan tidak juga memperhatikan interaksi agama dan masyarakat, serta pemikiran dan rasionalitas manusia dan pandangan mereka hanya berkisar pada taklif semata. Terdapat persamaan antara ideologi Akhbari dan Asy’ari dan ini adalah sebuah potensi.”
Bersambung...

1439491

tanda nama: Iran Islam
captcha