IQNA

Di Kazakhstan: Konferensi Sekretariat Kongres Para Pemimpin Agama Dunia dan Tradisional Mengakhiri Kinerjanya

8:03 - September 21, 2014
Berita ID: 1451953
Konferensi dua hari Sekretariat Kongres Para Pemimpin Agama Dunia dan Tradisonal, berakhir dengan dihadiri para delegasi dari pelbagai negara dan wakil sekretaris Jenderal Urusan Agama di Kazakhstan, pada hari Kamis (18/9/2014).

“Konferensi dua hari Sekretariat Kongres Para Pemimpin Agama Dunia dan Tradisonal diselenggarakan di Kazakhstan, dengan dihadiri para delegasi dari negara Iran, Rusia, Vatikan, Inggris, Arab Saudi, Mesir, India, Korea Selatan, Pakistan, Jepang, dan Uzbekistan,” demikian laporan IQNA, cabang Asia Tengah.
Pertemuan kelompok kerja konferensi ini telah diselenggarakan pada hari Rabu (17/9/2014), sedangkan pertemuan sekretariat diselenggarakan di propinsi Kazakhstan, pada hari Kamis (18/9/2014). Dalam pertemuan ini, para delegasi pelbagai negara membahas dan saling bertukar pendapat tentang urgensitas kerjasama berskala luas antar para pemimpin agama dan organisasi-organisasi aktif dalam ranah dialog antar agama.
Demikian juga, pertemuan ini diselenggarakan dengan dihadiri Deputi Kongres Agama, Wakil Kepala Admisistrasi Republik Kazakhstan, Ketua Markas Internasional Kebudayaan dan Agama Kazakhstan, Wakil Menteri Luar Negeri, Wakil Menteri Kebudayaan dan Olahraga, dan juga Mufti Agung dan Ketua Dewan Spiritual Muslim Kazakhstan. Dalam pertemuan ini dipaparkan topik-topik kongres para pemimpin agama kelima dan kondisi kawasan dan dunia, terkhusus konflik-konflik dan kekerasan-kekerasan yang dilakukan atas nama agama.
Ali Muhammad Hilmi, Ketua Markas Dialog Agama dan Peradaban Organisasi Kebudayaan dan Komunikasi Islam ikut menghadiri undangan Sekretariat Agama Kazakhstan dalam konferensi ini. Lewat ucapan rasa terima kasih kepada para penanggung jawab Sekretariat Kongres Agama Kazakhstan mengatakan, “Ironisnya, hari ini ekstremisme dan kekerasan atas nama agama telah mempengaruhi semua dimensi kehidupan manusia dan menampik nilai-nilai Ilahi dan religi yang menyebabkan kesempurnaan, perkembangan, dan ketenangan manusia; tindakan tak manusiawi ini dalam perspektif semua ulama dan para pemimpin agama sangatlah terkutuk.”
Demikian juga, dia dengan mengisyaratkan ayat-ayat Al-Quran Al-Karim mengenai akhlak, ketakwaan, keadilan, kelembutan, berperangai baik kepada semua manusia, menghormati para pengikut agama samawi lainnya, mencegah dari kekerasan, dan moderat dalam perilaku merupakan hal yang ditegaskan kitab Al-Quran dan kitab-kitab samawi lainnya serta para nabi Ilahi.
“Faktor-faktor politik, sosial, kinerja para adikuasa serakah dan hegemonik, memiliki andil dalam pembentukan anasir ekstremis dan pembelaan terhadap mereka dan dengan komentar-komentar sandiwara dan slogan tidak akan bisa mengklaim memerangi anasir teroris ini,” ucap Ketua Markas Dialog Agama dan Peradaban.
Hilmi menambahkan, Republik Islam Iran bertahun-tahun telah mewanti-wanti terhadap pemeralatan agama oleh para kekuatan hegemonik dengan menyelenggarakan pertemuan-pertemuan dialog dengan para pemimpin pelbagai agama dunia lewat upaya untuk memperhatikan urgensitas penghidupan nilai-nilai Ilahi dan moril serta penegasan terhadap hidup berdampingan secara damai dengan para pemimpin agama dan meminta para cendekiawan dan para pemimpin agama supaya melebarkan aksi-aksinya dengan mengambil solusi dan program-program efektif terhadap pengenalan kepada masyarakat dan bangsa-bangsanya dan mengambil jarak dari politik perang dan kekerasan serta bentrokan antar agama dan mazhab.
Dalam konferensi dua hari ini, “Khalid Akasheh”, Dewan Pop Vatikan, dan “Ramon Bagdasar”, Wakil Gereja Ortodoks Rusia, “Richard Atkinson”, Pastor Gereja Inggris, “Yang Ki Hoon”, Rohaniawan Peribadatan Budha di Asia Tengah, “Kala Acharya”, Kepala Lembaga Riset Hindu dari India, “Abdur Rahman”, Konsultan Syaikh Al-Azhar dan “Abdullah Fahd”, Konsultan Menteri Kebudayaan dan Urusan Agama Arab Saudi dan tokoh-tokoh muslim lainnya, Kristen, Budha, lewat ceramahnya disamping menegaskan akan urgensitas pengutukan terhadap tindakan teroris anasir takfiri dan ekstrem juga menyayangkan kondisi Timur Tengah dan meminta kerjasama dan dialog untuk melawan anasir ekstrem religi ini.
Perlu diingat, konferensi ini, mengakhiri kinerjanya pada hari Kamis (18/9/2014), dengan mengeluarkan Surat Keputusan. Dalam Surat Keputusan tersebut disebutkan bahwa, para peserta Konferensi Sekretariat Agama Dunia dan Tradisional bersepakat meminta masyarakat dunia supaya mengecam ekstremisme, radikalisme, kekerasan, dan teroris dan memperkenalkan tindakan semacam ini sebagai hal buruk dan kejahatan anti kemanusiaan. Demikian juga, kami para peserta mengumumkan bahwa semua tindakan teroris dan kekerasan sama sekali tidak berkaitan dengan agama, dan keyakinan-keyakinan agama dan tidak memiliki kompatibel.

1451568

tanda nama: Islam
captcha