IQNA

Dosen Kajian Islam Universitas Carleton:

Kajian Islam di Universitas-universitas Barat Bersandar pada Bentuk dan Lari dari Makna

8:43 - January 05, 2015
Berita ID: 2672016
Kajian Islam di Universitas-universitas Barat Bersandar pada Bentuk dan Lari dari Makna Menurut laporan IQNA, Prof. Mohammed Rustom, Dosen Kajian Islam Universitas Carleton, Kanada, Sabtu sore yang lalu (3/1/2015) dalam seminar penelitian Kajian Interdisipliner Al-Quran Al-Karim dengan Pendekatan Metodologi berpidato di sela-sela Musabaqoh Internasonal Al-Quran Al-Karim Kelima Para Mahasiswa Muslim.

Dia dalam pidatonya mengatakan, “Biasanya, para mahasiswa baik di Iran maupun negara-negara lainnya bertanya kepada saya, di manakah letak kedudukan kajian Al-Quran di Barat? Bagaimanakah kajian Al-Quran di universitas-universitas Barat dilangsungkan? Mereka menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini kepada saya, karena saya lahir dan besar di Barat dan saya belajar di pusat-pusat pendidikan tinggi Amerika dan saya memiliki kesempatan tersebut, yang mana saya mempelajari Al-Quran dari para dosen terbaik Al-Quran.”
Prof. Rustom menambahkan, mereka mencari tahu pandanganku terkait metodologi kajian Al-Quran di Barat dan di universitas-universitas Barat sehingga bisa lebih mengenal dengan metode-metode yang dipakai di universitas-universitas Barat dalam ranah kajian Al-Quran dan bisa jadi mereka mencari ide dari metodologi mereka.
Dia menegaskan, mereka heran saat saya katakan bahwa saya tidak memiliki perspektif dan opini positif terhadap metodologi, corak dan gaya kajian Al-Quran di Barat. Adapun dalil saya adalah bahwa kajian Al-Quran di Barat dilangsungkan dengan seolah-olah tidak meyakini akan kekultusan dan spiritual Al-Quran Al-Karim, dan kritis yang mereka miliki pada abad kesembilan belas terkait Injil juga sekarang ini di abad keduapuluh satu, mereka terapkan untuk Al-Quran.
Profesor kajian Islam Universitas Carleton mengatakan, jika kita menengok kajian Al-Quran di Barat, maka kita akan memahami bahwa perspektif mereka dengan kita kaum muslimin, sangatlah jauh berbeda dan motivasi kajian mereka ini berbeda dengan motivasi kaum muslimin dalam mengkaji Al-Quran. Adapun sebab masalah ini sudah sangat jelas sekali, karena mereka tidak memiliki konteks kaum muslimin dan mereka tidak mengklaimkan nilai sebagaimana yang ada menurut kaum muslimin.
Prof. Rustom menejalaskan, sebagian para mahasiswa dan dosen mengatakan bahwa tidak masalah; kita dapat membaca Al-Quran dengan metode yang dipaparkan di universitas-universitas Barat tersebut, kita mengenal sejarahnya, kita mengkaji dimensi seninya dan kita juga mengkaji dari sudut pandang mereka.
Selanjutnya, dia menegaskan, perspektif ini bisa jadi agak sedikit bisa diterima dan dapat mengenal metode dan mengkaji teks dan sastra-sastra arab Al-Quran dan mengkaji teks Al-Quran meskipun teks spiritual, dalam aspek seni dalam pandangan non spiritual.
Namun, permasalahan dan resikonya adalah di situ yaitu merasa cukup dengan kajian Al-Quran dengan metode ini akan menyebabkan kita akan banyak kehilangan hal.
Prof. Mohammed Rustom mengatakan, “Kajian Al-Quran dengan cara ini yang dipaparkan oleh para guru yang tidak meyakini ketuhanan Al-Quran dan dasar-dasar tafsir mereka menyebabkan kita akan kehilangan banyak poin-poin berharga dalam kajian Al-Quran dengan metode ini.”
“Ini adalah kritikan saya, kritikan dari seseorang yang tinggal di dalam masyarakat Barat, bukan seorang Orientalis yang dituduh fanatik. Bahasa ibuku adalah Inggris dan saya melihat dari sudut ini dan saya melihat bahwasanya di universitas-universitas Barat dan Amerika hanya mengkaji bentuk dan lahiriah Al-Quran dan sama sekali tidak melakukan kajian tingkat makna dan mereka tidak memperhatikan makna,” tuturnya.
Ust Muslim Universitas Kanada ini menambahkan, banyak sekali kaum muslimin beranggapan bahwa jika Al-Quran dikaji dengan metode universitas-universitas Barat maka akan lebih efektif, dan tidak akan memunculkan masalah, namun sebenarnya tidaklah demikian.
Dia dengan mengisyaratkan metode-metode kajian Al-Quran di universitas-universitas Barat mengatakan, “Di universitas-universitas ini, Al-Quran dikaji adakalanya dengan metode sebuah buku sejarah dan mengkaji realitas-realitas sejarahnya dari sudut pandang pelbagai penulis atau kitab Al-Quran digunakan sebagai sebuah sanad linguistik dan mengkaji menurut perspektif linguistik dan dalam metode ini juga hanya sekedar mengkaji formulir dan kriteria-kriteria lahiriahnya semata.
Prof. Rustom menegaskan, kajian Al-Quran dengan metode ini tidak bermasalah, dengan syarat bahwa jika seseorang setelah lelah dan melewati jenjang lahiriah dan bentuk luarnya, untuknya timbul pertanyaan-pertanyaan lain dalam bab makna, dia harus memiliki ruang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaannya, namun tidaklah demikian.
Dia menjelaskan, pernah sekali seorang mahasiswa yang belajar dalam jurusan kajian Al-Quran di salah satu universitas-universitas Barat, bertanya kepada salah satu dosennya tentang bab makna, dan dia juga diberi jawaban, bahwa Al-Quran, Tuhan dan nabi-nabi kalian taruhlah di rumah dan di sini hanya mengkaji Al-Quran dalam perspektif netral tanpa memihak dan tanpa pamrih.
Porf. Mohammed Rustom melanjutkan, pertanyaannya adalah jika kita mampu membaca Al-Quran dengan makna dan kita mericek dalam makna Al-Quran Al-Karim, kajian semacam ini akan memiliki nilai apa? jawabnya adalah bahwa ketika tidak memperhatikan makna Ilahi Al-Quran, maka kajian Al-Quran tidak akan bernilai.
Dia mengintroduksikan, namun sekarang ini sudah diambil langkah-langkah menuju simantisisme dalam Al-Quran Al-Karim, dimana di antaranya adalah terjemahan tafsir Al-Quran oleh Sayid Husein Nashr dan empat guru lainnya.
Di penghujung, Prof. Rustom dengan menyerupakan orang-orang yang mengambil Al-Quran hanya dari sisi lahiriah dan tidak memperhatikan maknanya laksana para penyihir cerita Nabi Musa (As) mengatakan, perbedaannya pada masa itu para penyihir saat mendapatkan kebenaran dan hakikat mereka langsung mengimaninya, melepaskan apa yang telah diraihnya dan menerima kebenaran, namun sekarang ini, tidak ada banyak harapan akan penerimaan kebenaran dari kelompok ini.

2670606

tanda nama: Quran
captcha