“Imbauan yang dipublikasikan oleh orang-orang seperti Ghalib bin Syaikh (ketua konferensi internasional antar agama untuk perdamaian), Anwar Ibrahim (politikus Malaysia), Felix Marko (Cendekiawan Muslim Perancis) dan Tariq Ramadan (Islamolog Swiss) ini, menjelaskan: Islam dalam abad kedua puluh satu dan beberapa majalah besar seperti El Pais, Huffington Post, Telegraph, Jakarta Globe, Asharq Alawsat dan Lepoin memublikasikannya,”demikian laporan IQNA, seperti dikutip dari Saphirnews.
Dalam imbauan ini dituturkan, sejak akhir abad kesembilan belas kita menyaksikan fraksi ideologi kritikan tentang pokok dan tafsir Islam, namun penguasaan sejenis Islam dengan sentralitas Arab dan atas landasan perspektif Islam non Arab yang menafikan, telah mencegah pergerakan ini.
Para pengimbau secara resmi mengajak para pemimpin ideologi muslim dan demokrat, yang mana pada permulaan tahun 2016 mereka berkumpul untuk menentukan garis dan batasan-batasan tafsir Islam yang selaras dengan abad duapuluh satu.
Para tokoh muslim dalam imbauannya menuliskan: sudah tiba masanya kita mempertanyakan pengaruh tidak proporsional sebagian negara-negara terbelakang dalam ranah sosial, politik dan legalitas mereka untuk menentukan apa yang Islami dan apa yang bukan Islami.
Para tokoh Islam dengan mempertanyakan tindakan-tindakan kelompok pengklaim Islam seperti Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan Boko Haram mengumumkan, tidak semestinya merasa cukup dengan ucapan bahwa tindakan-tindakan brutal orang-orang ini tidak terkait dengan Islam; Para pemimpin muslim harus memiliki informasi tentang tanggung jawab berat mereka.