IQNA

Penyelenggaraan Seminar Observasi Komprehensif Hadis-hadis dalam Dunia Kontemporer di Indonesia

7:34 - April 11, 2015
Berita ID: 3120146
INDONESIA (IQNA) - Seminar Observasi Komprehensif Hadis-hadis dalam Dunia Kontemporer telah diselenggarakan pada hari Senin (6/4/2015), di Universitas Islam Sunan Kalijaga, Indonesia, dengan dihadiri dan pidato Konsultan Kebudayaan Negara Iran.

“Seminar ini diselenggarakan oleh fakultas Usuluddin Universitas Islam Sunan Kalijaga, kota Yogyakarta-Indonesia, dengan dihadiri oleh para dosen dan para mahasiswa dari pelbagai jurusan Islam,” demikian laporan IQNA, seperti dikutip dari Organisasi Kebudayaan dan Komunikasi Islam.
Dalam seminar ini, Konsultan Kebudayaan Iran di Indonesia, yang menjadi tamu undangan universitas, dengan mengetengahkan makalah membela ajaran-ajaran Ahlulbait (As).
Dr. Sahiron Syamsuddin, Ketua Kelompok Al-Quran dan hadis universitas, Dr. Alim Ruswantoro, Ketua Fakultas Usuluddin, ibu Dr. Siti Ruhaini Dzuhayatin M.A, Deputi Universitas, Prof. Aqil Munawar, Rektor Universitas dan Mantan Menteri Agama Indonesia, Sarpadi, dosen universitas, dan Hujjatullah Ibrahimiyan, Konsultan Kebudayaan Iran di Indonesia merupakan para pembicara dan pemapar makalah dalam seminar tersebut.
Di permulaan seminar ini, Dr. Sahiron, Ketua kelompok Al-Quran dan Hadis universitas menjelaskan tentang tujuan dari penyelenggaraan seminar ini dan mengucapkan terimakasih atas kehadiran Konsultan Kebudayaan Negara Iran guna menjelaskan perspektif-perspektif Syiah dalam seminar ini.
Selanjutnya, Dr. Alim Ruswantoro, Ketua Universitas Usuluddin, dalam pidatonya mengungkapkan, kita dapat menspesifikasikan peran kita sebagai para pengajar ilmu-ilmu Islam dengan menggunakan hadis untuk menyelesaikan problematika masyarakat. Sudah jelas bahwasanya ini adalah langkah pertama dimana kita harus melakukan aktivitas-aktivitas ilmiah dalam rute ini.
Lebih lanjut, Ibu Ruhaini, Deputi Universitas mengungkapkan, saya dari pihak pemimpin universitas mengucapkan rasa terimakasih kepada semua pihak, terkhusus Konsultan kebudayaan Iran, dimana dalam langkah-langkah pertama setelah MoU universitas ini dengan Darul Hadis kurang lebih sebulan lalu, dengan hadir dalam seminar ini telah membuktikan kebulatan tekad dan hasrat untuk kerjasama ilmiah ini.
“Ketua universitas memiliki keinginan kuat untuk kerjasama-kerjasama ilmiah, semua mengetahui bahwasanya perbedaan ilmiah dan fikih tidak dapat dipungkiri; namun satu sama lain harus saling menghormati dan melakukan pengkayaan persamaan-persamaan,” ucapnya.
Ibu Ruhaini menambahkan, kami dengan menjaga moderasi menjaga keterbukaan pemikiran dalam universitas ini.
Kelanjutan pertemuan ini, Prof. Aqil Munawar, Mantan Menteri Agama Indonesia mengisyaratkan akan keluasan ilmu hadis dan mengatakan, sekarang ini ilmu hadis sudah sampai pada 65 jurusan dan bisa jadi di masa mendatang akan semakin menjadi lebih luas lagi.
Dia mengetengahkan pembagian ilmu hadis dan mengingatkan, untuk memahami komprehensif hadis kita tidak boleh melupakan studi lingkungan.
Rektor jurusan hadis universitas menjelaskan, penyelenggaraan seminar-seminar ini akan membantu spirit pendekatan; dikarenakan perselisihan antara Syiah dan Sunni sangatlah jelas dari aspek ilmiah dan mengikis sikap kejahiliahan.
“Dalam menjelaskan argumentasi-argumentasi, kami harus mengetengahkan pendapat  kami secara ilmiah, dengan tanpa imajinasi dan kokoh,” tegasnya.
Selanjutnya juga, Sarpadi, dosen jurusan tafsir dan hadis juga berbicara tentang ilmu hadis dalam menyelesaikan problem-problem masalah dunia.
Pertama-tama dengan mengisyaratkan pembentukan takfiri mengintroduksikan, tidak diragukan bahwa kelompok takfiri adalah perintang pembentukan pembahasan-pembahasan seperti ini.
Sarpadi menegaskan, sebuah teks hadis diartikan pada masa tertentu dan kawasan tertentu dan harus dibahas, bagaimana dapat juga menyelesaikan problematika untuk masa kita.
Dia mengatakan, imam Syafi’i menjelaskan pemahamannya tentang hadis dengan ijtihad. Sekarang ini kita sebagai para mujtahid harus mengetahui apa istinbat kita. Buku-buku hadis meskipun memiliki banyak syarah; namun kebutuhan masyarakat untuk menyelesaikan problematika oleh hadis selalu diharapkan.
Dosen jurusan tafsir dan hadis setelah menjelaskan bahwasanya masalah fikih hadis sangatlah penting dan harus memiliki pandangan sosial lebih luas dari pandangan individu terhadap hadis, mengisyaratkan tentang masalah Yaman dan mengatakan, apakah agresi ke masyarakat Yaman sesuai dengan ajaran-ajaran hadis?
Lebih lanjut, dia menunjukkan reaksi tentang tuduhan-tuduhan kepada para pengikut mazhab Syiah dan mengatakan, para pengikut mazhab ini sudah ada sejak lama di Indonesia; namun kenapa sekarang ini tiba-tiba ramai dan memberikan tuduhan kepada mereka? kebudayaan kita Ahlussunnah diambil dari Syiah; dengan demikian persengketaan ini dikarenakan tidak adanya pengetahuan.
Selanjutnya, Sarpadi mengatakan, orang-orang Syiah sangatlah kuat dalam segi referensi. Islam tidak menerima solusi problem dengan jalan kekerasan, dengan demikian jika kita menafsirkan demikian, maka kita telah membatasi pemahaman kita, dengan demikian kita harus memiliki reinterpretasi tentang hadis.
“Adapun kita senantiasa mencari bahwa hadis tersebut adalah sahih(benar), muwatsaq(bisa dipercaya) atau doif(lemah), maka tidak akan menyelesaikan problem, sekarang ini kita harus menyelesaikan problem-problem kemiskinan ekonomi dan sosial dengan menggunakan hadis,” paparnya.
Selanjutnya, Hujjatullah Ibrahimiyan, Konsultan Kebudayaan Iran di Indonesia mengutarakan kata fikih Ja’fari, Imamiah dan Syiah serta maktab Ahlulbait (As) dan mengungkapkan, kata-kata ini diambil dari satu hakikat.
Lebih lanjut dia menjelaskan definisi hadis dalam perspektif Syiah dan menjelaskan masalah tersebut dengan mengetengahkan definisi dalam perspektif Syaikh Bahai.
Demikian juga, Ibrahimiyan dalam pertemuan ini juga berbicara tentang persamaan-persamaan antara Syiah dan Ahlsusunnah dan mendeskripsikan ilmu lingkungan hadis.
Pelajar hauzah ilmiah Qom ini dengan menjelaskan referensi-referensi hadis berbicara tentang buku-buku al-Kafi dan menjelaskan karya-karya Syaikh Kulaini, Syaikh Syaduq dan Syaikh Thusi.
Selanjutnya, dia berbicara dengan menjelaskan tiga sumber hadis dari buku-buku Al-Wafi, Wasail al-Syiah dan Bihar al Anwar dan menjelaskan isi-isi buku ini secara global.
Lebih lanjut, Ibrahimiyan mengingatkan tentang tantangan-tantangan sekarang ini dan fenomena non individualisme hadis dan berbicara tentang prestasi-prestasi Republik Islam Iran dalam ranah ini.
Kelanjutan seminar ini, sesuai dengan prosedur seminar di markas ilmiah Indonesia, waktu yang perlu diperhatikan, adalah pengkhususan tanya jawab, dimana pertanyaan-pertanyaan mendasar para mahasiswa dan dosen  diarahkan ke dosen Iran yang hadir dalam pertemuan tersebut.
Setelah mengetengahkan pertanyaan-pertanyaan, Hujjatullah Ibrahimiyan, pelajar hauzah ilmiah Qom, dalam pembahasan lengkap, menjawab pertanyaan-pertanyaan para dosen dan para mahasiswa.

3106542

Kunci-kunci: quran ، hadis
captcha