IQNA

Muharram di Bangladesh; dari Semangat Takziah sampai Majelis-Majelis Shalawat Nabi saw

9:50 - August 24, 2020
Berita ID: 3474527
TEHERAN (IQNA) - Mengikuti pengaruh kaum Syiah pada masyarakat Bangladesh, acara khusus hari Asyura seperti pawai Takziah, pendirian Imambareh (Rumah Imam) dan Husainiyah (Dalan) adalah hal biasa, yang menunjukkan pengaruh mazhzab Syiah.

Menurut IQNA, Bangladesh adalah sebuah negara di Asia Selatan dan India Timur dengan ibukotanya Dhaka. Sebelumnya dikenal sebagai Pakistan Timur, memisahkan diri dari Pakistan Barat (sekarang Pakistan) pada tanggal 26 Maret 1971, dengan bantuan India, setelah perang untuk pembebasan Bangladesh.

89,7% masyarakat Bangladesh adalah Muslim dan mayoritas Ahlussunnah dan 9,2% Hindu. Sejak Islam secara historis disebarkan oleh para Sufi di Bangladesh, pengikut tarikat Sufi seperti Deobandi dan Ahli Hadis, yang termasuk sekte Hanafi, memiliki kehadiran yang signifikan di negara tersebut.

Muharram diperingati setiap tahun di berbagai negara di dunia, termasuk Bangladesh; tetapi di tahun ini, secara kebetulan peringatan ini bersamaan dengan hari-hari penyebaran corona telah menyebabkan para pengikut dan pecinta Imam Husein (as) mengadakan ritual Huseini dengan cara yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, dan ketaatan pada tindakan dan protokol kesehatan di majelis-majelis ini menjadi menonjol. Beberapa juga memilih dunia maya untuk memperingati ritual Asyura. Dalam beberapa tahun terakhir, ritual Muharram memiliki suasana khusus di negara dataran Asia ini, dan tradisi Bangladesh menarik dalam hal ini. Dalam laporan ini, kita akan melihat tradisi-tradisi berikut:

Nama-nama yang diambil dari Husein as

Dari awal kemunculan Islam di tanah Bangladesh hingga saat ini, banyak nama anak-anak yang dihiasi dengan nama suci Imam Husein (as). Para ayah dan ibu telah menentukan nama anaknya sehingga nama Husein ada dalam susunan nama-nama tersebut, seperti: Alauddin Husein Shah, Syahadat Husein, Sajjad Husein, Husein Ali, Munir Husein, Anwar Husein, Zakir Husein, Irsyad Husein, Musharraf Husein, Abul Husein dan Fida Husein.

Muharram di Bangladesh; dari Semangat Takziah sampai Majelis-Majelis Shalawat Nabi saw

Demikian juga, banyak nama anak dihiasi dengan nama anak-anak Imam Husein (as) yaitu sebagai berikut: Zainal Abidin, Ali Asghar, Ali Akbar dan lain-lain. Sukainah, Zainab dan Fatimah juga dipilih untuk para putri bertepatan dengan peristiwa Karbala. Peristiwa tragis Karbala dan hari Asyura serta syahadah Imam Husein (as) dan para sahabatnya termanifestasikan dalam pikiran dan pemikiran orang-orang Muslim Bangladesh dan telah menjadi bagian dari kepercayaan populer dan makna budaya religius Bangladesh. Melalui faktor-faktor inilah wajah asli budaya Bangladesh diketahui.

Menurut Penasihat Kebudayaan Iran di Dhaka, umat Islam di Bangladesh mengadakan acara duka Muharram setiap tahun dengan semangat dan antusias tinggi. Selama bulan Muharram, takziah diadakan setiap tahun di semua desa di Bengal dengan gelora khusus.

Bertepatan dengan Muharram dan Asyura, banyak organisasi dan asosiasi sosial dan budaya menyiapkan seminar, pertemuan, ceramah agama, pertemuan doa majelis-majelis shalawat Nabi (saw). Pertemuan dan lingkaran khusus diadakan di masjid, kuil, dan biara. Koran dan majalah menerbitkan artikel dan puisi bertepatan dengan Muharram dan Asyura. Di beberapa tempat, pameran diadakan dalam rangka Asyura dan Muharram. Program khusus siaran radio dan televisi. Tentu saja, program ini diputar tanpa musik. Sejatinya, acara Asyura dan Muharram dalam budaya negeri ini bagaikan perasaan revolusioner.

Muharram dalam Sastra Bengali

Muharram juga mendapat tempat khusus dalam kesusastraan Bengali; Sehingga dalam beberapa dekade terakhir, epic novel "Bishad Shindu" (Lautan Duka) karangan Mir Mosharraf Hossein mendapat sambutan yang luas dan buku ini telah diterbitkan dalam tiga volume pada tahun 1885, 1887 dan 1891.

Isi buku ini lebih banyak diinspirasi oleh suasana emosional daripada riwayat-riwayat yang terdokumentasi dan dapat dipercaya dan menurut beberapa, agak tidak realistis dan menyesatkan dari tujuan dan motif gerakan Imam Husein (as). Semangat Muharram terlihat jelas dalam tulisan dan puisi Nazr al-Islam, penyair nasional Bangladesh. Meski ia bukan seorang Syiah, namun dalam puisi-puisinya, rasa hormat dan ketertarikan khusus pada Ahlulbait(as) selalu terasa. Qozi Nazr al-Islam, sebagai hasil dari epos Muharramnya, telah menyajikan pengorbanan Imam Husein (as), keteraniayaan Imam, penindasan dan kebrutalan musuh-musuhnya dan Yazid dengan ilustrasi yang kuat.

Teater Takziah

Ritual teater takziah merupakan perwujudan lain dari budaya Islam di negeri ini. Simulasi atau yang biasa disebut takziah populer dilakukan di beberapa daerah di Bangladesh, khususnya di Manikganj. Acara Manikganj pada hari Asyura berusia lebih dari seratus tahun dan pengelolanya adalah salah satu sufi besar di wilayah itu, yang memberi makan semua pengkabung pada hari ini setiap tahun. Orang-orang dari kota tetangga, baik rombongan maupun utusan berangkat ke Husainiyah (Imambareh) kota ini, dan acara ini berlanjut dari matahari terbit hingga terbenam. Kendati banyak penyimpangan yang muncul karena kurangnya pengetahuan mereka tentang kebenaran peristiwa Asyura dan tujuan serta hikmah dari kebangkitan Imam Husein (as).

Dalam sejarah Banglades, menyusul pengaruh Syiah dan pengaruh masyarakat Bangladesh, muncullah acara-acara khusus untuk mengadakan hari Asyura, seperti pawai Takziah dan pendirian Imambareh (Rumah Imam) dan Husainiyah Dalan yang masih umum saat ini dan menunjukkan pengaruh agama Syiah di Bangladesh.

Muharram di Bangladesh; dari Semangat Takziah sampai Majelis-Majelis Shalawat Nabi saw

Pada tahun1609, Dhaka menjadi ibu kota Provinsi Bengal (pemerintahan Mughal di subbenua India) dan dikenal sebagai Jahangir Nagar (Kota Jahangir). Jahangir Nagar dipengaruhi oleh kepercayaan Syiah sejak awal pendirian, dan pengaruh ini semakin terlihat dengan diadakannya acara Asyura. Di Dhaka, terdapat kuil tertua bernama "Husainiyah Dalan" yang arsitekturnya dipengaruhi oleh tradisi budaya Bangladesh.

Imambareh lain didirikan oleh Haji Mohammad Mohsen, yang dikenal sebagai "pahlawan kemurahan hati dan pengampunan", di sebuah tempat bernama Murali di kota Jashore (terletak di barat Bangladesh), yang masih tersisa. Ada juga tempat yang dikenal sebagai "Karbala" di kota Jashore.

Duka Muharram di Bangladesh telah diadakan di Dhaka selama beberapa dekade terakhir dengan fokus pada Husainiyah Dalan, tetapi karena peningkatan relative populasi pengikut Ahlulbait (as), sekarang selain Dhaka dan husainiyah Dalan, di Ghazipur, Jashore, Bogra, Mirpour, Mohammadpour, Chittagong, Polton, Magh Bazar, Shadkhira dan Kolna akan diadakan acara Muharram dalam 10 malam dan para pengikut serta pecinta Ahlulbait (as) yang sebagian besar adalah Sunni berpartisipasi dalam acara tersebut. Dipengaruhi oleh budaya India dan Pakistan, acara Husainiyah Dalan diadakan dalam bahasa Urdu, di mana simbolisme dan penekanan pada ritual-ritual teatrikal menonjol disini. Di pusat lainnya, acara dilakukan terutama dalam bahasa Bengali dan terkadang dengan fasilitas yang minim dan dengan ketulusan niat.

Publikasi artikel di pers

Pers Bangladesh juga menyediakan artikel dan topik tentang Muharram dan kebangkitan Imam Husein (as) setiap tahun. Tentu saja, berbagai teori dikemukakan berkenaan dengan hal ini dan dalam beberapa kasus menyebabkan kontroversi verbal. Kajian tentang filosofi kebangkitan Imam Husein (as) dan gerakan Asyura dari perspektif agama, kemanusiaan bahkan kebangsaan merupakan tema utama dari artikel-artikel tersebut, dimana penulis utamanya menegaskan dan membela gerakan ini berdasarkan basis intelektual mereka. Namun, terkadang artikel-artikel yang diterbitkan oleh para kelompok gerakan Wahabi untuk menghancurkan dan mempertanyakan acara dan ritual duka tersebut.

Secara umum, setiap tahun, acara Muharram diadakan di Bangladesh dengan kemegahan khusus, dan hal yang perlu diperhatikan dalam acara ini adalah kehadiran dan partisipasi mayoritas Sunni di dalamnya, dan dari sudut pandang ini, perhatian lebih harus diberikan padanya dan dengan pandangan yang lebih detail mengkaji bagaimana nama Imam Husein (as) menjadi poros persatuan dan solidaritas umat Islam di Bangladesh. (hry)

Muharram di Bangladesh; dari Semangat Takziah sampai Majelis-Majelis Shalawat Nabi saw

Muharram di Bangladesh; dari Semangat Takziah sampai Majelis-Majelis Shalawat Nabi saw

Muharram di Bangladesh; dari Semangat Takziah sampai Majelis-Majelis Shalawat Nabi saw

Muharram di Bangladesh; dari Semangat Takziah sampai Majelis-Majelis Shalawat Nabi saw

3917193

captcha