IQNA melaporkan, Amerika Serikat menginvasi Afganistan pada tahun 2001 setelah serangan 9/11 oleh al-Qaeda, yang mencari perlindungan di Afganistan.
11 September, dalih untuk menyerang Afganistan
Invasi AS ke Afganistan dimulai sebagai dalih untuk membalas serangan al-Qaeda yang menimpa Menara Kembar di New York. Pada 7 Oktober 2001, kurang dari sebulan setelah serangan 9/11 yang menewaskan hampir 3.000 orang di Amerika Serikat, Presiden George W. Bush saat itu meluncurkan Operation Enduring Freedom di Afganistan.
Pada saat itu, AS mengklaim bahwa Taliban yang memerintah Afganistan telah melindungi Osama bin Laden dan gerakan al-Qaeda. Operasi tersebut membuka front militer baru dengan apa yang disebut Amerika Serikat sebagai "perang melawan teror," dan dalam beberapa minggu, pasukan pimpinan AS menggulingkan Taliban, yang telah berkuasa sejak 1996.
Dua tahun kemudian, Barack Obama meningkatkan jumlah tentara Amerika menjadi sekitar 100.000, meskipun kampanyenya berjanji untuk mengakhiri perang di Irak dan Afganistan.
Pada akhir 2014, NATO telah mengakhiri misi tempurnya di Afganistan, hanya menyisakan sekitar 12.000 tentara asing, sekitar 10.000 di antaranya adalah orang Amerika. Mereka menepati janji mereka untuk melatih pasukan Afganistan untuk mengendalikan negara itu dan melakukan operasi anti-terorisme.
Pada tahun 2018, pemerintahan Trump memulai pembicaraan rahasia dengan Taliban dan menawarkan untuk tidak mengizinkan Afganistan berlindung dalam kelompok-kelompok seperti al-Qaeda sebagai imbalan atas janji-janji Taliban, untuk menarik pasukan Amerika dari negara itu.
Dengan kedatangan Joe Biden pada tahun 2021, jumlah pasukan AS di Afganistan berkurang menjadi 2.500, dan Biden berjanji untuk menghormati perjanjian penarikan.
"Kami berada di jalur yang benar, di mana kami harapkan, dan kami bergerak sejalan dengan tenggat waktu untuk mengakhiri perang terlama Amerika hingga 9/11, peringatan 20 tahun serangan teroris 2001," kata Biden, pada hari Jumat.
Sejumlah laporan menunjukkan bahwa para pejabat intelijen AS telah memperingatkan bahwa pemerintah Afganistan bisa jatuh dalam enam bulan ke depan.
Dengan demikian, pemerintah AS berada di ambang mengakhiri perang asing terpanjang dalam sejarahnya; sebuah perang yang belum mencapai apa-apa bagi rakyat Afganistan, dan bukan hanya tidak meringankan penderitaan mereka, tetapi telah membawa situasi di Afganistan kembali ke situasi yang lebih buruk daripada 20 tahun yang lalu. (hry)