IQNA

Yahudi dalam Alquran

Etnisisme Bertentangan dengan Kemuliaan Ketakwaan

9:54 - August 12, 2024
Berita ID: 3480578
IQNA - Meskipun sekelompok orang Yahudi, yang percaya pada superioritas ras bangsa Yahudi, tidak bertanggung jawab atas perilaku mereka, Alquran menolak semua diskriminasi ras, ekonomi, dan sosial dan memperkenalkan ketakwaan sebagai kriteria dan tolok ukur keutamaan.

Alquran memisahkan kelompok Yahudi yang melanggar perjanjian dan fasik dengan kelompok moderat mereka: 

مِنْهُمْ أُمَّةٌ مُقْتَصِدَةٌ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ سَاءَ مَا يَعْمَلُونَ

Di antara mereka ada umat yang menempuh jalan yang lurus. Sementara itu, banyak di antara mereka sangat buruk apa yang mereka kerjakan” (QS. Al-Ma’idah: 66) dan bagi kelompok pertama, dikutipkan banyak karakteristik negatif sepanjang sejarah. Di antara ciri-ciri tersebut adalah rasa rasisme dan nasionalisme. Leon Simon, seorang peneliti Yahudi terkemuka, percaya bahwa, tidak seperti agama Kristen, Yudaisme tidak mengajarkan keselamatan jiwa individu dengan cara apapun, semua ide dan konsep Yudaisme terkait dengan keberadaan orang-orang Yahudi. (Henry Ford, Yahudi Internasional)

Alquran mengkritik klaim-klaim palsu mengenai superioritas rasial bangsa Yahudi dan bahwa klaim-klaim tersebut telah dipaparkan dan dikritik; antara lain, kita adalah anak-anak dan kekasih Allah: “Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya” (QS. Al-Ma’idah: 18), tidak akan masuk surga seorang pun kecuali dia seorang Yahudi: “Tidak akan masuk surga kecuali orang Yahudi” (QS. Al-Baqarah: 111) dan bahkan orang-orang berdosa mereka akan dihukum hanya beberapa hari: "Dan mereka berkata, "Neraka tidak akan menyentuh kami, kecuali be-berapa hari saja" (QS. Al-Baqarah: 80 ).

Alquran mengkritisi klaim-klaim ini dengan berbagai cara: Misalnya, Alquran menanyakan apakah klaim-klaim tersebut mempunyai bukti dan janji dari Tuhan, atau apakah mereka hanya menisbatkannya dengan Tuhan:

قُلْ أَتَّخَذْتُمْ عِنْدَ اللَّهِ عَهْدًا فَلَنْ يُخْلِفَ اللَّهُ عَهْدَهُ أَمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Katakanlah, “Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan mengingkari janji-Nya ataukah kamu berkata tentang Allah sesuatu yang tidak kamu ketahui? (QS. Al-Baqarah: 80) Atau bersaksi atas hati nurani mereka, jika kebahagiaan akhirat disediakan bagimu, maka harapkanlah kematian:

قُلْ إِنْ كَانَتْ لَكُمُ الدَّارُ الْآخِرَةُ عِنْدَ اللَّهِ خَالِصَةً مِنْ دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika negeri akhirat di sisi Allah khusus untukmu, bukan untuk orang lain, mintalah kematian jika kamu orang-orang benar.” (QS. Al-Baqarah: 94)

Kepercayaan terhadap superioritas ras menjadi salah satu penyebab tidak menunaikan amanat-amanat orang lain. Alquran mengatakan:

وَمِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِقِنْطَارٍ يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِدِينَارٍ لَا يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ إِلَّا مَا دُمْتَ عَلَيْهِ قَائِمًا

Di antara Ahlulkitab ada orang yang jika engkau percayakan kepadanya harta yang banyak, niscaya dia mengembalikannya kepadamu. Akan tetapi, ada (pula) di antara mereka orang yang jika engkau percayakan kepadanya satu dinar, dia tidak mengembalikannya kepadamu, kecuali jika engkau selalu menagihnya.” (QS. Ali Imran : 75).

Ayat ini mengatakan bahwa sebagian ahli kitab tidak memperbolehkan pengkhianatan meskipun hanya satu dinar, dan sebagian lagi menelan unta dengan muatannya. Alasan perilaku tersebut adalah:

ذلِكَ بِأَنَّهُمْ قالُوا لَيْسَ عَلَيْنا فِي الْأُمِّيِّينَ سَبِيلٌ وَ يَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَ هُمْ يَعْلَمُونَ‌

Yang demikian itu disebabkan mereka berkata, “Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang umi.” Mereka mengatakan hal yang dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui”. (QS. Ali Imran: 75) Maksudnya, mereka meyakini bahwa apapun yang kami lakukan terhadap non-Ahli Kitab (Bani Ummiyyun) tidaklah dosa bagi kami.

Oleh karena itu, bagi kelompok Yahudi ini, etnosentrisme ekstrem dan nasionalisme dianggap sebagai agama samawi. Bertentangan dengan "Alquran", Alquran menolak semua diskriminasi ras, partai, suku, ekonomi, intelektual, sosial, dan militer dan memperkenalkan tolok ukur dan kriteria keutamaan dan kemuliaan adalah ketakwaan:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَ جَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَ قَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَاللَّهِ أَتْقَاكُمْ

Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa” (QS. Al-Hujarat: 13). Dalam ayat ini disebutkan tiga prinsip penting secara berurutan: Prinsip kesetaraan dalam penciptaan laki-laki dan perempuan, prinsip perbedaan sifat-sifat manusia, dan prinsip bahwa ketakwaan adalah tolok ukur keunggulan. (HRY)

Kunci-kunci: Yahudi ، dalam Alquran ، Kemuliaan
captcha