IQNA

Akhlak Individu/ Hama Lisan 12

Sarkasme (Mengolok-olok dan Menertawakan Orang Lain)

10:02 - October 22, 2024
Berita ID: 3480959
IQNA - Menurut para ulama akhlak arti istihza dan sukhriyyah (mengejek dan olok-olok) adalah meniru ucapan, tindakan atau sifat-sifat dan kekurangan orang lain, agar dapat membuat orang tertawa. Jadi hakikat istihza terdiri dari dua komponen. 1. Meniru orang lain. 2. Niat untuk membuat mereka tertawa.

Akhlak Individu/ Hama Lisan 12

Sarkasme (Mengolok-olok dan Menertawakan Orang Lain)

 

 

Salah satu perilaku tidak pantas yang digunakan suatu kelompok untuk mendiskreditkan orang lain adalah “Sarkasme” atau “ejekan”. Sarkasme dan ejekan adalah salah satu penyakit lisan yang paling jelek dan buruk, yang membawa akibat seperti kebencian, permusuhan dan balas dendam dalam masyarakat manusia serta menghancurkan semangat persatuan dan kesatuan.

Menurut para ulama akhlak arti istihza dan sakhriyyah (mengejek dan olok-olok) adalah meniru ucapan, tindakan atau sifat-sifat dan kekurangan orang lain, agar dapat membuat orang tertawa. Jadi hakikat istihza terdiri dari dua komponen. 1. Meniru orang lain. 2. Niat untuk membuat mereka tertawa. Melanggar martabat orang lain dan mempermalukan mereka dengan cara apa pun dilarang oleh akal dan syariah. Alquran dan hadis secara tegas melarang perilaku ini. Allah swt telah berfirman dalam Alquran:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok)”. (QS. Al-Hujarat: 11) Disebutkan juga dalam Alquran yang mencela olok-olokan, dimana Allah swt telah berfirman:

وَ وُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَٰذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا

Diletakkanlah kitab (catatan amal pada setiap orang), lalu engkau akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya. Mereka berkata, “Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak meninggalkan yang kecil dan yang besar, kecuali mencatatnya”. (QS. Al-Kahfi: 49)

Jika Istihza/ejekan itu dilakukan tanpa kehadiran seseorang dan atas kesalahannya yang tersembunyi, maka di samping hukum ejekan, juga mencakup hukum ghibah, yang merupakan salah satu dosa besar lisan. Untuk mengobati penyakit ini, Anda harus memikirkan konsekuensinya. Ejekan adalah sumber permusuhan di dunia dan siksa serta kesusahan di akhirat. Ejekan menyebabkan dia terhina dan merendahkan martabat serta kedudukannya, dan bisa jadi orang tersebut akan menderita hal yang sama yang dia olok-olok.

Sejarah mengkisahkan bahwa ayah Marwan, Hakam, biasa berjalan di belakang Rasulullah (saw) dan dengan maksud mengolok-olok cara berjalan beliau, hingga suatu hari Rasulullah (saw) memperhatikan tingkah lakunya yang buruk dan berkata, “Saya mohon kepada Allah agar kamu tetap seperti demikian.” Dengan kalimat ini, ia menderita penyakit Parkinson dan menderita penyakit ini selama sisa hidupnya. (HRY)

 

3490305

Kunci-kunci: Akhlak ، Individu
captcha