IQNA

Para Peneliti Alquran Tak Dikenal

Bin Ashur, Mufasir Alquran dan Upaya Memodernisasi Pendidikan di Tunisia

19:20 - April 05, 2025
Berita ID: 3481873
IQNA - Syekh Muhammad al-Tahir bin Ashur adalah salah satu mufasir Alquran, faqih, dan pembaharu paling terkemuka di Tunisia dan dunia Arab pada abad ke-20, yang dikenal karena pendiriannya menentang Westernisasi dan tirani.

Menurut Iqna mengutip Al Jazeera, Syekh Muhammad Al-Tahir bin Ashur lahir di Tunisia pada tahun 1879 dan dipengaruhi oleh para syekh reformis. Ia juga berhubungan dengan para reformis pada masanya, termasuk Muhammad Abduh, Syekh Rashid Reza, dan Syekh Muhammad al-Khidr Hussein. Mereka yang memiliki pengaruh besar terhadap perhatian dan kepedulian Ibnu Ashur pada reformasi pendidikan di Tunisia.

Menurut Jamal al-Din Darawil, profesor peradaban dan sejarah keyakinan di Universitas Kairouan, Syekh Ibnu Ashur berasal dari keluarga Andalusia yang nenek moyangnya menetap di pinggiran kota Rabat, ibu kota Maroko, dan kemudian pindah ke ibu kota Tunisia. Kakek dari pihak ayahnya merupakan salah seorang cendekiawan besar abad ke-19.

Metodologi dalam Tafsir

Ulama Tunisia ini dianggap sebagai salah satu master ijtihad Islam kontemporer. Dia adalah seorang mufasir Alquran dan menulis tentang hadis, bahasa, retorika, dan prinsip-prinsip sistem sosial Islam.

Muhammad bin Ali al-Syatwa, kepala Unit Fikih Tunisia di Universitas Zaytouna, mengatakan bahwa Ibnu Ashur memiliki beberapa karakteristik dalam tulisan dan rancangannya. Ia memiliki teori baru dalam ilmu tujuan. Ketika menulis buku "Tujuan-Tujuan Syariat Islam," ia memutuskan untuk memisahkan ilmu Maqashid Syariah dari ilmu Ushul Fiqih dan menjadikannya sebuah ilmu penting tanpa meninggalkan ilmu asas-asas fiqih.

Mengenai pendekatan Ibnu Ashur dalam menafsirkan Alquran, Jamal al-Din Darawil mengatakan: “Negara-negara Afrika Utara tidak mengakui penafsir lain selain Syekh Ibnu Ashur. Ia mendasarkan penafsirannya pada suatu pendekatan yang jelas, sebagaimana tercantum dalam sepuluh pendahuluan di bagian pertama bukunya yang berjudul "Al-Tahrir wa al-Tanwir", yang di dalamnya disebutkan bahwa revisi penafsiran Alquran merupakan titik fokus untuk membangun kebudayaan Arab Islam yang baru dan maju.

Salah satu hal yang paling menonjol yang disebutkan dalam pengantarnya, yang dianggap sebagai semacam kompas bagi Syekh Ibnu Ashur dalam penafsiran, adalah bahwa ia menganggap pendekatan dasar dalam menafsirkan Alquran adalah pendekatan linguistik dan retorika.

“Salah satu keistimewaan Syekh Ibnu Ashur adalah sebelum mulai menafsirkan Alquran, ia terlebih dahulu mengemukakan maksud surah tersebut secara umum dan tidak beranjak sebelum meneliti ayat tersebut dari segi linguistik, sintaksis, dan retorika. Karena ia memperhatikan hubungan kuat yang terjalin antara ayat-ayat dan menggunakan pengetahuan linguistik, fikih, dan sejarahnya dalam menafsirkan teks Alquran”. (HRY)

 

4270773

captcha