Menurut laporan IQNA, dari Khurasan Razavi, Dr. Ali Larijani, Ketua Parlemen Republik Islam pagi hari ini (13/9/2014), dalam penutupan Festival Internasional Ketujuh Seleksi Buku Tahunan Razavi, mengintroduksikan penyelenggaraan festival ini sebagai hal yang bernilai. Dia mengatakan, “Kota suci propinsi Razavi telah melaksanakan banyak khidmat dalam rangka tablig dan penyebaran sirah serta pemikiran imam Ridha (As) dan mengambil langkah-langkah yang sangat baik dan efektif dalam hal ini.”
Ketua Parlemen Republik Islam dengan statemen bahwa harus meluaskan aktivitas dalam ranah sirah dan pemikiran imam Ridha (As), mengatakan, “Sekarang ini banyak sekali para pemuja dan para pecinta telah melaksanakan tindakan-tindakan yang tepat di jalan ini, namun orang-orang ini harus belajar bagaimanakah menciptakan karya-karya yang lebih kuat dan lebih baik dalam ranah ini.”
Tautkanlah Profesi Duniamu Dengan Pengetahuan-pengetahuan Ahlulbait (As)
Dia dengan mengisyaratkan akan perhatian para imam (As) dan agama suci Islam serta rasionalitas, mengemukakan, “Sirah para imam (As) konsisten dengan rasionalitas dan kita juga harus menautkan metode dan profesi dunia kita dengan pengetahuan-pengetahuan Ahlulbait (As).”
Larijani kembali mengisyaratkan kriteria pemikiran Syiah dengan mengemukakan, “Bertumpu pada rasionalitas merupakan salah satu kriteria terpenting pemikiran ini, yang dalam hal ini banyak sekali hadis dari berbagai riwayat dari imam Ridha (As) yang mengatakan bahwa, “Orang beragama yang tidak memiliki akal, maka dia tidak perlu dihiraukan.”
Ketua Parlemen Republik Islam dengan mengisyaratkan bahwa para imam terkhusus imam Ridha (As) banyak memiliki riwayat dalam rangka perhatian umat Islam kepada akal, mengemukakan, “Dalam pemikiran Barat tidak terdapat perhatian kepada orientasi agama; di Barat sekarang ini, muncul keekstreman dalam masalah rasionalitas yang memiliki banyak problem.”
Lewat Akal, Kita Bisa Bertawassul Kepada Para Wali Allah
Selanjutnya, Larijani mengisyaratkan riwayat-riwayat lain dari Imam Ridha (As) mengenai akal dan mengatakan, “Imam Ridha (As) berkata, Allah (Swt) menciptakan akal dan bersumpah dengan kemuliaan dan keagungan-Nya bahwa Dia tidak menciptakan suatu hal yang lebih baik dari akal dan dengan perantaranya seseorang di beri pahala dan balasan”; riwayat-riwayat ini menerangkan bahwa dengan perantara akal kita bisa berpegang teguh dan bertawassul kepada para wali Allah, dikarenakan kita lewat perantara akal bisa menyelesaikan semua permasalahan.”
Dengan statemen bahwa dalam seratus tahun terakhir banyak sekali pemikiran dan opini mengenai akal, dia berkata, “Sebagian orang meyakini bahwa akal tidak memiliki Timur dan Barat, sebagian lagi juga meyakini bahwa akal dalam teks religi, yang harus dikonsistenkan dengan nilai-nilai religi, sedangkan kelompok lain juga meyakini bahwa akal berartikan apa-apa yang dituturkan dalam kitab dan sunnah, dengan demikian mereka meyakini horizon, tujuan, dan sasaran-sasaran yang beragam dalam hal ini.”
Perwakilan masyarakat Qum dalam Parlemen Republik Islam dengan mengisyaratkan kata dari imam Husein (As) yang berdasarkan pada “Akal mencapai kesempurnaan dengan berlindung pada agama” mengintroduksikan, “Akal adalah dasar yang mana para imam (As) sangat peduli padanya.”
Perhatian Terhadap Tajuk Rasionalitas Dalam Islam
Dia mengingatkan, rasionalitas dalam pemikiran Syiah berartikan, kita menjadikan hak sebagai dasar, hal ini sangat mencolok sekali dalam karya-karya Syahid Muthahhari, dikarenakan mereka perhatian dengan seksama akan tajuk rasionalitas dalam pemikiran Islam.
Larijani dengan statemen bahwa Al-Quran Al-Karim menamakan Islam sebagai umat yang tengah, mengatakan, “Syahid Muthahhari mengintroduksikan jalan tengah yang spesifikasinya adalah rasionalitas sebagai kriteria kaum muslimin dan agama suci Islam, karena pemikiran Syiah memiliki perhatian khusus terhadap rasionalitas.”
“Menurut pemikiran Syahid Muthahhari, pemahaman akal dalam jalur islam akan mampu membuka semua area-area kehidupan dan saya meyakini bahwa sedikit perhatian terhadap pokok ini secara perlahan sudah mulai pudar dalam masyarakat kita,” tambahnya.
Ketua Parlemen Republik Islam dengan mengisyaratkan kriteria-kriteria buku akal dan kebodohan Ushul Kafi mengatakan, “Dalam sunnah Nabawi terdapat banyak sekali dari riwayat yang memperhatikan akal dan urgensitasnya, dan buku ini banyak membahas tentang hal tersebut dan sangat perhatian dengannya.”
Kebebasan Berfikir dan Pemikiran Dalam Masyarakat Sangatlah Penting
Dia dengan statemen bahwa kebebasan berfikir dan pemikiran dalam masyarakat sangatlah penting, mengintroduksikan, “Dalam ranah politik dan sosial kita harus sangat mempedulikan masalah kebebasan berfikir, dikarenakan ranah pemikiran harus memiliki kebebasan.”
Larijani dengan statemen bahwa banyak sekali pemikiran-pemikiran yang dinisbahkan kepada Syiah, mengintroduksikan, “Sebagian meyakini bahwa semua orang-orang Syiah adalah kafir, sementara ini adalah sebuah pemikiran buntu, yang asas dan dasar rasionalitasnya bukanlah kebebasan berpikir.”
Dia dengan statemen bahwa sekarang ini juga penipuan dalam ilmu politik sudah menjadi trend, dengan mengisyaratkan perbedaan demokrasi dalam Islam dan Barat, ia mengintroduksikan, “Demokrasi dalam Islam berarti kemanusiaan yang dilepas bebas, sementara demokrasi di Barat berartikan kebinatangan yang dilepas bebas.
“Demokrasi dalam Islam dilembagakan berdasarkan fitrah kemanusiaan dan kebahagiaan manusia. Berdasarkan ini dalam sistem hukum, memenuhi kebutuhan-kebutuhan fitri manusia dianggap sebagai sebuah pokok; sedangkan dalam demokrasi Barat, dilembagakan dalam kemajuan materi dan kelezatan dan dasar-dasar hukumnya juga berasaskan pemberian kebutuhan-kebutuhna nasional,” tambah Ketua Legislatif.
Selanjutnya, dia dengan mengisyaratkan bahwa Imam Husein (As) bangkit untuk melakukan amar ma’ruf dalam adegan Asyura, mengintroduksikan, “Masalah ini dalam masyarakat Islam kami juga, sangat memiliki urgensitas yang tinggi, dengan demikian kita harus memiliki perhatian lebih terhadapnya.”
Meluruskan Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar dalam Masyarakat Kita
Larijani dengan statemen bahwa Syahid Muthahhari menghendaki pengadaan sebuah departemen kementerian untuk amar ma’ruf dan nahi munkar, mengemukakan, “Ironisnya, dengan berlalunya 36 tahun dari kemenangan revolusi Islam belum ada perhatian khusus terhadap masalah amar ma’ruf dan nahi munkar dan dari sisi teori juga belum melakukan hal-hal yang pantas dalam ranah ini, namun kita harus teliti jika perintah ini tidak dilaksanakan dengan tepat, maka akan memiliki dampak-dampak negatif yang merusak, dengan demikian kita harus meluruskan amar ma’ruf dan nahi munkar dalam masyarakat kita.”
Dia dengan mengisyaratkan kehadiran Barat dan Amerika di kawasan mengatakan, “Abad kedua puluh dapat diintroduksikan sebagai abad kejahatan, dikarenakan pada abad ini banyak sekali terjadi peperangan, pembunuhan massal, pengunaan bom atom dan juga penggunaan pemikiran dan ilmu dalam prihal ini, demikian juga Barat banyak melakukan serangan di kawasan-kawasan Timur Tengah.”
Ketua Parlemen Republik Islam dengan statemen bahwa kelompok ISIS diciptakan oleh Amerika, mengatakan, “Sekarang ini mereka telah melakukan banyak pertemuan-pertemuan di Arab Saudi dan Turki guna menumpas anasir takfiri ini, karena mereka yakin dengan menyerang anasir ISIS juga akan mampu menumpas Suriah.”
Amerika Tidak Meyakini Segala Bentuk Rasionalitas Untuk Menata Dunia
Dia dengan statemen bahwa Amerika sama sekali tidak meyakini bahwa segala bentuk rasionalitas dapat menata dunia, mengatakan, “Mereka menggunakan segala pengetahuanyang ada untuk kemajuan tujuannya, namun mereka harus tahu bahwa kehadiran kelompok di kawasan ini sama halnya bermain dengan sebuah gudang mesiu.”
Dia dengan statemen bahwa ISIS sangatlah terbatas, mengungkapkan, “Amerika yang menyebabkan anasir ini berkembang, dengan demikian sekarang ini juga mereka tidak akan bisa membasmi anasir takfiri ini dengan bom udara dan cara-cara klasik.”
Perwakilan masyarakat Qum dalam Parlemen Republik Islam di akhir kata menegaskan, “Hari ini kita harus merujuk kepada pemikiran dan sirah para imam (As), karena pemikiran dan sirah ini merupakan salah satu dalil supremasi kaum muslimin di hadapan Barat.”