Sara, seorang muslim Australia yang baru memeluk agama Islam dalam sebuah program tanggapan “The Feed” yang diselenggarakan oleh channel SBS mengatakan, “Saya sebagai seorang penduduk asli Australia merasa bangga bahwa saya adalah seorang muslim. Ketika saya melaksanakan salat dan berkomunikasi dengan Tuhan, saya merasakan keheningan dan ketenangan yang mendalam,” demikian laporan IQNA, seperti dikutip dari Kantor Berita On Islam.
“Sewaktu saya mendengar tentang kekerasan yang dilakukan atas nama Islam, maka saya mengambil Al-Quran yang merupakan pedoman bagi kehidupan saya, di situ saya tidak menjumpai yang namanya peperangan dan bentrokan,” tambahnya.
Seorang perempuan muslim Australia yang baru masuk Islam ini melanjutkan, saya adalah Sara yang pada tiga tahun yang lalu dan sebelum memeluk Islam. Perbedaan saya adalah hanya hijab yang saya kenakan.
Dia lahir di propinsi New South Wales Australia (NSW), yang penduduknya memiliki sensus tertinggi dalam kehadiran mereka di gereja dan terletak pada sebuah kawasan yang bernama sabuk Injil, dan telah banyak jalan yang ia tempuh untuk menemukan Islam.
Sara dalam program ini menjelaskan bahwa dirinya telah banyak melakukan telaah dan studi dan banyak juga mendengarkan pelbagai ceramah lewat internet dan ia merasa sangat gembira atas keislamannya dalam masa belajar pada jurusan psikologi di universitas.
“Pesan saya kepada penduduk Australia yang menyaksikan program ini dan panik terhadap saya adalah bahwa kita tidaklah jauh berbeda. Saya juga adalah salah seorang warga Australia, cuma saja saya memilih cara ini untuk kehidupan saya,” ucapnya.
Patrick Abbott, reporter program ini mengumumkan, kami mengundang warga Australia yang memeluk agama Islam supaya menghadiri program ini dan kami berharap, kami mampu untuk lebih mengenalkan masyarakat dengan kehidupan mereka.
Kurang lebih 200 tahun kaum muslimin tinggal di Australia dan kurang lebih 2% dari mereka telah membentuk penduduk 20 juta negara ini.
Dalam beberapa bulan terakhir fanatisme Anti-Islam di Australia meninggkat, dimana sebagian pernyataan-pernyataan miring para petinggi Australia telah memicu atas masalah ini.