Majid Ma’arif, Anggota Dewan Ilmiah Universitas Tehran saat wawancara dengan IQNA, menganggap konten Nouruz sebagai pembaharuan dan upaya untuk kesempurnaan serta kemajuan yang dibarengi dengan silaturrahmi dengan motivasi Ilahi dan mengatakan, karena inilah Nouruz sama sekali tidak kontras dengan kebudayaan Islam dan dikategorikan sebagai sebuah ibadah.
Dia dengan mengisyaratkan berbarengannya hari-hari kesyahidan Sayidah Fatimah (Sa) dengan hari-hari Nouruz mengintroduksikan, dalam surat Al-Ahzab ayat 33 yang populer dengan ayat Tathir, dikatakan, “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian, hai Ahlul bait dan mensucikan kalian sesuci-sucinya”, Sayidah Fatimah Zahra (Sa) masuk dalam himpunan Ahlulbait Rasulullah Saw.
Dia dengan mengisyaratkan bahwa Sayidah Fatimah Zahra (Sa) putri risalah, istri wilayah dan ibu imamah mengatakan, pada hari-hari ini aktivitas terlayak adalah mengenalkan sirah beliau sebagai tauladan praktis untuk kehidupan keluarga dan para remaja sekarang ini.
Ma’arif dengan menegaskan bahwa seorang tauladan harus berhasil dalam kehidupan duniawi, peka dalam masalah-masalah sosial, komitmen dalam kehidupan keluarga, mengungkapkan, Sayidah Siddiqah Kubra (Sa) sangat mendapatkan perhatian di hadapan ayahandanya, sampai-sampai Sayidah Fatimah mendapatkan nama Ummu Abiha dari beliau. Demikian juga terkait tidak tinggal diam terkait masalah hak-haknya dan mengutarakan masalah fadak.
Ketenteraman Imam Ali atas Manajemen Rumah
Selanjutnya, dia menambahkan, Sayidah Fatimah Zahra (Sa) dalam membela Ali bin Abi Thalib (Sa) sering melakukan pertemuan dengan para Muhajirin dan Anshar di malam hari dan mengingatkan masalah Ghadir. Demikian juga, tanggung jawab pengaturan rumah diemban oleh beliau dan sejatinya bagian kecemerlangan Imam Ali dalam peperangan karena ketenteraman beliau terhadap lingkup rumah.
Dosen universitas ini dengan menegaskan tokoh-tokoh agung seperti Imam Hasan, Imam Husein, dan Sayidah Zainab (Sa) sebagai hasil tarbiah seorang ibu seperti Sayidah Zahra (Sa) mengatakan, tarbiah ini sangatlah efektif sekali dalam pembentukan kepribadian mereka.
Ma’arif menganggap kehadiran dalam pertemuan-pertemuan sosial, menyertai suami dan keluarga serta menjadi peran pembimbing bagi anak-anak merupakan cabang-cabang sebuah tauladan sempurna bagi mereka dan mengatakan, dalam hal ini, Sayidah Zahra (Sa) merupakan tauladan terbaik yang dapat diketengahkan dalam semua dimensi kehidupan, individu, keluarga dan sosial untuk para wanita.
Dia menganggap kunci kesuksesan Sayidah Zahra (Sa) dalam mendapatkan cabang-cabang ini dikarenakan hubungan kuat beliau dengan Tuhan semesta dan menegaskan, wanita agung ini adalah seorang hamba mukhlis Allah, yang tidak keluar dari jalur ibadah kepada Allah Swt. Tunduk dihadapan ketentuan-ketentuan dan mengenal kewajiban-kewajibannya dengan sebaik mungkin dan dengan lembut melangkah dalam melaksanakannya dan juga membeli kesusahan-kesusahan di jalan ini dengan taruhan nyawanya.
Perbedaan Tauladan Islam dan non Islam
Anggota Dewan Ilmiah Universitas Tehran ini mengevaluasi sifat-sifat yang disebutkan tadi sebagai cabang-cabang poros dalam merubah tauladan untuk selainnya dan mengintroduksikan, salah satu perbedaan tauladan Islam dengan non Islam yang merubah pandangan dunia materi menjadi sebuah sosok adalah penghambaan untuk Allah semata.