Menurut IQNA, menurut narasi komunitas Syiah, saat ini, yang bertepatan dengan tanggal 17 Rabiul Awwal, Nabi Islam (saw) lahir untuk menyempurnakan nikmat Allah atas hamba-hamba-Nya. Beliau lahir untuk menghilangkan kebodohan dari kancah dunia, untuk menunjukkan jalan, dan untuk memberikan petunjuk masyarakat dari kesesatan, dari kegelapan menuju terang, dan dari perpecahan dalam bayangan kenabiannya. Persatuan dan kohesi Umat Islam menciptakan kekuatan yang besar dan tak terkalahkan di dalam Umat ini dimana dengan dengan bantuannya, umat Islam yang dapat melawan intervensi dan penjarahan dari kekuatan-kekuatan yang mendominasi.
Perpecahan dan pemisahan; faktor dominasi musuh
Dalam sebuah wawancara dengan IQNA bertepatan dengan Pekan Persatuan, aktivis hak asasi manusia Bahrain Ebtesam al-Sayegh mengecam penghinaan pemerintah Perancis baru-baru ini terhadap kesucian Islam dan menyalahkan kelemahan penguasa Islam atas penghinaan tersebut.
Dengan mengisyaratkan penamaan pekan ini oleh Imam Khomeini, ia berkata: “Setelah kemenangan Revolusi Islam Iran, Pemimpin Tertinggi Revolusi menamakan Pekan Persatuan untuk menyebarkan spirit persahabatan dan kerjasama antar umat Islam sehingga semua umat Islam, baik Syiah maupun Sunni dan suku-suku lain berada di bawah panji Nabi (saw) dan berdiri bersama jauh dari keyakinan fanatisme dan sepenuhnya menyadari bahwa perbedaan di antara mereka dapat menjadi dalih bagi Barat dan Amerika Serikat untuk memecah belah mereka.”
Dalam menanggapi pertanyaan tentang peran persatuan Muslim dalam mengurangi ketegangan di kawasan Asia Barat, aktivis hukum Bahrain dan pejuang Syiah mengatakan: “Budaya persatuan Islam memainkan peran besar dalam semua aspek, termasuk intelektual, karena setiap mazhab apa pun tanpa menyangkal keyakinan-keyakinan mazhab yang lain, akan menghormati nilai-nilainya, dan rasa hormat ini dapat menjamin bahwa pihak lain juga telah menerimanya.”
“Tentunya, dengan mengadakan konferensi dan pertemuan antar ulama, penganut agama Islam berkumpul dan berbicara tentang masalah politik dan ekonomi satu sama lain. Karena seperti yang kita lihat, negara-negara Muslim mengalami masalah seperti pengangguran, masalah politik, korupsi dan situasi hak asasi manusia yang memburuk. Pertemuan-pertemuan ini dapat menyiapkan ranah untuk kerjasama dan pertukaran informasi, dan dengan demikian menciptakan jaringan yang besar untuk kerjasama dan mendobrak tembok yang menghalangi persatuan umat Islam. Jaringan kerja sama ini juga akan menjadi penghalang melawan ekstremisme dan gerakan teroris yang dilakukan atas nama Islam dan Muslim,” imbuhnya.
Ebtesam al-Sayegh dengan mengisyaratkan bahwa Barat telah mampu menarik banyak elit Muslim dan menggunakan kemampuan dan kapabilitas mereka dalam pertumbuhan dan perkembangan, menganggap bahwa kerjasama antar negara Muslim adalah penjamin pertumbuhan dan perkembangan negara-negara Islam dan meniup semangat inovasi dan peningkatan kemauan. “Lebih dari sebelumnya, kita membutuhkan realisasi persatuan Islam di antara umat Islam,” ucapnya.
Peningkatan wawasan keislaman; Menghalangi konspirasi intelektual musuh
Pembela hak asasi manusia Bahrain ini percaya bahwa kami telah menjadi negara terlemah selama periode ini dan alasannya adalah pengkhianatan beberapa pemimpin Islam terhadap bangsa mereka. Dalam pandangannya, para pemimpin pemerintahan Islam menggunakan segala hal untuk menekan dan membunuh negara-negara revolusioner.
Dia menambahkan: Cendekiawan Muslim dan perwakilan dari organisasi Islam internasional harus mengetahui setiap masanya sesuai dengan firman Allah, “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi” dan selalu siap dengan konspirasi-konspirasi musuh. Kami melihat bahwa generasi baru kami dihadapkan pada konspirasi intelektual dan keuangan oleh musuh. Kita harus bersiap menghadapi perang software karena sangat berbahaya bagi masyarakat Islam.
Al-Sayegh menganggap jejaring sosial dalam konteks dunia maya sebagai peluang yang baik untuk menyebarkan prinsip-prinsip asli Islam dan menghindari ekstremisme dan mengumumkan: Di ruang ini, kita dihadapkan pada pemikiran keji dan sikap anti-Islam, jadi kita harus memiliki kehadiran yang lebih berguna di bidang ini dan menyadari rencana jahat mereka.
Di penghujung, pembela hak asasi manusia Bahrain, Ebtesam al-Sayegh mengharapkan perlunya penerapan hukum pencegahan dalam menghadapi penghinaan terhadap Islam. (hry)