Tidak diragukan lagi, dasar paling fundamental dari penghambaan kepada Allah swt adalah ketundukan dan kerendahan hati di hadapan kebenaran, dan sebaliknya, segala bentuk fanatisme dan kekeraskepalaan adalah penyebab terjauhkannya dari kebenaran dan kehilangan kemakmuran dan kebahagiaan.
Fanatisme berarti "ketergantungan irasional pada sesuatu" sampai pada batas seseorang mengorbankan kebenaran untuk itu, dan keras kepala berarti bersikeras pada sesuatu dengan cara yang melanggar logika dan akal. Sepanjang sejarah, salah satu penyebab paling penting dari penyimpangan dan kesesatan masyarakat serta bangsa-bangsa adalah fanatisme, keras kepala, dan taklid buta. Karena ketergantungan mereka yang kuat pada pemikiran dan rencana-rencana khurafat, dan sikap keras kepala serta pemaksaan mereka pada hal-hal tersebut, mereka terus mengikuti nenek moyang mereka secara membabi buta dan dengan cara ini, khurafat tak berdasar diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya dan upaya-upaya para nabi untuk membimbing mereka tidak membuahkan hasil .
Salah satu hal yang dapat disebutkan dalam sejarah adalah kisah Nabi Nuh (as) dimana para penyembah berhala pada zaman nabi itu begitu keras kepala dan fanatik sehingga mereka bahkan takut untuk mendengar suaranya, seperti yang dinyatakan dalam ayat ini dari bahasa Nuh (as):
وَإِنِّي كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوا أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارً
“Dan sesungguhnya aku setiap kali menyeru mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jarinya ke telinganya dan menutupkan bajunya (ke wajahnya) dan mereka tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri”. (QS. Nuh: 7)
Keras kepala dan pemaksaan pada ide dan pendapat, menutup jalan akal dan juga hati yang merupakan pusat pemikiran dan perasaan; dalam hal ini, baik telinga maupun mata tidak akan memiliki kekuatan untuk memahami kebenaran, dan begitulah yang digambarkan dalam Alquran.
صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَعْقِلُونَ
“Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti”. (QS. Al-Baqarah: 171)