IQNA

Tantangan dan Solusi Kaum Santri dalam Menghadapi Era Digital

7:28 - October 22, 2022
Berita ID: 3477488
TEHERAN (IQNA) - Sekretaris Lembaga Pengembangan Pesantren PP Muhammadiyah KH Muhbib Abdul Wahab menyampaikan, ada tantangan yang dihadapi santri di era digital sekarang ini. Bahkan tantangan tersebut menurutnya sangat kompleks.

Menurut laporan IQNA, Kiai Muhbib mengatakan, tantangan pertama ialah adaptasi mental spiritual dan intelektual dalam menghadapi perubahan yang sangat cepat dan pesat. Jika santri tidak dibekali literasi digital yang memadai, mereka bisa teralienasi dan termarjinalisasi dalam beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

Hal itu, lanjut Kiai Muhbib, karena ada sebagian pesantren yang mengharamkan santri memegang gawai dan menonton televisi. "Akses internet masih sangat dibatasi dengan kekhawatiran tertentu. Misalnya disalahgunakan santri untuk melihat hal yang tidak patut dilihat," kata Dosen Pascasarjana Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah itu kepada Republika.co.id belum lama ini.

Tantangan kedua ialah setelah nyantri. Kiai Muhbib memaparkan, sebagian wali santri ada yang merasa kurang percaya diri anaknya bisa diterima di kampus negeri. Namun, sebagian lagi ada yang merasa bahwa setelah lulus di pesantren, anaknya diproyeksikan untuk melanjutkan studi di beberapa universitas di Timur Tengah dengan seleksi dan kompetisi yang sangat ketat. Misalnya untuk bisa diterima di Al-Azhar Kairo Mesir atau universitas lain di Timur Tengah seperti Arab Saudi, Yordania, Sudan, dan Maroko.

Tantangan selanjutnya adalah kesiapan kerja atau pengembangan profesi setelah lulus jika tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Menurut Kiai Muhbib, mayoritas pesantren belum berorientasi pada pengembangan keterampilan hidup dan jiwa kewirausahaan, karena kurikulum pesantren umumnya didesain sebagai pusat tafaqquh fid din.

Santri sebagai calon lulusan pesantren, harus memiliki dan menguasai sejumlah kompetensi. Di antaranya kompetensi profesional, keagamaan, moral, komunikasi, sains modern termasuk di dalamnya literasi digital, kewirausahaan atau life skills, dan kekaryaan atau menulis. "Lulusan pesantren juga harus memiliki kompetensi sosial keumatan, dengan mampu menjadi teladan sosial dan moral dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara," tuturnya.

Kiai Muhbib juga menuturkan, sebagian pesantren Muhammadiyah saat ini telah mengembangkan kemandirian ekonomi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sivitas akademika pesantren dengan mengembangkan amal usaha seperti mini market, pabrik roti, catering, laundry, budi daya lele, biro perjalanan haji dan umrah, penyulingan air minum, koperasi pesantren, dan sebagainya. Beberapa pesantren bahkan telah menerapkan aplikasi transaksi sehari-hari santri dengan sistem cashless, seperti MBS Prambanan dan MBS Al-Amin Bojonegoro.

Digitalisasi juga dilakukan terhadap sumber, bahan ajar, dan pemantauan serta evaluasi terhadap proses pembelajaran. Bahkan, Kiai Muhbib mengatakan, kini sudah mulai dikembangkan digitalisasi terhadap pemantauan dan evaluasi dari wali santri terhadap putra-putrinya. Seperti yang dilakukan Darul Arqam Garut dan Al Furqon Tasikmalaya. (HRY)

Sumber: republika.co.id

captcha