IQNA

Yahudi dalam Alquran

Materialisme dan Ketidakpercayaan pada Hari Kebangkitan

8:41 - June 25, 2024
Berita ID: 3480307
IQNA - Gambaran kehidupan setelah kematian dalam Taurat (lima kitab: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan) tidak jelas dan tidak ada kata untuk konsep abstrak terkait hari kebangkitan.

Taurat sepenuhnya bungkam tentang salah satu ajaran agama yang paling mendasar, yaitu hari kebangkitan, dan tidak mengatakan apa pun tentangnya. Menurut peneliti, pahala yang ditekankan dalam teks Perjanjian Lama dan para pelaku kebaikan dan amal shaleh diberikan kabar gembira tentangnya, terutama pahala ukhrawi dan pahala duniawi seperti bertambahnya gandum dan hasil pertanian, kemakmuran anggur (pastinya minuman keras), peningkatan minyak dan berkah tradisional orang Yahudi yakni Salwa.

Dengan demikian, hukuman terhadap Bani Israel difokuskan pada kelaparan, pengungsian, penyakit, perang, permusuhan, dan dunia ini. Oleh karena itu, di seluruh Perjanjian Lama, tidak ada satu paragraf pun yang didedikasikan untuk pahala atau hukuman di akhirat secara eksplisit dan jelas, dan karena alasan ini, sekte besar Yahudi Saduki pada dasarnya tidak percaya pada pengumpulan orang mati dan Hari Pembalasan.

Tentu saja dalam ayat-ayat Alquran terungkap adanya kepercayaan akan kebangkitan di kalangan Yahudi. Dengan kata lain, kepercayaan akan hari kebangkitan telah lazim di kalangan Yahudi dan juga disebutkan dalam kitab suci mereka. Ayat-ayat Alquran dalam konteks ini dapat ditempatkan dalam tiga kategori; Ayat-ayat yang disebutkan dalam kitab nabi Musa tentang siksa dan pahala serta dunia akhirat; Ayat-ayat dimana Nabi Musa menyebutkan tentang dunia akhirat dan ayat-ayat yang diriwayatkan oleh orang-orang Yahudi tentang dunia akhirat.

Diantara adalah, Allah telah berfirman dalam surah At-Taubah ayat 111:

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ ۚ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ ۖ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran”,  atau kita baca di ayat terakhir surat Al-A’la ayat 16-19:

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى إِنَّ هذَا لَفِي الصُّحُفِ الْأُولَى صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى

Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa”.

Oleh karena itu, materialisme pada dasarnya sudah mendarah daging dalam pemikiran Yahudi dan ajaran teks agama mereka. Sedemikian rupa, sehingga mereka menggambarkan Tuhan sebagai benda material lain dan manusia atau bahkan sebagai makhluk yang aneh. Tuhan yang terbatas pada kapasitas dan kemampuan manusia. Misalnya, kita membaca: “Asap mengepul dari lubang hidungnya, dan api melahap dari mulutnya; bara api menyala keluar darinya. Dia menundukkan langit dan turun; kegelapan pekat ada di bawah kaki-Nya, Dia mengendarai Kerub atau Kerubim, terbang dan muncul pada sayap angin. (2 Samuel /22: 9-12). Mengesampingkan pe-materian Tuhan, ketundukan pada indera telah menyebabkan mereka tidak menerima perkataan apa pun, kecuali indra membenarkannya, dan jika indra tidak membenarkan atau mengingkarinya, mereka tidak menerimanya, sekalipun itu benar. (HRY)

captcha