Salah satu hama yang paling penting bagi lisan adalah terjerumus ke dalam kebatilan. Terjerumus ke dalam kebatilan, menurut para ahli akhlak, adalah perpindahan dosa dan perbuatan tercela yang dilakukan oleh orang itu sendiri atau orang lain; dengan ketentuan bahwa pekerjaan ini dilakukan hanya untuk hiburan dan tidak ada kebutuhan yang sah dan rasional; akan tetapi, jika mengungkapkan perilaku yang tidak pantas dari orang lain adalah untuk membantu mencegah mereka berbuat dosa atau untuk menjawab seseorang yang telah meminta nasehat mengenai suatu hal penting atau kebutuhan umum lainnya, maka hal tersebut bukanlah terjerumus dalam kebatilan. Begitu pula jika kisah dosa orang lain dilakukan untuk mengungkapkan aibnya atau meremehkannya, maka itu termasuk dalam kisaran sejumlah dosa seperti ghibah, gosip, dll.
Kisah dosa dan perilaku buruk dilakukan dengan dua cara. Kadang-kadang diceritakan dosa yang pernah dilakukan sebelumnya, seperti ketika seseorang bercerita tentang penipuan dan tipu muslihatnya serta berbicara tentang kerusakannya. Kadang ia bercerita tentang dosa yang ingin dilakukannya, dan bercerita tentang cara dan metode melakukannya, yaitu cerita membayangkan dan menggambarkan dosa tersebut.
Mengekspos dosa dengan motif bersenang-senang dan menikmati atau mempelajarinya adalah salah satu perilaku buruk yang dikecam oleh syariat. Alquran ketika mengungkapkan pertanyaan penghuni surga kepada penghuni neraka tentang alasan masuk neraka, mengatakan: “Bahkan, kami selalu berbincang (untuk tujuan yang batil) bersama para pembincang”. (QS. Al-Muddassir: 45) Tentu saja, ayat tersebut juga mencakup pergaulan praktis dengan orang-orang berdosa dan menunjukkan bahwa terjerumus ke dalam kebatilan adalah salah satu penyebab atau bagian dari penyebab masuk neraka; tentu saja janji api neraka diberikan pada suatu perilaku yang haram. Demikian juga, Allah swt berfirman dalam Alquran:
فَلَا تَفْعَدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ
"Janganlah kamu duduk bersama mereka hingga mereka memasuki pembicaraan yang lain". Berdasarkan kutipan dalam penjelasan dan tafsir ayat tersebut, Rasulullah saw bersabda:
أَعْظَمُ النَّاسِ خَطَايَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ خَوْضاً فِي الْبَاطِلِ
“Orang yang paling berdosa di hari kiamat adalah orang yang paling banyak tenggelam dalam kebatilan.”
Kecenderungan berbuat dosa dan perbuatan buruk adalah akar utama terjerumusnya ke dalam kebatilan. Daya tarik dosa membuat seseorang mengingat imajinasinya dan membicarakannya. Seseorang yang menceritakan keburukan dan kejelekan pasti mempunyai pemikiran yang sama sebelumnya. Salah satu akibat dari perilaku buruk tersebut adalah terluruhnya keburukan dosa, mendorong orang lain pada dosa dan menyebarkan keburukan.
Pembebasan penyakit ini, seperti penyakit moral lainnya, dapat dilakukan dengan mengingat akibat buruknya. Akibat dari perilaku terlarang ini begitu buruk dan menjijikkan sehingga jika disebutkan akan menimbulkan kebencian dan rasa jijik terhadap penyakit ini. Selain itu, hendaknya berusaha membicarakan hal-hal penting agama dan dunia sebanyak yang diperlukan, daripada membicarakan hal-hal yang sia-sia, sebaiknya giatlah mengingat Allah swt. Memperbanyak zikir dan doa serta munajat dalam rencana kehidupan adalah cara yang sangat baik untuk berhenti membicarakan dosa. (HRY)