Dalam pidatonya di KTT ini, Vladimir Putin menyebut situasi di Timur Tengah mengkhawatirkan dan menekankan bahwa kekerasan di Timur Tengah harus dihentikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan proses politik yang komprehensif untuk menyelesaikan konflik di Timur Tengah.
Presiden Rusia menyatakan bahwa Moskow berupaya membantu menstabilkan situasi di Timur Tengah dan berkata: "Perdamaian di Timur Tengah dapat dicapai dengan memperbaiki ketidakadilan historis terhadap Palestina."
“Semua negara BRICS prihatin dengan situasi di Gaza dan mengharapkan semua opsi digunakan untuk mengurangi ketegangan,” tegasnya.
Menekankan perlunya mengupayakan solusi pembentukan dua pemerintahan (di wilayah pendudukan), Presiden Rusia menekankan: “PBB harus terus memainkan peran penting dalam menjamin perdamaian dan keamanan.”
Perlu dicatat bahwa, satu hari setelah menyelenggarakan KTT negara-negara anggota BRICS ke-16 dan menentukan kebijakan dan pendekatan kelompok ini, para pemimpin dan pejabat senior negara-negara sahabat BRICS bergabung pada hari Kamis untuk membahas pembangunan bersama tentang dunia yang lebih baik dan hubungan yang lebih adil.
Presiden Iran Massoud Pezeshkian, yang pertama kali berpartisipasi dalam pertemuan ini sebagai anggota resmi BRICS atas undangan Presiden Rusia, bersama dengan presiden delapan negara BRICS lainnya, termasuk Brasil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab telah menghadiri pertemuan BRICS.
Menurut pejabat tuan rumah, selain 9 negara anggota BRICS, perwakilan 27 negara lain yang berminat mengembangkan kerja sama dengan kelompok BRICS juga turut serta dalam pertemuan BRICS Plus.
Topik sentral dari KTT ini adalah "BRICS dan Global South, pembangunan bersama untuk dunia yang lebih baik" dan menurut perkiraan, perhatian khusus akan diberikan pada situasi di Timur Tengah dalam KTT ini. (HRY)