IQNA

Bagaimana Menjaga Suasana Baik Puasa Seusai Ramadhan? (1)

18:48 - April 07, 2025
Berita ID: 3481883
IQNA - Salah satu kelalaian terbesar kita adalah setelah bulan Ramadhan, kita tidak menghargai pencapaian dan tidak memanfaatkan pembelian spiritual yang kita lakukan selama Ramadhan! Ketakwaan merupakan buah dari puasa, dan hendaknya kita mulai memanen buah ini setelah bulan Ramadhan.

Salah satu kelalaian terbesar kita, umat Islam, berkenaan dengan masalah spiritual adalah bahwa setelah bulan suci Ramadhan, kita tidak menghargai pencapaian kita sendiri. Sedangkan apa pun ibadah kita selama bulan suci Ramadhan hanyalah awal dari kehidupan spiritual kita setelah Ramadhan. Manfaat dan keberkahan Ramadhan baru terasa setelah bulan penuh berkah ini.

Allah swt telah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 183:

کُتِبَ عَلَیْکُمُ الصِّیامُ کَما کُتِبَ عَلَى الَّذینَ مِنْ قَبْلِکُمْ لَعَلَّکُمْ تَتَّقُونَ

Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Yakni, tujuan puasa adalah untuk mengantarkan kita kepada ketakwaan. Takwa merupakan buah dari puasa, dan setelah bulan Ramadhan, hendaknya kita mulai memetik buah ini dan memanfaatkan produknya.

Realitanya adalah kita umat Islam memiliki kondisi lebih baik setelah bulan Ramadhan. Keinginan kita untuk berbuat dosa telah berkurang dan keinginan kita untuk berdoa dan beribadah menjadi lebih kuat. Setelah bulan Ramadhan, doa-doa kita lebih mudah terkabul, taubat kita lebih diterima, dan kita dapat kembali kepada Tuhan lebih cepat. Namun, setan kerap kali menghalangi kita untuk memperhatikan, menjaga, dan memanfaatkan kebahagiaan pasca-Ramadhan ini.

Namun apa yang harus kita lakukan pada kesempatan emas setelah Ramadhan ini? Hal terbaik yang dapat dilakukan setelah Ramadhan adalah “membiasakan” diri dengan hal-hal baik.

Nabi Muhammad (saw) bersabda dalam pidatonya yang indah: “Awwidu Anfusakum al-Khair/ Biasakanlah diri kalian dengan perbuatan baik”. Yang menciptakan kebiasaan pada manusia adalah "tindakan berkelanjutan". Sebuah riwayat terkenal menyatakan:

قَلِیلٌ‏ یدُوم عَلَیْک‏ خَیْرٌ مِنْ‏ کَثِیرٍ مَمْلُول

Pekerjaan yang sedikit tetapi konsisten lebih baik daripada pekerjaan yang banyak tetapi membosankan”.

Namun, banyak orang beranggapan bahwa kebiasaan hanya berkaitan dengan "perilaku" manusia, padahal di samping perilaku, kebiasaan juga dapat berkaitan dengan kondisi pikiran seseorang. Artinya, seseorang dapat membiasakan hatinya terhadap berbagai hal. Rasulullah saw bersabda dalam hal ini:

عَوِّدُوا قُلوبَکُمُ التَّرَقُّبَ و أکثِرُوا التَّفَکُّرَ و الاعتِبارَ

Biasakan hati kalian untuk peduli, banyak merenung, dan ambil pelajaran.” (Kanz al-Ummal/ 5709) Nabi juga bersabda dalam riwayat lain:

عَوِّدُوا قُلُوبَکُمُ الرِّقَّةَ وَ أَکْثِرُوا مِنَ التَّفَکُّرِ وَ الْبُکَاءِ مِنْ خَشْیَةِ اللَّه‏

Biasakanlah hati kalian pada kelembutan, banyak tafakkur, dan banyak menangis karena takut kepada Tuhan”.

Setelah bulan Ramadhan, hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah mulai membiasakan diri. Kita tidak hanya harus membiasakan diri untuk "melakukan pekerjaan yang baik," tetapi kita juga harus membiasakan diri untuk "kondisi baik." Misalnya, kita dapat memulainya setelah bulan suci Ramadhan dan melaksanakan salat pagi setiap hari. Itu berarti kita harus membiasakan hati kita dengan hal ini. (HRY)

 

3492528

Kunci-kunci: menjaga ، Suasana ، Baik ، puasa ، ramadhan
captcha