“Beberapa bulan lalu, Kementerian Keluarga Austria memberikan saluran telepon langsung secara khusus untuk membantu para remaja muslim guna menghalau bergabungnya mereka dengan para kelompok ekstrem,” demikian laporan IQNA, seperti dikutip dari On Islam.
Pada saat ini, kurang lebih 200 keluarga telah mengunakan saluran telepon dengan saluran ini dan mereka mengutarakan problem-problemnya.
Tindakan ini terjadi setelah Kementerian Dalam Negeri Austria pada bulan November lalu mengumumkan bahwa 130 orang dari negara ini pergi ke Suriah untuk berperang. Angka ini pada bulan Januari tahun ini mencapai 190 orang, namun 70 orang darinya kembali ke Austria.
Pemerintah Austria disamping meluncurkan saluran langsung ini, juga menyelenggarakan pelbagai workshop edukasi di sekolah dan tempat-tempat lainnya.
Organisasi swasta wanita tanpa batas Austria juga pada hari Senin mengabarkan tentang pembukaan sekolah ibu-ibu, yaitu para ibu yang anak-anak mereka terperangkap oleh kelompok teroris di Irak dan Suriah memaparkan penjelasan-penjelasan bermanfaat kepada selainnya,
Ramazan Demir, salah seorang pemimpin muslim Austria mengatakan bahwa dia dan para patner muslimnya telah bekerjasama dengan pemerintah dan berupaya menerima para remaja dengan lebih baik untuk menghilangkan ranah ekstremisme.
“Identitas merupakan salah satu problem paling mendasar yang dihadapi oleh para remaja muslim Austria, khususnya para pengungsi Chechnya dan Bosnia,” ucapnya.
Demir menambahkan, Chechnya dan Bosnia bertahun-tahun dalam konflik perang dan masyarakatnya tertimpa problem jiwa. Demikian juga mereka bermasalah dengan identitas mereka.
Pengangguran merupakan problem lain para remaja, yang mana menurut laporan statistik, pengangguran terbanyak di Austria terkait para imigran.
Demikian juga, banyaknya diskriminasi terhadap minoritas muslim, yang harus ditanggulangi.
Kaum muslim dengan setengah juta populasi 6 % telah membentuk 8 juta penduduk Austria.