IQNA

Bulan Syaban Momen Mengakrabkan Diri dengan Alquran

14:24 - March 08, 2022
Berita ID: 3476562
TEHERAN (IQNA) - Analis Kebijakan Ahli Muda pada Seksi Pengembangan Musabaqah Alquran dan Al-Hadits, Kementerian Agama, Helmi Saltian, mengungkapkan empat provinsi sudah mengajukan diri jadi tuan rumah Seleksi Tilawah Quran dan Al-Hadits (STQH) Nasional ke-27 tahun 2023 mendatang.

Sebagaimana dilansir IQNA dari republika.co.id, Umat Islam tengah memasuki bulan Syaban sebelum bulan suci Ramadhan. Sebagian para ulama melihat bulan Syaban sebagai waktu yang tepat untuk mulai mengakrabkan diri dengan Alquran.

Ketua Umum Ikatan Da'i Indonesia (Ikadi), KH Ahmad Khusairi Suhaili, mengatakan, sebagian ulama mengatakan bahwa bulan Syaban adalah Syahr al-Qurra. Artinya orang-orang terbaik memahami betul Ramadhan sebagai syahrul Quran atau bulan Alquran. Tapi seseorang perlu pemanasan, maka bulan Syaban dikenal sebagai Syahr al-Qurra atau bulan para pembaca Alquran.

Ia menerangkan, orang-orang yang ingin menjadi ahli Alquran dan mendapatkan syafaat dari Alquran, mereka sudah mulai mengintensifkan mengakrabkan diri dengan Alquran sejak Syaban menjelang Ramadhan. Supaya nanti saat memasuki Ramadhan, bisa mengkhatamkan Alquran

"Amal sholeh apapun ditingkatkan di bulan Syaban sebagai pemanasan menjelang Ramadhan," kata Kiai Suhaili kepada Republika, Selasa (8/3/2022).

Ia menyampaikan, ada seorang ulama yang mengatakan, Rajab adalah bulan untuk menanam. Syaban adalah bulan untuk menyiram tanaman. Ramadhan adalah bulan untuk memanen tanaman.

Artinya kalau seseorang tidak biasa menyirami tanaman kebaikan dari sekarang di Syaban, maka bagaimana mungkin akan memanen tanaman kemuliaan dan keistimewaan di bulan suci Ramadhan yang penuh berkah. Maka perlu terus ditingkatkan semua amal soleh seperti sedekah, sholat sunah, puasa sunnah, membaca Alquran dan lain-lain.

Kiai Suhaili mengingatkan, sekarang di era media sosial dan di momen bulan Syaban, umat Islam harus bisa menjaga diri agar tidak gegabah, tidak menyebarkan hoaks atau fitnah, serta menjaga lisannya. Sekarang juga saatnya bagi para pemimpin untuk memperbaiki kebijakan yang kurang baik, dan memperbaiki diri menjadi pemimpin yang lebih baik. Di dalam keluarga, orang tua dan anak-anak juga harus saling memperbaiki diri.

"Kalau hal-hal yang baik ini sudah mulai dilakukan sejak Syaban, maka Insya Allah kita semuanya akan memanen tanaman kebaikan di bulan Ramadhan, sehingga menjalankan kebaikan-kebaikan di bulan Ramadhan tidak susah," ujarnya.

Ketua Umum Ikatan Da'i Indonesia ini menjelaskan mengapa Nabi Muhammad SAW banyak puasa di bulan Syaban. Dalam hadist dikatakan bahwa bulan Syaban adalah bulan diangkatnya catatan amal manusia kepada Allah.

Oleh karena itu bulan Rajab dan Syaban sudah menjadi bagian dari start atau awal mempersiapkan diri menyambut Ramadhan. Makanya golongan umat terbaik berdoa sejak bulan Rajab agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan.

Kiai Suhaili mengatakan, kalau melihat semangat generasi terbaik umat Islam yang mampu membangun peradaban umat Islam mencapai masa keemasan, mereka adalah umat yang sejak Rajab dan Syaban sudah mempersiapkan diri untuk menyambut Ramadhan.

"Artinya, bagi mereka yang ingin meraih derajat takwa yang tinggi, Ramadhan bukan dimulai sejak satu Ramadhan tapi sesungguhnya mereka sudah me-Ramadhankan sejak bulan Rajab dan Syaban, jadi sudah me-Ramadhankan dirinya, amalnya, ucapannya sejak Rajab dan Syaban," jelasnya.

Ia menambahkan, dalam konteks berbangsa dan bernegara saat ini, di bulan Syaban ini umat Islam berkepentingan untuk memohon kepada Allah agar pandemi Covid-19 ini segera dihilangkan. Dengan meningkatkan kebaikan dan amal sholeh di bulan Syaban ini, semoga bisa menjadi sarana untuk berdoa kepada Allah agar pandemi ini segera berakhir. (HRY)

 

captcha