Menurut Iqna mengutip France24, puluhan menteri luar negeri dari seluruh dunia akan berkumpul di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari Senin untuk berpartisipasi dalam konferensi yang bertujuan mencapai solusi dua negara dan mengakhiri konflik antara Israel dan Palestina, tanpa kehadiran Amerika Serikat dan rezim Zionis.
Majelis Umum PBB yang beranggotakan 193 orang memutuskan pada September tahun lalu untuk menyelenggarakan konferensi semacam itu pada tahun 2025. Konferensi yang diusulkan oleh Prancis dan Arab Saudi tersebut ditunda pada bulan Juni setelah serangan Israel terhadap Iran; tujuan konferensi ini adalah untuk menetapkan parameter peta jalan bagi pembentukan negara Palestina.
Beberapa hari sebelum konferensi, yang akan diselenggarakan pada 28-30 Juli, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan bahwa ia akan secara resmi mengakui negara Palestina pada bulan September.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noël Barrow mengatakan dalam sebuah wawancara dengan mingguan Prancis La Tribune Dimanche bahwa negara-negara Eropa lainnya akan mengonfirmasi niat mereka untuk mengakui negara Palestina selama konferensi; Prancis, di sisi lain, berharap Inggris akan mengambil langkah ini.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa Washington tidak akan menghadiri konferensi PBB, menyebutnya sebagai "hadiah untuk Hamas," yang terus "menolak proposal gencatan senjata yang diterima oleh Israel."
Jonathan Harounoff, juru bicara misi Israel untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengatakan Israel tidak akan berpartisipasi dalam konferensi tersebut, yang awalnya tidak akan membahas isu pengutukan Hamas dan pengembalian semua tahanan yang tersisa.
Majelis Umum PBB dengan suara mayoritas mendukung permohonan Palestina untuk menjadi anggota penuh PBB pada Mei tahun lalu, menyatakan Palestina memenuhi syarat untuk menjadi anggota dan merekomendasikan agar Dewan Keamanan PBB mempertimbangkan masalah tersebut secara positif. Resolusi tersebut disahkan dengan perolehan suara 143 berbanding 9. (HRY)