IQNA

Kedudukan Alquran dalam Hikmah Filosof Muslim

11:39 - March 16, 2022
Berita ID: 3476595
TEHERAN (IQNA) - Suhrawardi adalah seorang filosof Muslim yang pandangan ketuhanannya tentang hikmah memiliki tempat khusus dalam sistem intelektualnya, dan kajian rasional terhadap tema-tema Alquran dapat dilihat dalam karya-karyanya.

Gholamreza Avani, Guru Besar Filsafat dan mantan ketua Himpunan Hikmat dan Filsafat Iran, memperkenalkan Hikmah al-Isyraqi (iluminasi) sebagai salah satu maktab filsafat di dunia Islam pada pertemuan “Mengapa Suhrawardi?” di Teheran, yang dapat Anda baca di bawah ini:

Di dunia Islam kita hanya memiliki tiga atau empat maktab filsafat, sama seperti di Yunani kebanyakan maktab mencapai Socrates, yang meliputi maktab atau ajaran Masya’ (filsafat Peripatetik), filsafat Isyraq, dan filsafat Hikmah Muta’aliyah. Tentu saja, jika di sini ditambahkan tasawuf teoretis, itu menjadi empat maktab. Untuk memahami pentingnya Suhrawardi, kita harus memperhatikan masa hidupnya. Suhrawardi hidup sezaman dengan Ibnu Rusyd pada abad ke-12 M dan empat puluh lima tahun sebelum dia, al-Ghazali telah mengkafirkan para filosof dengan menulis buku-buku seperti Tahafut al-Falasifah (kerancuan para filusuf), dan memperkenalkan jalan yang benar adalah tasawuf (irfan). Ibnu Rusyd, yang menghidupkan kembali Aristoteles dan menentang Ibnu Sina. Karenanya, dunia Barat mewarisi Ibnu Rusyd, dan penyebaran pemikiran Ibnu Rusyd menyebabkan agama terpisah dari filsafat.

Selamatnya Hikmah dari wilayah geografis

Dengan demikian, Suhrawardi-lah yang menyelamatkan hikmah dari dominasi al-Ghazali dan Ibnu Rusyd. Dia menghidupkan kembali hikmah. Aristoteles percaya bahwa filsafat adalah Yunani, dan semua buku filsafat saat ini mengatakan hal yang sama. Kebetulan, Suhrawardi telah mengajukan sebuah teori yang penting dalam penulisan sejarah filsafat.

Di awal buku Hikmah al-Isyraq bahwa dia mengatakan siapa pun yang mencari kebenaran mendapat manfaat dari "cahaya ilahi" hikmah. Dia menolak teori Aristoteles, dengan mengatakan bahwa sains tidak didedikasikan untuk satu orang, yang menutup pintu malakut bagi orang lain. Ia juga percaya bahwa Tuhan itu Maha Dermawan mutlak dan tidak pelit menahan ilmu dari bangsa-bangsa.

Suhraward memiliki pandangan filsafat yang lebih dalam. Para pengikut Aristoteles mempraktikkan filsafat Istidlali/penalaran, tetapi Suhrawardi percaya bahwa lebih tinggi dari itu adalah hikmah yang diperoleh melalui pensucian jiwa dan zuhud, yang dikenal sebagai "hikmat zauqi (intuitif / ilmu hudhuri)." Hikmah ini, seperti irfan (tasawuf), berkaitan dengan ilmu intuisi fakta.

Alquran dan Istidlal

Dalam pandangannya, manusia gagal memperoleh hikmah jika dia tidak sampai pada pensucian. Dalam pemikiran populer saat ini, pemahaman dunia didasarkan pada ciri-ciri fisik, sedangkan menurut Suhrawardi, ciri-ciri fisik tidak cukup untuk menentukan mahiyah (quiditas) sesuatu, dan ini mencapai alam benda. Dia menggambarkan bagaimana manusia terjebak dalam pengasingan dan bagaimana dia dapat diselamatkan darinya melalui hikmah dan ilmu ilahi. Kita harus menyingkirkan pengasingan ini melalui hikmah dan kembali ke tanah air asal kita. Nabi (saw) bersabda: "Mencintai tanah air adalah sebagian dari iman."

Mahakarya Suhrawardi lainnya adalah perpaduan antara hikmah Alquran dan argumentasi. Suhrawardi menjelaskan segala sesuatu dari sudut pandang hikmah dan kemudian menggunakan ayat-ayat Alquran sebagai bukti. Dalam pandangannya, hikmah Alquran dan dalil tidaklah saling bertentangan, tetapi keduanya adalah derajat dari satu hikmah.

Shahabuddin Suhrawardi (1154-1191), dikenal sebagai Syekh Isyraq, penduduk asli Zanjan dan salah satu filosof terbesar dalam sejarah Iran, yang menghidupkan kembali hikmah Khosravi Iran kuno. Tema-tema Alquran, irfan filosofis, moral, dan fikih merupakan isi utama karya-karyanya.

 

4035259

captcha