Menurut laporan IQNA seperti dilansir republika.co.id, Ramadhan akan tiba dua pekan mendatang. Meski 1 Ramadhan 1443 Hijriyah di Indonesia diprediksi akan berbeda—antara metode hisab dan rukyatul hilal—sudah selayaknya kita menyiapkan diri untuk menyambut sang penghulunya bulan. Terlebih, pandemi sudah menurun pada Ramadhan ini.
Jika tak ada aral melintang, masjid dan mushala akan dibuka. Pembatasan jarak fisik ketika shalat berjamaah juga tak lagi berlaku. Shaf-shaf pun bisa kembali rapat.
Hukum puasa pada bulan Ramadhan adalah wajib berdasarkan Alquran, sunah, dan ijma ulama. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa” (QS al-Baqarah: 183).
Tak hanya itu, di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam Musnad-nya, Rasulullah SAW bahkan menjelaskan bahwa agama ini dibangun oleh tiga kaidah. Pertama yakni syahadat, kedua shalat, ketiga adalah berpuasa Ramadhan. Jika meninggalkan salah satu dari ketiganya, seseorang bisa terbilang kafir.
Maka tidak mengherankan jika dalam hadis lainnya, puasa juga menjadi salah satu rukun Islam yang lima. Satu fondasi bagi seorang Muslim dalam menjalankan agamanya.
Syekh Abu Bakar Jabir al-Jazairi dalam Minhajul Muslim menjelaskan, ada dua cara dalam menentukan masuknya bulan Ramadhan. Pertama, menggenapkan bilangan bulan sebelumnya, yakni bulan Sya’ban. Jika bulan Sya’ban telah sempurna selama 30 hari, hari ke-31 adalah hari pertama Ramadhan (hisab).
Kedua, dengan cara melihat bulan sabit (hilal). Jika hilal telah terlihat pada malam ke-30 dari bulan Sya’ban maka hitungan telah masuk pada bulan Ramadhan. Puasa pada saat itu pun telah wajib.
Hal tersebut sebagaimana firman Allah SWT: “Karena itu, barang siapa di antara kalian menyaksikan bulan tersebut maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu” (QS al-Baqarah: 185).
Selain itu, Rasulullah SAW bersabda, “Jika kalian melihat hilal (bulan sabit permulaan Ramadhan) maka berpuasalah dan jika kalian melihatnya (pada bulan berikutnya, yakni bulan Syawal) maka berbukalah, dan jika langit mendung maka genapkan hitungannya menjadi 30 hari” (HR Muslim).
Keutamaan Ramadhan
Ramadhan memiliki banyak keutamaan. Salah satu yang teristimewa adalah dihapuskannya dosa-dosa kita yang telah lalu. “Barang siapa berpuasa pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Amat banyak amal kebaikan yang kita bisa lakukan saat Ramadhan. Pahalanya pun berlipat ganda. Bonus yang dijanjikan saat Ramadhan lebih menarik dari hari belanja online nasional (harbolnas).
Setidaknya ada empat amal yang bisa kita lakukan selain tentunya berpuasa. Apa pasal? Karena saking istimewanya puasa Ramadhan, hanya Allah yang bisa membalasnya.
1. Sedekah
Rasulullah SAW bersabda, jika sedekah yang paling utama adalah sedekah pada bulan Ramadhan. Janganlah ragu untuk bersedekah seminim apa pun harta yang kita miliki.
Rasulullah merupakan orang yang paling dermawan saat bulan Ramadhan sampai-sampai Malaikat Jibril mendatanginya. Apalagi, bersedekah kepada orang yang hendak berbuka puasa.
“Barang siapa yang memberi makanan untuk berbuka puasa bagi orang yang berpuasa maka ia akan mendapatkan seperti pahala orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun” (HR Ahmad).
2. Qiyamul Lail
Rasulullah senantiasa menghidupkan malam-malam Ramadhan. Jika memasuki 10 hari terakhir dari bulan Ramadhan, beliau SAW membangunkan keluarganya dan semua anak-anak serta orang dewasa yang mampu melakukan shalat.
“Barang siapa yang melakukan qiyamul lail pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap ganjaran Allah maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni” (Muttafaq’alaih).
3. Baca Alquran
Rasulullah juga memperbanyak bacaan Alquran selama Ramadhan. Malaikat Jibril pun membacakan Alquran kepada beliau SAW pada bulan Ramadhan. Rasulullah membacakan Alquran di dalam shalatnya. Tidak mengherankan jika shalat-shalat beliau selama Ramadhan lebih lama daripada saat pada bulan yang lain.
Pada satu malam, seorang sahabat Rasul, Hudzaifah, melaksanakan shalat bersama Rasulullah SAW. Beliau membaca QS al-Baqarah, kemudian Ali Imran dan an-Nisa. Setiap kali membacakan ayat yang memberikan peringatan tentang sesuatu yang menakutkan, beliau berhenti sejenak untuk berdoa. Saking lamanya, Rasulullah baru berhenti melakukan shalat setelah kumandang azan terdengar.
4. Iktikaf
Rasulullah juga menetap di masjid untuk melakukan ibadah sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah. Beliau SAW selalu melakukan iktikaf selama 10 hari terakhir dari bulan Ramadhan sampai Allah SWT memanggilnya.
5. Umrah
Ziarah ke Baitullah di Masjidil Haram untuk melakukan thawaf dan sa’i pada bulan Ramadhan diumpamakan beribadah haji bersama Rasulullah SAW (Muttafaq’alaih).
Beragam keutamaan tersebut amat sayang untuk dilewatkan. Jangan sampai Ramadhan kali ini berlalu begitu saja. Perlulah kita menyiapkan mental jika Ramadhan kali ini merupakan yang terakhir bagi kita.
Wallahu a’lam.(HRY)