IQNA

Metode Pendidikan Para Nabi; Musa (as)/ 15

Tawalli dan Tabarri dalam kisah Nabi Musa (as)

8:38 - July 24, 2023
Berita ID: 3478677
TEHERAN (IQNA) - Pada dasarnya, seseorang tidak dapat memiliki hubungan yang baik dan bersahabat dengan semua orang. Tidak peduli seberapa baik seseorang, mereka masih menemukan musuh. Oleh karena itu, ada dua ciri dalam hubungan antar manusia: Cinta dan benci. Apa yang harus menjadi kriteria kita untuk mencintai orang dan siapa yang harus kita hindari?

Tawalli dan Tabarri (mencintai para kekasih Allah dan memusuhi para musuh Allah) adalah dua prinsip penting urusan agama, yaitu jiwa dan hati seseorang harus dinamis dan hidup serta selalu memiliki posisi yang tepat mengenai berbagai orang. Karena karakteristik individu setiap orang memengaruhi perilaku dan tindakannya, memilih orang sebagai teman dan tertarik pada mereka juga berdampak signifikan pada pembentukan karakter.

Dalam bahasa sederhana, tabarri berarti lepasnya segala sesuatu yang tidak menyenangkan, dan juga berarti lepasnya sesuatu yang tidak menguntungkan dan tidak memiliki pertanda.

Masalah Tawalli dan Tabarri atau Cinta dan Kebencian dalam masalah moral dan pendidikan sangat menentukan dan menyebabkan berkembangnya kualitas manusia dan terhindar dari keburukan. Kita membaca dalam sebuah hadis dari Imam Shadiq (as) dimana berkata kepada salah seorang sahabatnya yang bernama Jabir: “Setiap kali Anda ingin tahu apakah ada kebaikan dalam diri Anda atau tidak, lihatlah hati Anda! Jika mencintai orang yang menaati Allah dan membenci orang yang tidak menaatinya, maka Anda adalah orang yang baik dan Allah mengasihi Anda. Dan jika memusuhi orang yang menaati Allah dan mencintai orang yang membangkang, maka tidak ada kebaikan pada dirimu dan Allah membencimu dan manusia bersama orang yang mencintainya.”

Nabi Musa (as) sebagai salah satu nabi pertama menggunakan metode ini dan tidak menyukai Fir’aun dan keluarganya:

Fir’aun sangat takut akan pengaruh monoteisme ke dalam istananya dan memutuskan untuk membunuh Musa (as) untuk mencegah kemajuan gerakannya.

وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُونِي أَقْتُلْ مُوسَى وَلْيَدْعُ رَبَّه ُإِنِّي أَخَافُ أَنْ يُبَدِّلَ دِينَكُمْ أَوْ أَنْ يُظْهِرَ فِي الْأَرْضِ الْفَسَادَ

“Dan berkata Fir'aun (kepada pembesar-pembesarnya): "Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi". (QS. Al-Ghafir: 26)

Nabi Musa (as), yang tampaknya hadir dalam majelis itu, menunjukkan dengan tegas bahwa dia tidak takut akan ancaman semacam itu, dan dengan sikap percaya kepada Tuhan, dia berkata:

وَقَالَ مُوسَى إِنِّي عُذْتُ بِرَبِّي وَرَبِّكُمْ مِنْ كُلِّ مُتَكَبِّرٍ لَا يُؤْمِنُ بِيَوْمِ الْحِسَابِ

Dan Musa berkata: "Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari berhisab". (QS. Al-Ghafir: 27).

Ucapan Nabi Musa (sa) ini dengan jelas menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki dua sifat ini dianggap orang yang berbahaya: 1. Kesombongan 2. Tidak beriman akan hari kiamat.

Seseorang harus berlepas diri dari orang-orang seperti itu dan mencari perlindungan kepada Tuhan. Superioritas diri atau kesombongan menyebabkan seseorang tidak melihat apa-apa selain dirinya dan pikirannya sendiri, menyebut ayat-ayat dan mukjizat Tuhan sebagai sihir dan menganggap orang yang baik hati sebagai tidak orisinal.

Tidak beriman pada Hari Penghakiman menyebabkan tidak ada perhitungan dalam rencana dan pekerjaan manusia, dan bahkan melawan kekuatan Tuhan yang tidak terbatas, dia bangkit untuk berperang dengan kekuatannya yang sangat kecil, dan pergi melawan para nabi.

Nabi Musa (as) membuka jalan bagi orang-orang dengan kata-katanya dan menunjukkan kepada siapa kita harus berlepas diri dan dengan sifat-sifat seperti apa. (HRY)

captcha