IQNA

Metode Pendidikan Para Nabi; Musa (as)/ 18

Ujian dan Cobaan dalam Kisah Nabi Musa (as)

8:40 - August 09, 2023
Berita ID: 3478747
TEHERAN (IQNA) - Sebagai salah satu nabi pertama, Nabi Musa (as) menggunakan metode mendidik Bani Israel yang telah digunakan oleh berbagai pendidik selama bertahun-tahun. Menurut metode ini, pelatih (trainee) ditempatkan dalam situasi di mana kesiapan dan kompetensinya untuk melanjutkan jalur ini dinilai.

Dalam istilah Alquran, ujian adalah transformasi dan perubahan kondisi para hamba atas kehendak Allah swt dan hasil yang diinginkan adalah menyingkap bakat penghambaan dan memperkuat serta meningkatkan hamba di jalan pengabdian.

Setiap kali kita ingin membimbing seseorang menuju tujuan pendidikan, kita harus memahami melalui serangkaian tugas seberapa siap dia untuk tujuan itu, sehingga kita dapat dengan benar menyediakan landasan yang diperlukan untuk jalan ini dan sehingga kemampuan muncul dan terwujud. Kita harus memperkenalkan serangkaian tugas yang cocok untuk pendidikan. Tindakan ini disebut Ibtila (ujian).

Metode pendidikan ibtila (ujian/tes) dan ujian tidak hanya untuk menguji seseorang dan mengetahui baik dan buruknya, atau kelemahan dan kekuatannya. Namun, efek pentingnya adalah membuat seseorang diistimewakan dan menghilangkan ketidakmurniannya dan menyucikannya.

Jadi, dalam metode ini, tidak hanya kelemahan dan kekuatan seseorang yang terungkap, tetapi juga disediakan dasar agar kelemahannya hilang dan kekuatannya meningkat, dan menggunakan hal-hal ini untuk pertumbuhan dan kesempurnaannya. Pembersihan batin ini hanya melalui perjumpaan praktis pendidik (mutarabbi) dengan pemandangan penderitaan dan ujian.

Nabi Musa (as) menempatkan Bani Israel dalam situasi ini dan ingin menghilangkan polusi internal mereka. Misalnya :

Salah seorang dari Bani Israel terbunuh, sedangkan pembunuhnya tidak diketahui sama sekali. Terjadi konflik dan perang di antara suku-suku dan kelompok-kelompok Bani Israel, masing-masing mengaitkan pembunuhan ini dengan suku dan anggota suku lainnya dan berpura-pura tidak bersalah dan memecahkan masalah. Pada akhirnya, mereka meminta solusi kepada Nabi Musa untuk itu. Nabi berkata:

وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تَذْبَحُوا بَقَرَةً  قَالُوا أَتَتَّخِذُنَا هُزُوًا  قَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ

Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina". Mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil". (QS. Al-Baqarah: 67)

Setelah mengajukan permintaan ini, Nabi Musa menghadapi banyak alasan dari Bani Israel. Mereka terus bertanya kepada Nabi Musa, sapi apa ini? Warnanya apa, gemuk atau kurus dll. Sementara itu mereka masih terus melanjutkan pencarian alasan.

Karena Bani Israel dikuasai oleh orang Mesir selama bertahun-tahun, kepercayaan orang Mesir telah menang atas mereka. Salah satu benda suci orang Mesir adalah sapi. Karena Bani Israel memiliki hubungan dengan mereka, pemujaan terhadap sapi lambat laun menjalar di tengah-tengah mereka.

Oleh karena itu, maksud dari cobaan dan penderitaan (penyembelihan sapi) ini adalah dengan membunuh sapi tersebut maka keagungan dan kebesaran (sapi) yang mereka yakini di masa lalu akan hancur.

* Berasal dari studi analitis aspek pendidikan Nabi Musa (as) dalam Alquran. (HRY)

Kunci-kunci: Alquran  ، pendidikan ، Ujian ، Musa
captcha