Menurut Iqna, sejumlah besar anggota Basij dari seluruh negeri bertemu dengan Ayatullah Khamenei, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam, di Husainiyah Imam Khomeini pada Senin pagi kemarin, 25 November, bertepatan dengan Pekan Basij.
Acara diawali dengan pembacaan ayat suci Alquran oleh Mehdi Adeli, qari internasional negara Iran.
Pidato Ayatullah Khamenei dalam pertemuan ini disiarkan langsung di media KHAMENEI.IR serta saluran radio dan televisi.
Petikan pernyataan Yang Mulia dalam pertemuan ini adalah sebagai berikut:
Selamat datang saudara/saudari terkasih. Salam untuk Anda semua, dan juga untuk semua orang yang mendengar ucapan ini di seluruh negeri.
Kami akan memberi tahu Anda beberapa kalimat tentang basij; basij mustadh’afin di tanah air merupakan fenomena luar biasa yang muncul. Fenomena ini belum pernah terlihat di tempat dan negara lain mana pun di dunia. Hal ini dianggap sebagai fenomena yang spektakuler. Saya menjelaskan dan menyajikannya dengan cara yang berbeda.
Fenomena ini bukanlah fenomena tiruan dan bukan pula jiplakan, melainkan lahir dari budaya bangsa kita sendiri dan dari sejarah kita sendiri. Ini pernyataan kami yang pertama. Hasil dari pernyataan ini adalah fenomena ini bersifat permanen karena asli. Fenomena ini tidak bisa dihilangkan. Hal ini tetap dan abadi karena berakar dan terkait dengan bangsa ini sendiri, sejarah dan identitas nasional dan Iran. Ini adalah pembuatan jaringan budaya.
Basij pada dasarnya adalah pembuat jaringan budaya, sosial dan tentu saja militer. Hal pertama yang terlintas dalam pikiran saat ini adalah aspek militer basij, sedangkan aspek militer dengan segala kepentingannya tidak lebih dari aspek budaya dan sosial dari basij. Imam (qs) menciptakan jaringan ini dan ini adalah inisiatif Imam (qs). Kapan? Di jantung ancaman besar. Inilah salah satu ciri Imam kita yang mulia. Kebanyakan dari Anda tidak mengalami era Imam (qs).
Salah satu ciri Imam kita yang mulia adalah beliau menciptakan peluang di tengah ancaman. Hal yang sama terjadi di sini. Pada tanggal 13 Aban tahun 58, terjadi peristiwa perebutan sarang mata-mata. Kekuatan utama dunia pada saat itu, Amerika, mulai menunjukkan cakar dan taringnya, mengancam, menjatuhkan sanksi. Di tengah ancaman tersebut, Imam mengeluarkan perintah Basij pada 5 Azar, yakni sekitar 22-23 hari setelah kejadian. Yakni, ketika suatu negara, negara yang baru saja melakukan revolusi, tidak memiliki alat pertahanan diri apapun, maka negara tersebut hampir berada dalam ancaman yang begitu besar. Dalam situasi seperti itu, Imam (qs) tiba-tiba menanam syajarah tayyibah (pohon mulia) dan tunas di tanah sosial, budaya dan militer negara, dan pohon mulia itu adalah Basij. Ini menciptakan peluang dari ancaman. (HRY)