Hujjatul Islam Alireza Qabadi, seorang sosiolog dan pakar agama, bertepatan dengan syahadah Sayyidah Fatimah (as), telah memberikan serangkaian catatan kepada IQNA, yang keenamnya akan kita baca berikut ini.
Pada bagian keempat khotbah kunjungan, Sayyidah Fatimah (as) pertama-tama membacakan ayat 96 dari surah Al-A'raf dan kemudian sebagian ayat 51 surah Az-Zumar secara berbarengan. Sebelum berbicara tentang hikmah kutipan tersebut dan konteks ayat-ayat dalam Alquran, ada baiknya kita mengacu pada isi khotbah beliau bagian ini, seperti halnya pidato-pidato lainnya.
Bagian ini merupakan bagian terpanjang dari khotbah kunjungan, dan Sayyidah Fathimah menyebutkan dua topik penting dalam bagian khotbah ini. Pertama, alasan tidak menyertainya Muhajirin dan Ansar bersama Imam Ali (as) atau yang disebut dengan kritik (pencarian kesalahan) yang mereka lakukan terhadap Imam Ali (as); Beliau mengatakan, Muhajirin dan Ansar keberatan dalam lima hal, antara lain keseriusan Amirul Mukminin (as) dalam urusannya dan upayanya yang tak terlukiskan di jalan keridhaan Allah.
Kedua, efesiensi, kemaslahatan dan manfaat politik, sosial, ekonomi dan budaya Imamah dan kepemimpinan Imam Ali (as) jika mengambil alih kepemimpinan masyarakat.
Sayyidah Fatimah (as) berbicara secara rinci tentang sebagian orang mendapatkan manfaat dan berkah budaya, ekonomi, politik dan sosial dari pemerintahan Abul Hasan (as) di berbagai bidang dan di bagian akhir khotbahnya beliau mengatakan, jika dia (Amirul Mukminin) menduduki kekhalifahan, dia tidak pernah menyimpan harta duniawi untuk dirinya sendiri dan tidak mengambil banyak manfaat darinya kecuali hanya sebatas menghilangkan dahaga dan menghilangkan rasa lapar. Dan mengenalkan kepada mereka agar dapat membedakan antara orang yang zuhud dan pecinta duniawi, orang yang jujur dan orang yang pendusta.
Kemudian merujuk pada dua ayat berikut: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raf: 96) Kemudian beliau membacakan sebagian ayat 51 surah Az-Zumar sebagai berikut: “Orang-orang yang zalim di antara mereka juga akan ditimpa (bencana akibat) keburukan-keburukan yang mereka perbuat dan tidak dapat melepaskan diri (darinya).”
Kemudian, harus dikatakan bahwa pesan tauhid dan moral nabi Syu’aib (as) yang paling komprehensif dan lengkap terkandung dalam surah Al-A'raf. Pesan pertama nabi Syu’aib (as) dalam surah ini adalah menyembah Allah, kemudian memerintahkan umatnya untuk menepati dalam takaran dan janji, tidak mengurangi timbangan, tidak melakukan kerusakan dan menelikung manusia.
Ia pun berpesan kepada orang-orang yang beriman dari kaumnya untuk bersabar terhadap kelompok lain yang belum beriman agar Allah memberikan keputusan di antara mereka, namun nasehat dan kebajikan Nabi Syu’aib (as) tidak mempan di hati kaumnya yang memberontak dan mereka pun mendapat azab Ilahi dalam konteks ini, beberapa sunnah penting Ilahi adalah salah satu sunnah yang dikutip Sayyidah Fatimah (as) dalam khotbahnya: Jikalau sekiranya masyarakat beriman dan bertakwa, maka keberkahan-keberkahan akan dibukakan kepada mereka. Namun orang-orang mendustakan dan dihukum sesuai dengan perbuatan-perbuatan mereka.
Ayat lain yang dikutip dalam khotbah tersebut adalah surah Az-Zumar ayat 51. Dalam konteks ini, setelah disebutkan tentang tersingkapnya hal kepada para penindas, maka diingatkan hukuman atas keburukan para penindas dan tidak terselamatkan dari murka dan kekuasaan Allah, (ayat kutipan), kemudian diperintahkan untuk kembali dan bertaubat kepada Allah sebelum turunnya azab Ilahi. Setelah itu, diingatkan akan akibat pengabaian perintah tersebut, termasuk banyaknya penyesalan, khususnya pada hari kiamat tidak ada seorang pun yang berkata: Seandainya aku menaati Allah.
Meskipun kedua surah ini disajikan dalam dua konteks terpisah dengan isi dan tema berbeda; namun memiliki titik kesamaan dalam penghukuman para penindas. Kedua ayat tersebut dan tema khotbahnya menunjukkan keterkaitan di antara keduanya, yaitu keberpalingan kaum muhajirin dan Ansar dari imamah Imam Ali as merupakan salah satu contoh pokok kekufuran terhadap nikmat Allah, menutup pintu rahmat Allah dan berkah, serta patut mendapat siksa yang berat dan penyesalan, dan tentu saja hakikat tindakan Muhajirin dan Ansar akan segera menjadi jelas bagi mereka. Pemberitahuan dan peringatan langsung apa lagi yang bisa diberikan kepada orang-orang yang hidup pada masa turunnya Alquran selain mengutip ayat-ayat Alquran dengan tema dan isi seperti itu, dan nampaknya mereka menempatkan firman Ilahi di puncak kehidupan mereka. Dapat ditemukan bahwa Sayyidah Fatimah (as) meninggalkan kenangan untuk sepanjang sejarah di hari-hari terakhir hidupnya yang penuh berkah. (HRY)