Menurut Iqna mengutip Khaleejoun, dalam pernyataan yang disiarkan televisi, Abdo al-Azhari memperingatkan terhadap penerbitan Alquran versi online, yang mengandung distorsi dalam beberapa ayatnya, dan menekankan perlunya menyelidiki sumber aplikasi yang digunakan untuk tilawah.
Ulama Al-Azhar ini juga menekankan pentingnya mengunduh aplikasi yang disetujui dari kelompok tepercaya yang berafiliasi dengan Al-Azhar untuk memastikan keaslian ayat-ayat Alquran. “Banyak upaya telah dilakukan di berbagai era untuk menjaga Alquran dari distorsi,” ucapnya.
Al-Azhari menyatakan bahwa beberapa aplikasi memberikan sejumlah fatwa yang bertentangan dengan Syariah Islam, dan mendesak warga Mesir untuk mengandalkan sumber-sumber resmi untuk mengetahui fatwa, terutama ketika sumber tersebut mudah diakses di Internet.
Ia lebih lanjut mengisyarakan bahaya penggunaan kecerdasan buatan untuk menginformasikan masalah agama dan mengatakan: “Penggunaan kecerdasan buatan untuk menginformasikan hal-hal keagamaan memiliki banyak risiko, dan karena tersebarnya program chat dalam teknologi jenis ini, program-program tersebut tidak memenuhi syarat untuk memberikan fatwa dan informasi tentang masalah-masalah agama; karena fatwa merupakan suatu pekerjaan khusus yang berbeda-beda sesuai dengan keadaan dan situasi setiap orang”.
Dengan menekankan bahwa fatwa tidak diperoleh dari mesin pencari atau situs jejaring sosial, Abdo al-Azhari mendesak semua orang untuk merujuk pada otoritas agama resmi untuk memastikan keakuratan informasi agama dan menjaga kesucian teks Alquran. (HRY)