Menurut Iqna, tanggal 15 Ramadhan 1446 H merupakan hari kelahiran Imam Hasan al-Mujtaba (as), Imam kedua kaum Syiah. Pada kesempatan ini, penulis Irak Walid Al-Hilli, dalam catatan yang dikirimnya ke IQNA, membahas karakteristik dan keutamaan Imam mulia ini. Berikut ini adalah terjemahan dari catatan ini:
Pada bulan suci Ramadhan, saat rahmat dan berkah Allah swt termanifestasikan, tibalah hari lahir cucunda Nabi (saw) dan pemimpin pemuda surga, Imam Hasan al-Mujtaba (as). Dia yang lahir pada tanggal 15 bulan Ramadhan yang penuh berkah tahun ketiga Hijriah (625 M) di Madinah dan menerangi dunia dengan cahayanya.
Imam Hasan (as) adalah contoh moralitas manusia yang tinggi dan perwujudan konsep tertinggi pengampunan, kesabaran, dan kebijaksanaan di jalan hidupnya yang penuh berkah.
1- Penghulu para pemuda surga:
Imam Hasan (as) adalah putra sulung dari Panglima Besar Kaum Mukminin, Imam Ali bin Abi Thalib (as) dan Sayyidah Fatimah az-Zahra (as), pemimpin para wanita dunia, dan dibesarkan di pangkuan kakeknya, Rasulullah Muhammad (saw). Rasulullah saw bersabda tentang Hasan dan saudaranya, Imam Husain as: "Hasan dan Husein adalah pemimpin para pemuda surga."
2- Karim Ahlulbait (as)
Imam Hasan al-Mujtaba (AS) dikenal karena kedermawanannya dan suka memberi, oleh karena itu ia diberi gelar "Karim Ahlulbait (as)" karena ia tidak akan menolak pengemis dengan tangan kosong dan akan memberikan hartanya tanpa batas. Kedermawanannya merupakan cerminan kezuhudannya di dunia dan dedikasinya terhadap kemajuan bangsa dan penyebaran kebaikan di tengah masyarakat.
3- Kesadaran, pendidikan, budaya:
Imam Hasan al-Mujtaba (as) berkomitmen pada pendidikan, kesadaran, dan budaya berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai luhur, dan ia berusaha memperkuat isu-isu ini dalam hati nurani bangsa Islam agar mereka tidak terpengaruh oleh tipu daya, muslihat, dan kesesatan musuh-musuh mereka.
4- Pemimpin dan negarawan yang bijaksana:
Dua hari setelah kesyahidan Imam Ali (AS), tepatnya tanggal 23 Ramadan tahun 40 H, umat Islam berkumpul untuk membaiat Imam Hassan Mujtaba (AS) agar ia menjadi khalifah kelima umat Islam. Imam Hassan (AS) adalah seorang pemimpin yang bijaksana dan negarawan yang berpengalaman, dan ia mampu melanjutkan urusan negara berdasarkan pendekatan Alquran selama 7 bulan selama masa sulit dalam sejarah Islam.
Beliau senantiasa menegaskan, "Sesungguhnya di dalam Alquran ini terdapat pelita yang menerangi dan penyembuh bagi penyakit hati. Maka hendaklah orang yang bercahaya dengan cahayanya [penglihatan hatinya] dan mengaitkan sifat-sifat Alquran dengan hatinya. Karena berpikir [dalam Alquran] adalah urat nadi hati orang yang berakal, sebagaimana halnya seseorang yang menempuh jalannya di dalam kegelapan dengan cahaya."
5- Pendekatan reformasi dan perubahan:
Imam Hasan al-Mujtaba (as) percaya bahwa reformasi tidak dapat dicapai kecuali dengan melawan para tiran dan menciptakan bangsa yang terinformasi berdasarkan pada iman dan rasionalitas
6- Berkorban demi kepentingan mulia Islam:
Imam Hasan (as) memahami bahwa umat sedang memasuki tahap pengkhianatan dan separatisme yang sensitif, dan bahwa Muawiyah menyalahgunakan kekayaan dan kedudukannya untuk menipu rakyat dan melemahkan barisan Islam. Meskipun Imam (as) memiliki semua komponen kepemimpinan militer dan politik, ia memilih jalan damai dan pengorbanan.
7. Kemenangan dengan Kesadaran dan Kesabaran: Warisan Abadi untuk Generasi Mendatang
Imam Hasan (as) mengajarkan kita bahwa reformasi tidak hanya dicapai melalui konfrontasi dan konflik, namun lebih kepada terciptanya bangsa yang sadar, sabar, dan tidak mementingkan diri sendiri di jalan prinsip-prinsip mulia Islam yang merupakan kemenangan terbesar. (HRY)