IQNA

Tawakkal dalam Alquran/ 6

Perbedaan Manusia yang Bertawakkal dengan yang Tidak

15:29 - April 20, 2025
Berita ID: 3481940
IQNA - Perbedaan utama antara orang yang bertawakkal kepada Allah swt dan orang yang tidak bertawakkal terletak pada keyakinan mereka. Berapa banyak orang yang bertawakkal bekerja jauh lebih serius daripada orang lain, tetapi ia tidak menganggap tindakannya sendiri sebagai penyebab efek yang utama dan sebenarnya. Melainkan, ia menganggap Allah swt sebagai pelaku utama dan bertawakal kepada-Nya, bukan kepada sarana dan cara.

Orang yang tidak bertawakkal adalah bahwa belajar akan memberinya pengetahuan, atau bahwa ia akan mendapat rezeki melalui pengalaman, usaha, dan pengetahuannya, atau bahwa perilaku tertentu akan memberinya kehormatan. Kutipan Alquran dari bahasa Qarun menyebutkan: 

قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي

Dia (Qarun) berkata, “Sesungguhnya aku diberi (harta) itu semata-mata karena ilmu yang ada padaku.” (QS. Al-Qasas: 78) Namun orang yang bertawakkal melihat setiap berkat dan kekuatan sebagai anugerah Tuhan.

قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي

Dia pun berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku.” (QS. An-Naml: 40)

Tentu saja, ia menganggap semua objek di alam semesta sebagai alat, dan karena itu, dengan bertawakkal kepada Allah, ia juga mengidentifikasi kemampuan-kemampuannya sendiri dalam bentuk alat yang tertanam dalam sistem penciptaan. Akan tetapi, sebagaimana pena adalah alat di tangan sang penulis dan bergerak sesuai dengan keinginannya, semua alat yang memiliki efek di dunia ini pada hakikatnya adalah alat di tangan kuasa Tuhan dan hanya memiliki efek sesuai dengan keinginan-Nya dan ke arah keinginan-Nya.

Maka, perbedaan orang yang bertawakkal dengan yang tidak adalah orang yang bertawakkal itu di dalam hatinya, meyakini Allah swt sebagai dalang utamanya, dan bertawakal kepada-Nya, bukan kepada sarana, alat, uang, dan golongan. Oleh karena itu, perbedaan antara keduanya bukanlah pada perilaku. Barangkali orang yang bertawakkal bekerja jauh lebih serius daripada orang lain, namun ia tidak menganggap perbuatannya sendiri sebagai akibat yang utama dan sejati. Tentu saja, mudah untuk menyatakan keyakinan ini, tetapi sangat sulit untuk mempraktikkannya. Jika pengklaim bertindak hati-hati saat melaksanakan tanggung jawabnya dan mengabaikan tugasnya karena takut tidak nyaman, marah, murka, atau kekuasaan orang lain, perilaku ini tidak sesuai dengan hakikat tawakkal.

Jika seorang hamba ingin bertawakal kepada Tuhannya, maka hendaklah ia menganggap bahwa Tuhan memiliki kualifikasi yang cukup untuk bisa bertawakal kepada-Nya dalam segala urusan, memohon kepada-Nya jalan kebaikan dan kebenaran, serta tawakal kepada takdir dan ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Masalah ini tergantung pada pengetahuan dan pemahaman, dan setelah tahap ini, inilah saatnya untuk bertindak. Oleh karena itu, tawakkal secara umum memiliki dua jenis persyaratan epistemologis dan persyaratan praktis. (HRY)

 

3492500

Kunci-kunci: Tawakkal ، dalam Alquran ، Perbedaan ، Manusia
captcha