Chili Terapkan Sanksi, Isyaratkan Pemutusan Hubungan Penuh
Salah satu langkah paling menonjol datang dari Presiden Chili Gabriel Boric, yang mengumumkan larangan penjualan senjata dan perdagangan dengan perusahaan-perusahaan yang beroperasi di luar Garis Hijau, sambil menuduh Israel melakukan pembersihan etnis.
Keputusan ini menyusul langkah-langkah sebelumnya, termasuk penarikan duta besar, penarikan atase militer, dan dukungan resmi Chili terhadap gugatan genosida yang diajukan Afrika Selatan terhadap Israel di Mahkamah Internasional (ICJ).
Kanal 12 Israel melaporkan kekhawatiran bahwa Chili mungkin bersiap untuk memutuskan hubungan diplomatik sepenuhnya, yang akan semakin mengisolasi Tel Aviv di panggung global.
Brasil dan Bolivia Tuding Israel Lakukan Genosida
Pada awal tahun 2024, Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva memicu krisis diplomatik besar setelah membandingkan tindakan militer Israel di Gaza dengan kekejaman Adolf Hitler, dan menyebutnya sebagai tindakan “genosida”.
Israel merespons dengan menyatakan Lula sebagai persona non grata, sementara Brasil menarik pulang duta besarnya dan menolak mengembalikannya ke Tel Aviv.
Bolivia juga mengambil langkah tegas dengan memutuskan hubungan diplomatik tak lama setelah perang dimulai dan secara resmi bergabung dengan gugatan genosida Afrika Selatan terhadap Israel di ICJ. Bolivia sebelumnya pernah memutus hubungan pada 2009, memulihkannya pada 2020, dan kembali memutuskannya sebagai bentuk protes atas aksi Israel di Gaza.
Pada 10 Mei lalu, Menteri Luar Negeri Bolivia Celinda Sosa Lunda mengecam blokade Israel terhadap Gaza dan menuntut akses kemanusiaan setelah bantuan kemanusiaan seberat 90 ton dari Bolivia tertahan di perbatasan Rafah.
Kolombia, Meksiko, dan Nikaragua Tingkatkan Tekanan Diplomatik
Presiden Kolombia Gustavo Petro mengumumkan pada Mei 2024 bahwa negaranya memutuskan hubungan diplomatik secara total dengan Israel, sambil menyatakan, “Kami tidak mendukung genosida.” Kolombia bahkan melangkah lebih jauh dengan memberlakukan larangan ekspor batu bara ke Israel, langkah ekonomi yang signifikan mengingat Kolombia adalah salah satu pemasok utama.
Meksiko bergabung dalam gugatan di Mahkamah Pidana Internasional (ICC) terhadap Israel, menyerukan gencatan senjata segera di Gaza.
Sementara itu, Nikaragua memutus hubungan diplomatik pada Oktober 2024, mengecam tindakan Israel sebagai “fasis” dan menuduhnya melakukan genosida. Honduras juga menarik pulang duta besarnya, dengan alasan pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional di Gaza.
Rangkaian langkah ini mencerminkan konsensus yang berkembang di Amerika Latin untuk menuntut akuntabilitas Israel melalui jalur hukum dan diplomatik.
Perpecahan Kawasan: Beberapa Negara Tetap Dukung Israel
Meski tekanan meningkat, media Israel mencatat bahwa lima negara Amerika Latin tetap mempertahankan atau bahkan memperkuat hubungan dengan Israel, baik secara diplomatik maupun ekonomi.
Yang paling mencolok adalah Argentina, di bawah kepemimpinan Presiden Javier Milei, yang tetap menjadi sekutu paling setia Israel di kawasan tersebut. Milei dikabarkan tengah merencanakan kunjungan kenegaraan ke Israel untuk meluncurkan jalur penerbangan langsung dan menandatangani serangkaian perjanjian bilateral baru.
Paraguay, Panama, Ekuador, dan Guatemala juga mempertahankan atau memperluas hubungan mereka dengan Israel, menegaskan adanya perpecahan tajam di kawasan terkait isu perang di Gaza.
Seiring berjalannya proses hukum atas dugaan genosida di ICJ dan meningkatnya jumlah korban sipil di Gaza, pecahnya hubungan diplomatik Amerika Latin dengan Israel mencerminkan isolasi internasional yang makin dalam terhadap Tel Aviv serta meningginya seruan global untuk keadilan bagi rakyat Palestina. (HRY)
Sumber: arrahmahnews.com