Menurut Iqna mengutip Al-Alam, para demonstran menuntut diakhirinya kejahatan rezim Israel dan diakhirinya kelaparan di Jalur Gaza.
Menurut laporan tersebut, dalam sebuah adegan yang tampak mengejutkan dan menggugah pikiran, jalan di depan kedutaan Israel di London berubah menjadi semacam tangisan kolektif… Suara panci dan wajan terdengar, orang-orang bahkan diminta untuk membawa hewan peliharaan mereka jika memungkinkan… seolah-olah mereka juga menuntut hak asasi manusia yang hilang… sebuah gambaran yang ingin ditampilkan oleh penyelenggara sebagai simbol kedalaman tragedi tersebut; ketika makhluk-makhluk yang diam dipaksa untuk mengekspresikan protes mereka, yaitu, kebungkaman dunia telah melangkah terlalu jauh.
Salah satu demonstran mengatakan kepada reporter Al-Alam: "Kami sedekat mungkin dengan kedutaan Israel hari ini, tetapi polisi tetap menjaganya... Mereka tidak mengizinkan kami berunjuk rasa dengan pot dan drum karena kelaparan di Gaza... Langkah ini dilakukan untuk mengutuk rencana rezim Israel di Gaza."
Menurut laporan tersebut, aksi protes ini dilakukan sebagai tanggapan atas rencana rezim Israel untuk menduduki Gaza dan memperluas permukiman di Tepi Barat. Meskipun pemerintah Inggris hanya memanggil duta besar Israel, para demonstran menganggap tindakan ini tidak memadai dan menekankan bahwa sudah menjadi kewajiban rakyat untuk mengisi kekosongan ini.
Seorang demonstran mengatakan kepada jaringan Al-Alam: “Sayangnya, kita menyaksikan bahwa pemerintah Inggris, yang selalu mengklaim sebagai pembela hak asasi manusia dan hak asasi hewan, justru menjadi salah satu penyumbang terbesar bencana yang terjadi di Palestina, khususnya di Gaza… Sayangnya, mereka mengklaim membela hak paling dasar, yaitu hak asasi hewan… tetapi ketika menyangkut Gaza dan Palestina, mereka menutup mata dan tidak peduli.”
Menurut Al-Alam, para demonstran tidak melihat pengeboman Gaza sebagai sesuatu yang tidak terkait dengan perluasan permukiman dan melihatnya sebagai dua sisi dari satu kebijakan yang didasarkan pada pemberantasan Palestina.
Menurut laporan tersebut, kegemparan ini bukan sekadar dentuman panci dan wajan, melainkan sebuah deklarasi berakhirnya kesabaran yang telah berakhir... Panci-panci telah menjadi simbol protes dan hewan-hewan menjadi simbol dalamnya kontradiksi... Ketika mereka yang tak bersuara dipaksa untuk bersuara membela manusia... Ini bukanlah demonstrasi sesaat, melainkan sebuah pesan kepada dunia bahwa keterlibatan lebih berbahaya daripada perang itu sendiri. (HRY)