IQNA

Penyelenggaraan Dialog Kedua Para Ulama Iran dan Indonesia dengan Tema Persatuan Dunia Islam

5:40 - September 25, 2014
Berita ID: 1453827
Dialog religi kedua telah diselenggarakan di Pazuhesgah Muthaleate Taqribi (Studi Penelitian Pendekatan Antar Mazhab), Selasa (23/9/2014), dengan dihadiri oleh para ulama, cendekiawan, dan ilmuwan negara Iran dan Indonesia.

Menurut laporan IQNA, Ayatullah Muqtadai, Ayatullah Araki, dan Ayatullah Faiyadhi dari hauzah ilmiah Qom, Prof. Dr. Muhammad Tijani, dan dua orang ulama negara Indonesia, Prof. Dr. Aflatun Mukhtar MA dan Prof. Dr. Darwis Hude MA berbicara dalam pertemuan ilmiah ini.
Di permulaan acara, Ayatullah Muhsin Araki, Sekjen Majma’ Jahani Taqrib Mazahibe Islami dalam sebuah ceramahnya menegaskan, konferensi ini merupakan lingkaran dialog ilmiah pertama antar ulama mazhab Islam, dimana markas ini telah melakukan penyelenggaraan tersebut.
“Saya mengharap semoga lingkaran ini terus berkembang dan hadirnya para ulama Indonesia di Iran dengan memperhatikan urgensitas ulama dan negara Islam ini dalam ekuivalensi dunia Islam,” ucapnya.
Ayatullah Muqtadai dalam pertemuan ilmiah ini juga dengan mengisyaratkan peran pentingnya pengaruh para ulama dunia Islam dalam mendorong tantangan-tantangan besar dunia Islam menegaskan, para ulama Iran dan Indonesia yang merupakan dua negara terbesar dunia Islam mampu memiliki peran penting dalam menyelesaikan konflik-konflik seperti takfiri.
Selanjutnya, beliau menegaskan akan perlunya melawan ISIS yang dengan kedustaan mereka menamakan Daulah Islam mengatakan, untuk kesuksesan melawan ISIS, semua negara-negara Islam harus bersatu.

 

Al-Quran; Poros Persatuan
Prof. Dr. Darwis Hude MA, dosen di salah satu universitas di Indonesia dalam konferensi ini juga dengan mengisyaratkan, dengan merebaknya kebodohan di kalangan sebagian masyarakat, mengintroduksikan, “Tidak seharusnya ada perbedaan pemahaman Al-Quran antara kita dengan selainnya; hal-hal yang tidak diketahui oleh masyarakat adalah bahwa mereka berkata bahwa sesuatu yang kalian katakan menyebabkan kalian menjadi kafir, sementara permasalahan-permasalahan ini adalah termasuk dari cabang agama dan tidak seharusnya dalam permasalahan cabang agama mengkafirkan selainnya.
Dosen dan ulama terkemuka negara Indonesia ini mengingatkan, sebagian dari kelompok-kelompok yang berada di bawah pengawasan Amerika dan Zionis berkontribusi atas perselisihan antara Syiah dan Sunni.
“Mereka berdusta dengan mengatakan bahwa Syiah selain memiliki tigapuluh juz Al-Quran, juga memiliki satu mushaf tersendiri yang disembunyikan, padahal tidak ada yang memilikinya dan semua tahu ini adalah tuduhan,” ucapnya.
Dia menegaskan, “Dengan dalil ini mereka mengkafirkan orang-orang Syiah dan mereka tidak tahu bahwa seharusnya tidak segampang ini mengkafirkan orang lain; seharusnya kita memperbanyak pemahaman dan interaksi ilmiah di kalangan para ulama Islam. Dan mudah-mudahan para ulama Iran dan Indonesia akan lebih memiliki pengaruh efektif dalam ranah ini.

 

Bersandar Atas Persamaan-persamaan Islam
Prof. Tijani dalam pertemuan ini juga dengan mengisyaratkan persatuan Islam mengenai Al-Quran dan Ahlulbait (As) mengatakan, semua kaum muslimin satu sama lain saling bersaudara dan memiliki titik persamaan dalam pembahasan-pembahasan terpenting; Allah, Rasul, Al-Quran, dan Ahlulbait (As) adalah persamaan-persamaan terpenting yang harus kita tegaskan.
“Salah satu solusi terpenting untuk mendekatkan negara-negara Islam adalah memperluas dialog antar ulama; kita harus meletakkan poros gerakan ini berdasarkan Ahlulbait (As), karena menurut sabda Rasulullah (Saw), Ahlulbait (As) adalah bahtera penyelamat; semua kaum muslimin harus berada dalam bahtera ini dan harus menyeberang dari lautan gelombang fitnah,” tambahnya.
Dia menyebut perselisihan di kalangan kaum muslimin sebagai ilusi dan politik dan menambahkan, strategi para musuh dalam melawan kaum muslimin adalah menciptakan kelompok dan perpecahan dikalangan mereka, akan tetapi semua kaum muslimin harus berada di hadapan Al-Quran dan Ahlulbait (As) dan mengelilingi poros ini.
Prof. Dr. Aflatun Mukhtar MA dalam acara ini juga mengatakan, untungnya Republik Islam Iran selalu menjadi perintis gerakan positif ini dan karena inilah saya mengharap semoga Iran menjadi Negara adikuasa pertama Islam di dunia pada tahun-tahun mendatang.
“Para politikus Islam, kecuali Iran terlihat lemah di hadapan para musuh dan Palestina dibiarkan dengan tanpa bantuan kaum muslimin lainnya sedang berada dalam keruntuhan,” tegasnya.
Dia dengan statemen bahwa Iran satu-satunya negara Islam yang tetap tegap di hadapan para musuh Islam, menjelaskan, seseorang yang berada dalam kondisi yang sangat susah yang menjadikan dasar kerja praktisnya sebagai ganti dari omong kosong dapatlah dipercaya, seperti imam Khomeini (ra), untuk memperkuat spirit masyarakat Palestina, menutup kedutaan Israel di Teheran dan menggantinya dengan kedutaan Palestina.
“Demikian juga imam Khomeini (ra) memerintahkan pembentukan Kesatuan Tentara Quds; sebagaimana beliau juga merintis hari Quds sedunia, yang mana tiga tindakan praktis beliau ini patut untuk dipuji,” tambahnya.
Ulama Indonesia ini menegaskan, para pemimpin Islam terkhusus pemimpin revolusi harus melanjutkan jalan ini dan dalam naungan kelanjutan jalan umat Islam ini, Iran harus berubah menjadi super power dunia, yang mana hal ini benar-benar akan terealisasikan oleh Iran Islam.
Dia di akhir kata menegaskan akan perlunya perluasan pendidikan ilmiah dan praktis dalam ranah ilmu-ilmu Islam.

1453365

Kunci-kunci: islam
captcha