Menurut Iqna mengutip voi.id, Kementerian Agama RI mengumumkan peluncuran terjemahan Alquran ke dalam bahasa Betawi dalam waktu dekat, dan mengumumkan bahwa terjemahan Alquran ini telah dimulai pada tahun 2024 dan sedang dalam tahap evaluasi sebelum diterbitkan.
“Terjemahan Alquran Betawi merupakan jembatan antara teks suci dan pengalaman hidup bermasyarakat, sekaligus perwujudan nyata dari upaya literasi agama di masyarakat,” ujar M. Sidik Sisdiyanto, Kepala Pusat Penilaian Buku Agama, Lektur, dan Literasi Keagamaan (PBAL2K) di Jakarta.
“Konsultasi sedang dilakukan untuk memastikan keakuratan terjemahan ini dan kesesuaiannya dengan hukum, standar, dan karakteristik bahasa Betawi,” imbuhnya.
Sidik menjelaskan bahwa tujuan penerjemahan ke dalam bahasa daerah ini adalah untuk mendekatkan masyarakat kepada Alquran, memudahkan mereka memahami ayat-ayatnya, dan memudahkan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Terjemahan Alquran Betawi ini diharapkan dapat memberikan ruang bagi generasi muda Betawi untuk lebih memahami Alquran sekaligus memperkaya khazanah Islam di Indonesia.
“Proses evaluasi yang kami lakukan hari ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap kata, frasa, dan konsep menyampaikan pesan Tuhan secara akurat, dengan tetap menghormati kekayaan bahasa Betawi,” ujar Sidik.
Menurut Kementerian Agama RI, Kementerian Agama sejauh ini telah menerjemahkan Alquran ke dalam sekitar 30 bahasa daerah, 10 di antaranya telah didigitalkan.
Ketua Tim Pelaksana Validasi Alquran Indonesia, Ahmad Yani mengatakan: "Proses penerjemahan Alquran Betawi telah melalui tiga tahap: pra-penerjemahan, penerjemahan, dan pasca-penerjemahan."
Ia menambahkan: “Semua penerjemahan Alquran ke dalam bahasa Betawi telah dilakukan dengan cermat dan penuh kehati-hatian, dan validasi serta verifikasi Alquran akan terus berlanjut sebelum resmi diterbitkan”.
Bahasa Betawi adalah bahasa yang dituturkan oleh orang Betawi di Jakarta dan sekitarnya, Indonesia. Orang Betawi atau orang Batavia adalah kelompok etnis penduduk asli Indonesia yang mendiami kota Jakarta dan sekitarnya, dan sering digambarkan sebagai penduduk kota. Mereka adalah keturunan orang-orang yang mendiami Batavia (nama kolonial Belanda untuk Jakarta) sejak abad ke-17. (HRY)