“Dalam pertemuan yang telah diselenggarakan pada tanggal 11-13 November di Vatikan ini, mengecam tindakan-tindakan radikalisme atas nama agama, khususnya dari kelompok-kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan pembunuhan kaum muslim selain sunni di kawasan,” demikian laporan IQNA, seperti dikutip dari Crossmap News.
Statemen akhir pertemuan ini menegaskan pada empat poin: Mengecam radikalisme atas nama agama, memperluas pendidikan para remaja, penyebaran dialog antar agama dan menemukan peluang lebih untuk kerja sama antar agama dalam pelayanan kepada masyarakat.
Demikian juga, dalam statemen ini diisyaratkan banyak contoh mengenai kerja sama aktif kaum muslimin dan Kristen dalam pemaparan pelayanan pendidikan, khairiyah, dan pertolongan di seluruh penjuru dunia.
Para partisipan dalam pertemuan ini mengecam terorisme, penindasan, radikalisme terhadap manusia-manusia tak berdosa, pembunuhan, pelecehan dan penistaan terhadap kehormatan tempat-tempat suci dan perusakan warisan-warisan kebudayaan negara.
Yahya Sergio Yehe Pallavicini, Asisten ketua aliansi Islam Italia dalam pertemuan ini mengatakan, “Kami yakin akan urgensitas dan nilai agama-agama. Tujuan kami tidak hanya sekedar menemukan ranah bersama untuk dialog antar agama semata, akan tetapi menciptakan bahasa bersama untuk para remaja guna memahami dimensi-dimensi kehidupan yang lebih mendalam.”
Pertemuan antar agama Katolik-Muslim pertama kalinya diluncurkan pada tahun 2008 M dengan tujuan dialog antar agama dan setiap tiga tahun sekali para pemimpin agama saling berkumpul. Pada periode sebelumnya pertemuan ini telah diselenggarakan pada tahun 2011 M di ibu kota Yordania.